"Pokoknya gue mau tau kapan mau ngelakuin itu. Kapan Algazka mau ngecek test kehamilan gue? Gue ini perlu tau, tau, dan tauuu!" Ucapan Zie yang berdendang penuh semangat membuat Daskar menjauhkan hpnya dari telinga dia.
Siang itu Zie menghubungi Daskar untuk menanyakan tentang rencana test yang ingin dilakukan oleh Algazka. Berhubung nomor Zie sudah di blok oleh Algazka, jadi mau tidak mau Zie harus melewati Daskar sebagai perantara untuk kesepakatan mereka."Nona Zie ...""Mana Algazka sekarang? Lo lagi sama dia kan pasti?" tebak Zie yang sangat tahu sekali dimana ada Algazka, pasti ada Daskar. Mereka memang selalu bersama dan tidak dapat dipisahkan."Tuan Algazka lagi sibuk." Daskar menjawab apa adanya.Memang benar kalau Algazka yang sedang menemani Allesa bermain di pantai dengan Princess yang sudah dibawa oleh penjaga Algazka lainnya tadi. Entah apa yang ada di dalam pikiran Algazka sampai mau mengikuti Allesa untuk membawa PrincessAlgazka yang masih berada di perjalanan mengecek jam tangannya. Seharusnya dia masih bisa menyisakan waktu lebih sedikit untuk menunggu Allesa bangun dan sarapan bersama. Tapi gara-gara ucapan Daskar yang menyampaikan keinginan Nastazie jadi membuat dia harus berangkat lebih pagi.Algazka tidak mau membuat Allesa penuh pertanyaan karena sejujurnya dia yang cukup tegang untuk menghadapi tes sialan itu. Tapi di balik ketegangannya, Algazka ingin semuanya lekas selesai.Daskar yang mengemudikan mobilnya menoleh pada Algazka. Pagi itu Daskar diminta untuk mengemudikan mobil tanpa perlu ada supir seperti biasanya. Jadi hanya ada Algazka ada Daskar saja di dalam mobil dan tidak ada penjagaan juga."Apa Tuan Algazka baik-baik saja?" tanya Daskar di sela-sela kemudinya.Algazka menghembuskan nafas kesal sekaligus melirik Daskar. "Lo liatnya gue baik-baik aja apa gimana?" tanya Algazka ketus."Saya melihat Tuan Algazka yang selalu santai, tenang,
Allesa melangkahkan kakinya keluar kamar. Sudah mandi dan sudah wangi juga seperti biasa. Sekarang waktunya dia akan melaksanakan sarapan seperti jadwal biasanya bersama Algazka pada pagi hari.Buru-buru dia mendekati kamar Algazka yang ternyata tidak tertutup rapat. Allesa mengintip."Algazkaaa?" panggil Allesa sambil masih mengintip lewat celah pintu kamar Algazka yang tidak terbuka lebar, hanya sejengkal saja kira-kira.Tapi panggilan Allesa tidak mendapat tanggapan dari Algazka."Aku masuk ah." Allesa memancing agar Algazka bersuara, tapi yang ada suara kamar tetap hening.Jadi mau tidak mau Allesa yang memilih masuk ke dalam kamar untuk melihat sedang apa Algazka. Ruangan kamar Algazka yang sangat rapi, wangi Algazka yang masih membekas, tidak berantakan sama sekali, dan Algazka yang juga tidak ada."Kemana sih, Algazka?" tanya Allesa bergumam di dalam kamar Algazka sambil menyisir pandangannya, tapi bagaimana pun Algazka me
"Pokoknya gue mau tau kapan mau ngelakuin itu. Kapan Algazka mau ngecek test kehamilan gue? Gue ini perlu tau, tau, dan tauuu!" Ucapan Zie yang berdendang penuh semangat membuat Daskar menjauhkan hpnya dari telinga dia.Siang itu Zie menghubungi Daskar untuk menanyakan tentang rencana test yang ingin dilakukan oleh Algazka. Berhubung nomor Zie sudah di blok oleh Algazka, jadi mau tidak mau Zie harus melewati Daskar sebagai perantara untuk kesepakatan mereka."Nona Zie ...""Mana Algazka sekarang? Lo lagi sama dia kan pasti?" tebak Zie yang sangat tahu sekali dimana ada Algazka, pasti ada Daskar. Mereka memang selalu bersama dan tidak dapat dipisahkan."Tuan Algazka lagi sibuk." Daskar menjawab apa adanya.Memang benar kalau Algazka yang sedang menemani Allesa bermain di pantai dengan Princess yang sudah dibawa oleh penjaga Algazka lainnya tadi. Entah apa yang ada di dalam pikiran Algazka sampai mau mengikuti Allesa untuk membawa Princess
