Share

Istri Tawanan Duda Tampan
Istri Tawanan Duda Tampan
Author: Koran Meikarta

Dijadikan Jaminan

last update Last Updated: 2023-10-18 14:24:15

"Bawa saja keponakan saya! Dia yang akan menjadi jaminannya!" seru Martin dengan gila, sebelum empat orang pria berbadan besar menangkapnya. Dia yang berada di belakang keponakannya, memegangi bahu Elena dan tak memedulikan tatapan kaget keponakannya itu.

"Apa? Apa yang Om katakan?"

"Diam! Kamu diam saja! Nurut sama Om!" Martin mendesak, lalu mengalihkan perhatiannya pada empat orang di depannya. Dia mencengkeram dagu gadis itu serta menunjukkan wajah Elena. "Kalian bisa membawa Elena. Lihatlah! Dia cantik, Bos pasti suka! Saya janji akan melunasi semuanya nanti."

Elena tersentak. Dia melotot kaget mendengar perkataan pamannya yang bicara seolah dia adalah barang. Bagaimana bisa pamannya bersikap seperti ini? Dia bahkan baru saja pulang kerja saat kegaduhan terjadi dan melihat pamannya dipukuli, gara-gara tidak mampu melunasi utang yang sudah menunggak hingga ratusan juta. Dia juga sedang bernegosiasi untuk mencari jalan keluar terbaik agar utang pamannya bisa dilunasi, tapi apa yang dikatakan pamannya ini? Pamannya malah meminta mereka untuk membawanya? Setelah membuat masalah dengan meminjam uang untuk berjudi dan bahkan sampai menggadaikan rumah, sekarang dia akan dijadikan jaminan?

Marah? Kesal? Kecewa? Ya, itulah yang Elena rasakan sekarang, sampai dia mendorong pamannya dan menjauh. Pamannya adalah keluarganya sekaligus orang yang dia sayangi, tapi teganya melakukan ini terhadapnya. "Om! Om apa-apaan? Om mau menjualku?"

"Apa? Tentu saja tidak, Om hanya ingin kamu ikut mereka. Kamu tidak akan diapa-apakan. Jadi, bernegosiasi 'lah dengan Bos mereka. Bantu Om, Elena. Hanya kamu yang bisa melakukannya," bisiknya. Hanya ini satu-satunya cara agar dia masih bisa bernapas. Menyerahkan anak dari saudaranya yang telah meninggal. Ya, lagi pula dirinya tidak punya pilihan lain selain ini.

"Tapi tidak dengan cara seperti ini!"

"Sudahlah, tahu apa kamu? Lebih baik kamu diam saja!"

"Om!"

"Kami tidak membutuhkannya. Yang Bos minta itu, kau melunasi utangnya. Jika tidak, kami harus membawamu dan kau akan tahu akibatnya!" tegas salah seorang dari pria yang tadi memukuli Martin dan diam saja melihat pertengkaran paman serta keponakannya. Dia berhasil menarik kembali perhatian serta memberi ancamannya yang sangat nyata dan semua orang yang mendengar tahu itu tak main-main, apalagi saat kata 'Bos' disebut.

Selama ini, kata 'Bos' seolah menjadi momok menakutkan bagi siapa pun yang terlibat dengan mereka. Sebagai seorang penjudi dan orang yang berutang pada 'bos' tersebut, Martin tentu cukup mengenal siapa yang dimaksud. Pria kejam yang juga pemilik kasino dan sebuah kelab malam di pusat kota yang selalu dia kunjungi. Selentingan kabar mengatakan, pria itu adalah yang terburuk dari yang terburuk dan tak punya hati.

Sayangnya, tak ada yang pernah bertemu secara langsung. Mereka yang memiliki kepentingan hanya bisa berinteraksi lewat orang kepercayaannya, tapi beberapa orang yang berurusan dengan pria tersebut memiliki nasib tak beruntung. Apalagi jika mereka berutang dan tak mau membayar utangnya. Orang yang berutang itu bisa saja harus membayar utangnya dengan nyawa, dan jika orang yang berutang melarikan diri, maka keluarganya yang akan diburu.

"A-ayolah! Saya janji akan melunasi utangnya. Saya tidak akan melarikan diri."

