“Aria, aku tidak bermaksud seperti itu ….” James buru-buru berkata cemas takut dirinya sudah melukai perasaan sepupunya.Aria mengalih pandangannya dari pria itu.“Aku sangat mengerti posisiku di keluarga ini James. Apa pun yang kalian berikan pada, tidak akan pernah bisa aku kembalikan. Aku tidak peduli dengan kebahagiaanku, tapi aku tidak ingin mengorbankan perasaan dan masa depan anak-anaku demi keegoisan orang dewasa,” ujarnya menatap James.“Tapi tenang saja, aku akan pastikan akan selalu membayar kembali hutang budiku pada keluarga Garrett seumur hidupku. Aku tidak akan pernah lupa bagaimana kalian merawatku,” ujarnya dengan dingin.“Aria, aku sungguh minta maaf.” James terlihat panik dan merasa bersalah.Aria tidak ingin mendengarnya.“Maaf, katakan pada Bibi pulang untuk melihat anak-anak.” Setelah mengatakan itu dia berbalik tanpa menatap James dan meninggalkan tempat itu.“Aria!” James terlihat ingin mengejarnya namun sebuah tangan kuat menahan pundaknya.James menoleh dan m
“Aku mengerti, selama kita bisa bersama dan anak-anak juga, aku akan selalu mengikuti keinginanmu.”Aria mendengus menarik tangannya.“Kamu membuat kekacauan di keluarga Garrett. Sekarang bagaimana memberi kompensasi pada Paman dan Bibi Mira,” ujarnya mendesis lirih sambil mengusap rambutnya. Dia tampak frustrasi dengan masalah yang dihadapinya.Dario mengerutkan kening mendengar ucapannya.“Mengapa kamu merasa bersalah pada keluarga Garrett. Joseph lah yang membuat ini terjadi. Kamu tidak salah apa-apa.Aria menggelengkan kepalanya sambil mengusap rambutnya menatap Dario dengan pandangan sedih.“Semua ini berawal dari kita. Paman tidak pernah menyetujui pernikahan kita, tapi kita tetap memaksa dan semua menjadi seperti ini. Paman membenciku, Seth koma. Seluruh keluarga Garrett akan memusuhiku. Aku menjadi orang yang tidak tahu diriku membalas kebaikan keluarga Garrett seperti ini,” bisiknya lirih tampak putus asa.Ekspresi Dario tampak dingin.“Jadi kamu menyesal?”Aria meliriknya de
“Kalau begitu saya permisi Tuan,” ujar perawat itu kemudian meninggalkan Dario. Dario menatap punggung perawat selama beberapa saat sebelum mengalihkan pandangannya ke pintu kamar rawat Seth. Dia berdiri diam selama beberapa saat sebelum kemudian memutuskan masuk ke kamar itu. Di dalam kamar rawat Seth tidak ada siapa pun yang berjaga seperti yang dikatakan perawat tadi. Dario menutup pintu di belakangnya dan berjalan menghampiri ranjang pasien yang di tempat Seth. Di berhenti di sebelah ranjang dan menatap tubuh Seth yang terbaring tak sadar diri. “Kamu sungguh menyebalkan,” desisnya menatap tubuh lemah Seth. Dia membungkuk di atas tubuh Seth dan menatap pria yang tak sadar diri itu lekat-lekat selama beberapa saat seolah menguji apa pria itu pura-pura atau tidak. Selama beberapa dia mengamati, tidak ada reaksi dari Seth. Mata pria itu terpejam dengan tenang tanpa gangguan seolah dia hanya tidur dan bukan koma. Jika bukan karena alat-alat medis yang terpasang di tubuhnya, Dario
“Dario Clark ... apa yang kamu lakukan di sini?”Tubuh Dario membeku. Dia menenangkan dirinya dengan cepat dan berbalik menatap Joseph.“Hanya mengunjungi Seth, kenapa? Curiga aku akan melakukan sesuatu pada Seth?” Dia balik bertanya acuh tak acuh dengan tangan di masukkan di dalam saku celananya untuk menyembunyikan kepalan tangannya yang gugup.Joseph menatapnya dengan tatapan curiga dan berjalan menghampirinya dengan cepat.“Sebaiknya tidak.” Dia kemudian mendorong Dario menjauh dari sisi tempat tidur Seth.“Jika sesuatu pada Seth, aku membuatmu membayar,” lanjutnya mendesis mengancam.Dario mengangkat bahunya berpura-pura acuh tak acuh. Namun dia melirik dengan gugup jarum suntik yang masih ada isi di atas meja. dia ingin mengambil jarum suntik namun Joseph dengan tajam.Joseph memelototi Dario melihatnya masih di tempatnya sebelum mengalihkan pandangnya pada sosok putranya.Dario mengambil kesempatan saat perhatian Joseph teralihkan pada Seth. Dia mengulurkan tangannya dengan cep