"Emang kenapa? Kok kamu bilang kayak gini tiba-tiba, kita kan udah ngerencanain sesuai jadwal. Kok berubah? Kamu ada masalah?" tanya Allesa dengan sederet pertanyaannya.Pertanyaan itu dilontarkan oleh Allesa ketika Algazka yang mengatakan ingin merubah waktu pernikahan mereka. Kontan saja hal itu cukup mengejutkan bagi Allesa. "Nggak ada masalah, Sayang." Algazka meyakinkan dengan nada lembutnya yang membuat rona pipi Allesa jadi semakin tampak merah, lebih merah dari tamparan yang sudah dia dapatkan dar Alan."Terus kenapa mau dirubah? Kenapa mau dipercepat?" tanya Allesa yang masih penasaran dengan perubahan jadwal dar sisi Algazka.Jadwal pernikahan yang mereka rencanakan hanya beberapa hari saja dan akan terlaksana di minggu ini. Namun Algazka yang tiba-tiba saja mengatakan bahwa dia ingin mempercepat rencananya menjadi lusa. Hal yang benar-benar membuat Allesa sangat terkejut sekali."Algazka, kamu kalo ngebet kawin ya nggak gini j
Dan di dalam perjalanan pulang, Allesa hanya diam tidak bersuara. Pikirannya masih memikirkan bagaimana keadaan Alan. Bohong jika dia bisa mengacuhkan kakaknya begitu saja apalagi sekarang juga ada Almana di rumahnya.Allesa takut jika Almana juga bisa disakiti oleh Alan walau dia masih sangat menaruh peduli pada kakaknya. Kasihan Almana yang harus mendengar kekerasan saat usianya yang masih bayi.Mobil yang dikemudikan oleh Algazka dihentikan dan membuat Allesa memandangi jalan yang dimana lokasinya belum sampai ke rumah. Allesa mengamati jalan yang tidak jauh dari pandangannya ada sebuah laut berwarna biru dengan suara desiran ombak dari kaca mobil yang sudah diturunkan oleh Algazka.Tatapan Allesa menoleh pada Algazka yang ada di balik kemudi. Tadi saat pulang dari rumah, Algazka meminta Daskar untuk pindah ke mobil penjaga yang lain karena Algazka ingin mengemudikan mobilnya sendiri.Allesa pikir Algazka masih ingin memarahi dia, tapi sepanjan
Perlakuan sikap Alan yang memang sudah biasa dan selalu terkesan semena-mena. Memang begitu lah Alan yang membuat Nadya dan Garvin banyak menghela nafas dan menahan kesabaran pada anak lelakinya yang satu itu selama ini. Apalagi tingkahnya tidak pernah cocok dengan Allesa dan selalu menaruh rasa tidak suka. Meski begitu, Allesa tetap lah Allesa yang selalu memposisikan Alan sebagai seorang kakak walau Alan sering bersikap tidak baik pada Allesa. Dan terbukti pada siang itu saat Allan menarik Allesa keluar dan menampar wajahnya. Tamparan Allan membuat pipi Allesa memerah sehingga dia menahan rasa perih dan sakitnya. Belum lagi Allan yang juga menghemparkan tubuhnya sampai membuat dia terpentok ke dinding dan meringis sakit. Namun yang menjadi kepedulian Allesa sat itu adalah keberadaan Almana yang sampai menangis karena kaget. Dan sekarang sikapnya yang ingin kembali memukul Allesa, sudah dihentikan oleh Algazka yang tidak sengaja mendenga