Martin dengan cepat maju, menghadap pria yang merupakan ketua dari ketiga orang lainnya. Dia menariknya agak jauh untuk berdiskusi. "Tolong bawa saja keponakan saya. Bos kalian mungkin akan senang dan terserah dia mau diapakan. Bos kalian bebas melakukan apa pun padanya."

"Kenapa kau bisa berpikir Bos akan senang jika kami membawanya?"

"Tentu saja karena pria suka bersenang-senang dengan wanita! Dengarlah, keponakan saya itu, dia masih perawan. Dia akan cocok untuk melayani Bos kalian."

"Perawan?"

"Ya, lihatlah! Elena sangat cantik, tubuhnya juga bagus. Saya janji tidak akan melarikan diri. Saya juga pasti akan membayar utangnya, jadi tolong bawa saja dia sebagai jaminannya. Jika Bos kalian puas dengannya, bukankah kalian juga akan mendapatkan bonus?"

Martin mencoba menghasut dan mengiming-imingi sambil berharap keponakannya akan berguna. Hingga pria itu mulai berpikir dan menimbang perkataan Martin, sambil sesekali melirik ke arah Elena yang tampak waspada karena tidak tahu apa yang dibicarakan. Memang tidak ada ruginya sekali pun mereka membawa gadis itu. Jika Martin melarikan diri, mereka tinggal membunuhnya dan mengambil apa yang bisa mereka jual dari gadis itu. Memburu Martin juga tidaklah sulit. Bosnya juga mungkin senang karena gadis itu bisa menjadi hiburannya.

"Baiklah, kami akan bawa gadis itu, tapi kalau Bos tidak mau, kami akan datang dan memenggal kepalamu," ucapnya dengan serius sambil menekankan setiap kalimatnya, yang membuat Martin berkeringat dingin. Lalu dia menoleh ke arah tiga orang anak buahnya. "Bawa gadis itu. Kita akan menyerahkannya pada Bos."

"Baik."

"Apa? Om! Aku tidak mau! Kenapa jadi aku?"

Elena kaget saat kedua tangannya dipegangi. Dia ketakutan, tapi dia masih berusaha memberontak. Dia sama sekali tidak menyangka, kenapa kejadiannya jadi seperti ini? Kenapa jadi dirinya yang harus dibawa dan apa yang dikatakan pamannya pada orang itu?

"Cckk, menurut saja, Elena. Ini juga demi kebaikan kita! Kamu harus bisa melakukan tugasmu dengan baik!"

"Aku tidak mau! Apa yang akan dikatakan Kak Marcell kalau dia tahu apa yang Om lakukan padaku!" jerit Elena yang berusaha bertahan. Dia tidak ingin pergi. Dia tidak mau meninggalkan tempat itu. Rumahnya dan kakak sepupunya yang entah kenapa belum kunjung pulang.

"Marcell tidak akan marah, dia pasti akan mengerti. Tenang saja, kami juga akan membawamu lagi."

Wajah Elena memucat mendengar perkataan pamannya. Membawanya kembali? Apa itu mungkin? Elena memiliki firasat, dia tidak akan pernah kembali ke sini lagi jika dibawa oleh mereka. Jahat sekali pamannya melakukan ini padanya. Padahal orang tuanya telah mempercayakan dirinya untuk menjaganya. Elena merasa sangat terluka dan dikhianati. Selama ini dia selalu berusaha menjadi orang yang berguna dan membantu memenuhi kebutuhan pamannya yang sudah tidak bekerja. Namun balasannya? Dia dijadikan barang jaminan.

"Kenapa Om tega sekali padaku! Aku dan Kak Marcell sudah berulang kali memintamu berhenti berjudi, tapi Om malah melakukan ini padaku! Kak Marcell pasti akan marah!" Elena berusaha keras untuk tidak menangis, walau dadanya sesak bukan main.

"Kalian bisa membawanya sebelum orang lain melihat." Martin tak memedulikan ucapan Elena.

"OM!"