Dia menegak tubuhnya dan meraih harum suntik.“Apa ini? mengapa ada jarum suntik berisi cairan.” Dia menatap Dario dengan tatapan curiga.Biasanya setelah jarum suntik selesai dipakai, suster akan membuang jarum suntik ke tempat sampah dalam keadaan kosong.Dario menegang. namun dia memasang topeng acuh tak acuh.“Mungkin seorang perawat lupa membuang di tempat sampah,” balasnya acuh taka cuh.Joseph menatapnya tajam dan meraih kerah bajunya.“Kamu pikir aku bodoh? Perawat mana yang meninggalkan jarum suntik dalam keadaan penuh. Apa yang sebenarnya kamu lakukan di sini saat aku tidak ada,” desisnya dengan suara dingin. “Berpikirlah sesukamu. apa yang aku lakukan akan selalu negatif di matamu,” balas Dario berpura-pura tenang tidak ingin mengakui bahwa dia berencana meracuni infus Seth.“Dario Clark, kamu sebaiknya—“Pintu kamar rawat tiba-tiba terbuka dan seorang perawat masuk. dia adalah perawat yang ditemui Dario di depan pintu kamar rawat. Perawat itu terkejut melihat Joseph dan D
Keluarga Garrett yang mendengar kabar tentang Seth yang sudah siuman, bergegas bahagia ke rumah sakit.Dario yang sedang menunggu di luar pintu kamar rawat berdiri dari tempat duduk ketika melihat ke angota keluarga Garrett sudah datang.Mira menghampirinya dengan cepat dibandingkann keluarga Garrett yang lain.“Apa itu benar? Seth sudah sadar?!” Dia bertanya penuh harap dan cemas.Dario mencoba menahan agar wajahnya tidak cemberut di depan Mira. Dia tersenyum kecil sambil mengangguk.“Benar Bibi. Dokter sekarang sedang memeriksanya. Tuan Joseph sedang menunggu di dalam,” ujarnya pada wanita paruh baya yang cemas.Raut wajah wanita itu tampak lega, dia terhuyung mundur sambil memegang dadanya.“Bibi!” James dan Aria bergegas menopang tubuhnya sebelum dia terjatuh ke lantai.“Bibi, kamu baik-baik saja?” Aria bertanya cemas menopang tubuh Mira agar dia bisa berdiri kokoh.Mira memegan dadanya sambil menangis.“Bibi baik-baik saja. Bibi hanya lega ....” isaknya kemudian menatap pintu kam
Di sebuah taman kota, Aria duduk merenung di bangku taman memandang Dario yang mencoba bermain dengan si kembar.Pria itu masih kaku untuk bersikap intim pada putranya. Namun putranya mewarisi sifatnya ketus tidak bisa akrab dengan ayahnya sendiri yang akhirnya menyebabkan perkelahian mereka sendiri.Delin cekikikan menjulurkan lidahnya pada Dixon yang jual mahal melihat kedekatannya dengan ayah mereka.Aria tersenyum melihat pemandangan itu lalu tertunduk sambil menghela napas.Sudah tiga hari berlalu, namun Aria masih belum menemui Seth. Tidak ada keluarga Garrett yang menyadari dia absen mengunjungi Seth sejam bangun dari koma. Mereka tampak fokus dengan kebahagiaan Seth yang baru bangun dari komanya.Meski begitu, Aria menyadari dirinya seperti orang luar di keluarga Garrett.“Sayang ....”Aria tersentak merasakan seseorang mengguncang pundaknya. Dia mendongak dan bertatapan dengan Dario menatapnya dengan kening berkerut. Pria itu berlutut di depannya yang sedang duduk di bangku t
“Kamu tahu karena pamanmu, aku terpisah dari anak-anak dan kamu.”Aria meringis, merasa bersalah. Setelah dipikir-pikir Dario banyak berjuang dan banyak waktu yang terpisah dari anak-anak.Masalah selalu datang silih berganti tidak membiarkan mereka bersama. Aria tidak begitu memperjuangkan keluarga kecil mereka, perhatiannya terbagi antara Dario dan keluarga Garrett.“Maaf ....” bisiknya lirih sambil meremas tangannya.Dario berdiri dari posisinya dan mengulurkan tangannya pada Aria.Aria mendongak dan menatap pria itu.“Sayang, lupakan masalah saat ini, mari kita fokus pada keluarga kecil kita sendiri,” ujarnya sambil tersenyum.Di belakangnya terdengar tawa anak-anak .Mata Aria berkaca-kaca mendengar ucapan pria itu. Dario tidak pernah menyerah setelah semua yang mereka lalui. Tinggal dirinya yang harusnya memberi dukungan.Aria tersenyum meraih tangannya. Dia sudah bertekad untuk memperjuangkan keluarganya.“Papa! Liat Dixon tembak Delin dengan pistol air!”Dario dan Aria menoleh