Maaf up sedikit krn author writer Block🥲
“Karena Delin tumbuh dilingkungan yang menyayanginya, dia sangat lugas dan blak-blakan. Regina, tolong jangan membenci saudara iparmu, jangan masukkan apa pun yang dia katakan dalam hati,” pinta Aria pada Regina lembut dan memohon.Hal yang paling tidak dia inginkan pertengkaran dalam keluarga, apalagi sepasang saudara kandung. Delin dan Dixon terbiasa tidak akur, tapi mereka akan baik-baik saja. Jika Delin tidak menyukai istri Dixon, akan menciptakan konflik di antara dua saudara itu. Dia takut Dixon akan bermasalah dengan adik perempuannya dan bertengkar.Regina mengangguk mengerti.“Baik, Bu. Aku mengerti.” Lagi pula akan jarang bertemu dengan Delin.Aria tersenyum menggenggam tangan Regina penuh terima kasih. Dia sangat senang mendapat menantu pengertian seperti Regina. “Jika kamu memiliki anak, mungkin Delin akan lunak. Delin sangat suka dengan anak-anak, apalagi keponakannya.”Regina tersenyum canggung tidak tahu bagaimana membalas ucapan ibu mertuanya.“Ah, aku harap juga b
“Meski kamu sudah menikah dengan Dixon, kamu harus tahu keluargamu yang membuat masalah dan menyinggung Dixon.”“Iya, aku tahu Bu. Aku tidak mengganggu Dixon untuk memaafkan dan membantu keluargaku,” ujar Regina lemah dan malu diingatkan ibu mertuanya kesalahan yang dibuat oleh keluarganya.Tapi sulit untuk menghindari ayahnya, dia juga tidak bisa meminta Dixon membantu keluarganya. Tak peduli bagaimana marahnya Regina dan menolak berkali-kali membantu Harion, ayahnya keras kepala mengganggunya agar mendesak Dixon membantu mereka.Aria berbalik memandang Regina, sorot matanya tampak prihatin. Dia mengerti kondisi Regina karena dia memiliki kondisi yang hampir serupa.“Regina, aku dengar keluarga Hadley memperlakukanmu tidak sebaik Freya?”Regina mengalihkan pandangannya canggung tidak bisa menjawab pertanyaan Aria.“Ketika seusia kamu, aku juga pernah mengalami kondisi yang serupa. Tapi aku memutuskan semua hubungan dengan keluarga Crowen.” “Aku bukannya ingin kamu memutuskan hubung
“Sayang, Bibi sedang tidak ada. Aku tidak nyaman memotong ikan,” Usai mencuci sayur dia mengeluarkan ikan dari kulkas dan mencuci di wastafel.Pembantu di vila keluarga Clark sedang cuti hingga tidak membantu Aria memasak. Biasanya pembantu yang mengurus hal memotong ikan karena Aria tidak tahan dengan bau amis dan darah ikan.“Ibu, biar aku saja.” Regina mengambil alih memotong ikan dari tangan Aria. “Kamu bisa memotong ikan?” Aria bertanya menatap menantunya.Regina tumbuh di keluarga kaya yang dimanjakan. Selalu ada pembantu yang selalu mengerjakan pekerjaan rumah.“Ya, aku bisa. Aku sudah terbiasa melakukan ini,” balas Regina tersenyum mengambil alih ikan dari tangan Aria.“Oh, oke.” Aria menyerahkan ikan itu pada Regina dan mengambil sayur yang sudah dicuci untuk di potong.Regina tidak pernah masalah dengan bau ikan. Dia mengambil pisau untuk membelah isi perut ikan. Bau amis dan darah ikan tercium sangat menyengat. Regina mengerut keningnya tiba-tiba merasa tidak nyaman. “K
“Ke rumah sakit? Kenapa kita rumah sakit. Aku baik-baik saja Bu, hanya mual saja,” ujarnya bingung merasa dia tidak sakit. Aria membawa Regina ke meja makan dan menarik kursi agar dia duduk. “Ibu hanya ingin memastikan saja. Tunggu di sini,” ujar Aria kemudian meninggalkannya dan tergesa-gesa ke kamarnya. Dia melewatkan Dario yang hendak ke dapur tanpa menoleh.Dario menggaruk-garuk tengkuknya melihat istrinya melewatinya tanpa menyapa, lalu ke meja makan menatap menantunya yang duduk di kursi.“Ada apa dengan ibumu? Mengapa dia pergi tergesa-gesa?”Regina menggeleng kepala juga tidak tahu.“Ibu hanya bilang ingin membawaku ke rumah sakit dan ingin memastikan sesuatu lalu pergi.”“Oh, apa kamu sakit?” tanya Dario sedikit khawatir.Regina menggelengkan kepala sekali lagi tegas.“Tidak, aku baik-baik saja. Hanya muntah saja tadi.”“Oh.” Dario mengangguk mengerti lalu duduk di salah meja makan.Melirik meja makan yang masih kosong, dia bertanya pada Regina.“Belum ada yang di masak?”E