Elena benar-benar tidak mau pergi. Dia juga tidak terima diperlakukan seperti ini. Dia tak percaya pamannya malah memalingkan muka. Hingga Elena yang marah dan kesal, serta ingin bebas, berusaha menggigit tangan yang memegangi lengan kirinya dan hendak melarikan diri, tapi sialnya dia kembali ditahan. Tentu saja, siapa gadis yang bisa mengalahkan tiga pria berbadan besar seorang diri? Bukan Elena tentunya.

Hal itu pun membuat Elena frustrasi sampai akhirnya dia mencoba cara terakhir, yaitu berteriak dan berharap ada orang yang menolongnya. "TIDAK! LEPASKAN! TOLONG! TOLONG AK—"

Sayangnya, belum sempat Elena berteriak kembali, sebuah pukulan dirasakan di tengkuknya dan itu cukup keras sampai akhirnya berhasil membuatnya pusing. Elena mulai merasakan pandangannya tidak terlalu jelas, sampai sebelum dia sempat melakukan apa pun, kegelapan merenggutnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nhur Mhan
saya ska cerita ini.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Cinta Terakhir (END)

    Beberapa bulan kemudian. Perut Elena sudah semakin besar dan hari ini, dia sudah bersiap untuk melahirkan. Elena sudah berada di rumah sakit, tepatnya di kamar persalinan karena sejak kemarin, dia terus mengalami kontraksi. Darryl pun berada di sana untuk menemaninya. Darryl kalut dan khawatir. Dia bahkan memilih untuk tidak masuk kantor hari ini karena ingin menemani Elena melahirkan. Ezekiel sendiri berada di rumah dan tidak dia izinkan ikut, meski anak itu terus merengek dari semalam. “Makanlah! Aku tahu kau khawatir.”Sebuah suara terdengar. Mengalihkan perhatian Darryl dari lamunannya. Dia mendongak, menatap seorang lelaki yang tidak lain adalah Marcell. Ya, lelaki itu memang ada di sana dan menemaninya sejak semalam. Semua karena dia yang kalut, langsung menghubungi Marcell tanpa pikir panjang. Tentu saja Marcell mengomel dan membentaknya, tapi saat dia mengatakan Elena akan melahirkan, lelaki itu langsung datang dan membantunya membawa ke rumah sakit.Darryl pun sontak melir

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Menahan Diri

    Satu minggu kemudian. Elena melenguh dalam tidurnya. Dia menguap sebelum akhirnya membuka mata. Elena berkedip menatap langit-langit kamar. Dia masih mengumpulkan semua kesadarannya, sebelum kemudian melirik jam di sebelahnya yang menunjukkan pukul empat sore. Elena terdiam, sampai matanya membulat dan dia langsung duduk. Dia menyadari kalau dirinya sekarang berada di kamar, padahal seingatnya dia tadi sedang duduk menonton film di ruang tengah. Apa yang terjadi? Siapa yang memindahkannya? Elena kembali melirik jam dan matanya sontak membulat ketika dia teringat jika ini sudah sore. Suaminya sudah pasti pulang. "Darryl?"Elena berpikir Darryl mungkin sudah pulang, seketika dia langsung memanggil. Elena juga akhirnya bangun dan berjalan keluar kamar dengan hati-hati. Perutnya yang sudah semakin besar, membuat dia menjadi cepat lelah dan jalannya jadi lebih lambat. Untunglah, rumah ini memiliki lift, jadi dia tidak perlu kelelahan naik turun tangga ke lantai bawah. "Darryl?" Elena k

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Hari Pernikahan

    Hari pernikahan tiba. Setelah menunggu selama seminggu, akhirnya hari pernikahan Elena dan Darryl terjadi hari ini. Sebuah gaun indah telah dipakainya. Gaun itu membungkus tubuh dan perutnya yang besar dengan sempurna. Kehamilan Elena terlihat, tapi tentu saja gaun itu tidak membuatnya sesak. Riasan sederhana dengan rambut yang ditata sedemikian rupa, membuatnya terlihat sangat sempurna. Dia berdiri di depan pintu masuk aula pernikahan. Elena tidak sendirian, ada Marcell yang telah bersamanya dengan pakaian yang sangat rapi. Lelaki itu tampak menunjukkan kesedihan yang mendalam. Matanya memerah seperti habis menangis. Penampilannya yang rupawan, tidak menutupi wajahnya yang berantakan. "Kau siap?" Marcell menoleh ke arah Elena. Dia berusaha untuk tidak menangis dan memerhatikan betapa cantiknya wanita itu. Sayangnya, wanita itu akan segera menjadi milik orang lain. "Ya, Kak." Senyum Elena tampak merah. Dia seolah menjadi orang paling bahagia saat ini. Meski ekspresinya telah m

