Share

08. Siapa Langit Yang Harus Dijinjing

Keheningan memenuhi seluruh taman, begitu Julia menyelesaikan ucapannya. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani menentang, atau menjawab ucapan Julia tadi. 

Begitu juga dengan Abby yang tetap pada posisi semula, dia tidak menunduk apalagi bersembunyi di balik punggung Julia, seperti yang dilakukan Alicia tadi. Wanita cantik itu merasa, air mata palsu yang ia keluarkan tadi adalah batasnya. Tidak ada lagi hal lain yang akan ia lakukan untuk mendukung drama murahan Alicia. 

“Bukankah ucapanmu sangat berlebihan, Kakak Ipar?” Suara Hadley Green, ibu angkat Alicia terdengar. Wanita paruh baya yang sejak tadi memeluk Alicia itu, perlahan mengurai pelukannya lalu menatap Julia dan Abby bergantian. 

“Meminta para generasi muda untuk tidak mengangkat kepala mereka terlalu tinggi di depan orang baru? Apakah kau tidak merasa malu mengatakan hal bodoh seperti itu?!” 

Abigail menatap Hadley dalam diam. Hadley Green merupakan salah satu orang yang ada dalam informasi Rea, tentang orang yang harus dihindari. 

Dari mulut Rea juga, Abby tahu bahwa Hadley merupakan salah satu kandidat calon istri George Evans—ayah Gama, yang gagal seleksi karena tidak memenuhi kriteria Nenek Evans, orang yang saat ini tengah menjalani pengobatan di luar negeri hingga tidak bisa hadir dalam pernikahan mereka. 

Informasi yang diberikan Rea juga menyebutkan bahwa, Hadley sangat amat membenci Julia. Entah karena alasan apa Rea tidak menjelaskannya dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa, Julia telah mematahkan satu-satunya kesempatan Hadley untuk menjadi menantu utama Evans, sehingga permusuhan itu tidak dapat dihindari. 

Abby menggenggam tangan Julia. “Sudahlah, Ibu ... Jangan membuat masalahnya semakin melebar. Mungkin aku yang terlalu berlebihan menanggapi cerita Alicia.” 

Abigail tidak sedang mendrama sekarang. Dia mengatakan yang sebenarnya. Dia tidak ingin memperpanjang masalah. Lebih dari itu, dia tidak ingin membuat Julia, orang yang telah pasang bada untuknya kesulitan hanya karena membela dirinya. 

Julia yang paham, tersenyum cerah. Wanita paruh baya itu bahkan menggenggam tangan Abby, guna menenangkan menantu cantiknya itu. “Jangan khawatir, Sayang ... Masalahnya tidak akan melebar. Ibu hanya akan meluruskan sedikit, agar kelak kejadian seperti ini tidak terjadi lagi.” 

Setelah menenangkan Abby, Julia lalu menatap Hadley lagi. Sudut bibir Julia terangkat, saat memindai penampilan Hadley dari ujung kaki hingga kepala. Sesuatu hal yang tentu saja membuat Hadley risi dibuatnya. 

Tidak hanya memindai, wanita paruh baya itu, bahkan melipat kedua tangannya, lalu mengangkat dagunya tinggi-tinggi. “Pantas saja kata berlebihan yang kau gunakan. Rupanya kau ingin memberi pengaruh buruk pada generasi muda untuk tidak sadar posisi ....” 

Wanita paruh baya itu menjeda ucapannya. Memperhatikan nail art di kukunya, menggelengkan kepala kemudian kembali menatap Hadley. “Jika bertanya tentang malu dan tidak, bukankah pertanyaan itu harusnya diberikan padamu? Siapa yang memberimu rasa percaya diri untuk berani mempertanyakan ucapanku?” 

Julia Smith, kembali memindai penampilan Haldey. “Mungkin menjadi bagian dari Evans telah membuatmu gelap mata? Aku merasa kau terlalu buta untuk melihat, siapa langit yang harus dijinjing oleh sang pemijak tanah sepertimu.” Wanita paruh baya itu mengangkat sebelah alisnya. “Lagi pula, Hadley ... Ah, salah, sepupu ipar ... Apakah kau tidak merasa Dejavu dengan kalimat yang aku lontarkan tadi?” 

Dia lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. “Di antara semua wanita yang ada di sini ... Kau adalah yang paling akrab dengan kalimat seperti itu. Aku masih ingat dengan jelas kalimat seperti apa yang ibu lontarkan dulu. Jika kau lupa ... apakah perlu aku ingatkan lagi?” 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status