“I ... ibu apa artinya ini ....” Dia tergagap dan gugup. Dia kemudian memikirkan mualnya. Jika ibu mertuanya tidak memberinya tes pack tidak akan menyadarinya.Entah Regina harus merasa senang atau khawatir.“Kita akan tahu setelah memeriksanya.” Aria mendorong Regina dengan lembut ke kamar mandi.“Ayo cepat periksa,” ujarnya memberi semangat sebelum menutup pintu kamar mandi.Dia menunggu dengan gembira dan cemas di depan pintu kamar mandi.“Sayang, apa yang kamu lakukan mondar-mandir di kamar mandi?” Dario mendengar suara ribut yang dibuat Aria dan menantunya datang untuk melihat.“Aku sangat lapar, mengapa belum ada yang dimasak,” keluhnya.Aria menoleh memelototi suaminya.“Kamu masih memikirkan makanan di situasi ini. kamu sangat tidak pengertian. Dario, jangan salahkan jika nanti cucu kita tidak suka denganmu,” omelnya.Dario tidak mengerti. Dari tadi dia disalahkan istrinya.“Istri Dixon belum hamil, mengapa kamu terus mengomeliku.”Istri Dixon bahkan belum hamil, tapi istriny
“I ... ini positif ... garis dua ... tapi sebaiknya kita periksa ke dokter,” ujar Regina menunjukkan tes pack di tangannya ke depan mertuanya.Aria berteriak gembira melompat ke pelukan suaminya mengagetkan Regina.“Sayang, kamu dengar itu, kan? Regina hamil dan kita akan jadi kakek nenek! Kita akan punya cucu!”“Iya aku dengar.” Dario membujuk lembut istrinya yang terlalu bahagia.Sementara Regina melongo melihat ‘kemesraan’ ayah dan ibu mertuanya yang terlalu bahagia mendengar berita kehamilannya seolah yang hamil bukan dia, tapi mereka.Penampilan Aria tidak seperti beberapa saat yang lalu berkata dengan tenang untuk tidak buru-buru memiliki anak. Sekarang dia memekik senang memeluk suaminya seolah dia yang hamil. Regina yang sebenarnya ‘hamil’ jadi pihak ketiga.Regina mengalihkan pandangannya dari pasangan yang terlalu ‘mesra’ di depannya dan merasa sedih Dixon tidak ada menerima kabar bahagia bersamanya.Jika dia ada di depannya, apa mereka akan bereaksi seperti ayah dan mertu
Keluarga Clark sangat bersemangat dengan kabar kehamilan Regina, hingga satu keluarga menemani Regina periksa ke rumah sakit. Dixon sudah diberi tahu dan akan menyusul segera.Semakin banyak yang ikut menemaninya Regina bukan merasa senang tapi tertekan. Dia takut jika hasilnya negatif, Dixon dan keluarga Clark akan kecewa.Lagi pula ada banyak kasus di mana tes pack kadang salah dan tidak akurat,“Ibu, bagaimana kalau hasilnya negatif? Aku takut akan mengecewakan kalian.” Regina berbisik lirih selagi Dario pergi mendaftar di dokter kandungan. Dia duduk di sebelah Aria menunggu Ayah mertuanya membuat janji dengan dokter kandungan. mendaftar.Sementara Delin keluar untuk jalan-jalan. Dia merasa konyol harus ikut semua menemani Regina periksa ke dokter dan mencari alasan keluar agar tidak canggung dengan kakak iparnya.Aria meraih tangan Regina dan meremasnya untuk menenangkannya..“Jangan khawatir, kami akan terima apa pun hasilnya. Jika hasilnya negatif, masih ada waktu lain. Kamu d
“Bayinya berumur tujuh minggu,” ujar Dokter Hill melihat semua laporan.Baik Regina dan Aria menghela napas lega. Mereka gembira melihat gambar USG di layar monitor. Dokter memberi mereka banyak nasihat tentang apa yang harus dilakukan dan diperhatikan.Aria sudah memiliki pengalaman kehamilan, namun dia sudah lama dan tidak ingat. Dia mendengar nasihat dokter dengan sungguh. Setelah pemeriksaan, Aria membawa Regina keluar dan bertemu dengan suaminya yang menunggu di luar.“Bagaimana hasilnya?” Dario bertanya tenang.Aria tersenyum lebar memamerkan foto hitam putih pada Dario.“Bayinya baru berumur 7 minggu. Kita akan memiliki cucu dan menjadi kakek nenek!”“Itu bagus, akhirnya ada bayi di keluarga Clark,” ujar Dario tersenyum tulus pada menantunya.Wajah Aria bersemu kemerahan karena kebahagiaan. Dia mengangguk pada ayah mertuanya.“Apa Dixon belum menghubungimu?” tanya Dario melirik jam tangannya.Regina menggelengkan kepalanya. senyum di wajahnya surut.“Karena Dixon sudah terlanj