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Hati yang Hancur

    Setelah pembicaraan panjang dan penuh keseriusan, akhirnya Marcell mengizinkan Darryl untuk menikahi Elena. Meski dia sendiri harus hancur. Namun walau begitu, kesepakatan di antara mereka terjadi. Elena akan tetap tinggal bersama dengan Marcell, sampai hari pernikahan. Marcell juga yang akan menjadi walinya. Dia yang akan memastikan Elena baik-baik saja sampai ke tangan Darryl. Darryl pun tidak punya alasan untuk menolak. Dia menyetujui syarat yang diberikan Marcell. "Tante, di perut ini, ada dedeknya Iel, ya?" tanya Ezekiel yang duduk di samping Elena. Keduanya kini berada di ruang tengah saat Darryl dan Marcell sedang bicara. Camilan kesukaan Elena pun terlihat di atas meja. Menemaninya berdua dengan Ezekiel. "Iya, Sayang, ini adalah adikmu. Coba kamu elus." Elena meraih tangan Ezekiel dan meletakkannya di perutnya. "Wah, gerak, Tante!"Mata Ezekiel tampak berbinar senang ketika melihatnya. Dia senang karena dia akhirnya akan memiliki adik. "Iel mau lihat dedeknya Iel. Kapan di

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Merelakan

    Elena mengetuk pintu rumahnya dengan gugup. Dia baru pulang saat hari sudah sore dan pasti Marcell telah pulang. Elena takut bertatap muka dengan sepupunya, apalagi tadi dia sudah meninggalkan Marcell begitu saja dan mengikuti Ezekiel. Namun, tetap saja, ini adalah hal yang harus dihadapinya. Dia harus pergi menemui lelaki itu dan mengatakan semuanya. Tak berapa lama setelah dia mengetuk pintu, pintu pun terbuka dan menampilkan Marcell dengan wajah datar. Elena tidak melihat tatapan senang di wajah sepupunya. "Kakak.""Masuklah, ini sudah sore.""Baik." Elena mengangguk. Dia mengikuti langkah Marcell yang mengajaknya masuk ke dalam. Pintu pun ditutupnya dengan cepat. Elena berusaha menyusul langkah Marcell yang tampak terburu-buru. "Kakak, tunggu! Aku ingin bicara sesuatu denganmu."Marcell yang awalnya berjalan lebih dulu, berhenti dan langsung berbalik ke arah Elena. Dia menghela napas kasar. "Aku juga. Ayo duduk!"Tanpa banyak kata, Elena segera duduk di kursi. Berhadapan langsung

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Jadi Ayah Anakku

    "Aku harap Ezekiel suka." Elena berjalan bersama dengan Siena menuju ke arah kamar di mana Darryl dirawat. Tangannya menenteng makanan yang dipesannya untuk Ezekiel. Lalu dia menoleh ke arah Siena. "Terima kasih, ya, kamu sudah mau mendengarkan ceritaku.""Ya, Elena, santai saja. Aku mengerti perasaanmu, yang penting sekarang semuanya aman. Lalu, apa kau mau kembali pada Darryl?"Elena terdiam sesaat, tanpa menghentikan langkahnya. Pipinya tampak memerah dan dia mengangguk malu-malu. "Aku tidak bisa melupakannya. Aku sangat mencintainya.""Syukurlah, Elena, aku harap Darryl segera pulih dan kalian bisa bersama lagi.""Terima kasih, Siena."Tidak ada lagi percakapan setelah itu, Elena terus melangkah di lorong rumah sakit sambil memikirkan, bagaimana caranya dia memberitahu Marcell soal keputusannya ini. Dia berharap, kakak sepupunya itu tidak akan marah. Saat berjalan bersama, Elena melihat kamar Darryl ada di depannya. Dia segera mempercepat langkahnya untuk melihat keadaan pria itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status