Share

82. Menikah

Ami sudah duduk di samping Tuan Wijaya, yang kini tengah memangku Amira. Dadanya berdegub kencang, saat Emir dan juga keluarganya tak henti menatap ke arahnya, mungkin tanpa berkedip. Ami hanya bisa menunduk malu, saat Emir lagi-lagi berdeham, maksud hati, agar Emir dapat melihat aura elok nan mempesona milik calon istrinya, namun apalah daya, Ami terus saja menunduk, sambil memainkan jari-jemarinya.

"Eehm ...." Emir kembali berdeham. Bu Farida dan Suraya terkikik geli melihat kelakuan Emir yang bagai bocah SMA sedang di mabuk cinta.

"Jadi, apa kiranya maksud kedatangan Ibu dan keluarga ke rumah saya?" tanya Tuan Wijaya sambil menyunggingkan senyum untuk calon besannya.

"Saya boleh membacakan sebuah puisi, Tuan?" 

"Oh, tentu saja boleh. Silakan." Tuan Wijaya mempersilakan Emir melakukan apa yang barusan ia katakan.

Emir mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Bu Farida dan Suraya saling pandang. Kapan Emir membuat puisi? D
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Iin Indryani
mantaaaaff torr ceritanya.. lanjutkan...
goodnovel comment avatar
Hafsotun Hufaisoh
ditunggu kelanjutannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status