Nama Nastazie yang terpampang di layar hp milik Daskar masih membuat Allesa dan Reina saling berpandangan dengan penuh tanda tanya.
Kenapa bisa Zie yag menghubungi Daskar pada pagi itu? Nama Zie yang membuat mereka bertanya-tanya."Gimana nih, Al?" tanya Reina pada Allesa yang meminta pendapat.Reina menaruh curiga pada Daskar yang sempat memiliki sikap aneh akhir-akhir. Apa semuanya berhubungan dengan perempuan menyebalkan itu?"Angkat aja nggak sih?" Allesa menjawab sambil nyengir kuda. Lagian rasanya memang tidak masalah jika Reina mengangkat telepon dari Daskar yang dimana hpnya ada di genggaman Reina sekarang."Emang gapapa? Beneran? Nanti kalo disemprot gimana?" tanya Reina yang ketar-ketir takut mengingat sikap Zie yang sangat penuh emosional rasanya"Ya aku lah sini ngomong sama aku." Allesa yang memasang badan tanpa ada ketakutan sama Zie sedikit pun. Lagian apa juga yang harus ditakuti dari Zie selain dia hanya pernah m"Al, kamu mau ngecek apa sih? Ih kok aku jadi dagdigdug tiba-tiba ya." Reina yang sudah ada di dalam kamar Allesa dan mengintili memegang detak jantungnya yang mulai marathon.Sementara Allesa belum berbicara apa-apa. Ada yang aneh di dalam benaknya. Tiba-tiba saja Zie menghubungi ke hp Daskar di waktu pagi dan Algazka yang juga sudah pergi secara tiba-tiba dan tidak izin meski dia mengatakan kalau ada urusan penting dan tidak tega membangunkan Allesa.Dan belum sampai situ saja. Sebuah testpack yang Allesa temukan dan diakui oleh Daskar adalah miliknya. Ditambah lagi Zie yang sangat terkesan juga mengetahui testpack tersebut. Semua menjadi berkesinambungan dan saling terkait satu sama lain."Kenapa sih, Al? Aku jadi penasaran, tapi kok aku takut." Reina masih merasakan waswas."Ada yang aneh aku rasa." Allesa akhirnya membuka suara meski tatapannya masih membolak-balik sebuah buku."Anehnya tuh kenapa? Waktu kamu bilang tadi kamu denger
"Algazkaaa?" Suara Zie yang sangat terdengar bahagia. Bagaimana tidak? Nama Algazka yang tiba-tiba saja terpampang di layar hpnya saat dia berbicara dengan Allesa membuat Zie mematikan sambungan teleponnya tanpa memikir dua kali. Tentu saja Zie yang akan jauh lebih memilih mengangkat panggilan dari Algazka dan menyudahi pembicaraannya dengan Allesa. Pembicaraan yang membuang waktu dan dia yang super menyesal menyia-nyiakan waktunya bersama pelayan brengsek itu. Meski tadi Zie hampir mengatakan bahwa testpack yang dibicarakan oleh Allesa adalah memang miliknya bersama Algazka. Pasti itu akan mengejutkan untuk pelayan rendahan yang ingin Zie singkirkan dari muka bumi ini. "Algazka? Ini beneran kamu kan?" Zie yang tampak berbinar-binar. Nama Algazka akhirnya dia dapatkan kembali di layar hpnya setelah beberapa waktu lalu Algazka yang memblokir nomor dia. Hanya ada deheman saja yang didengar oleh Zie dan itu cuku
"BODOH!" umpat Algazka pada Daskar yang memilih diam.Daskar tahu akan salahnya yang sampai teledor meninggalkan hp yang ada di atas meja pantry. Bisa-bisanya dia melupakan hp yang dimana adalah milik pribadinya. Apa yang akan terjadi jika Reina sampai mengambil hpnya dan sudah pasti dia yang menyimpan barang Daskar yang tertinggal."Kenapa sih lo bisa bodoh banget tinggalin hp lo, hah?!" Algazka yang benar-benar murka.Masalahnya bukan hanya hp Daskar yang tertinggal. Tapi akibat ulahnya Daskar bisa membuat Zie berhubungan Reina yang akan berakhir pada Allesa.Dia tahu sekali dengan kedekatan Reina dan Allesa yang sering bercerita. Dan jika Zie yang sampai menghubungi Reina, bagaimana dengan Allesa nanti?"Maaf, Tuan Algazka." Daskar mengakui kesalahannya. Akan dia terima hukuman jika Algazka ingin memberikan pada dirinya."Lo bener-bener yakin kalo hp lo ada di meja pantry?" Algazka memastikan yang membuat Daskar menganggukkan kepalanya."Iya, Tuan Algazka saya yakin ada di meja pan
Nama Nastazie yang terpampang di layar hp milik Daskar masih membuat Allesa dan Reina saling berpandangan dengan penuh tanda tanya.Kenapa bisa Zie yag menghubungi Daskar pada pagi itu? Nama Zie yang membuat mereka bertanya-tanya."Gimana nih, Al?" tanya Reina pada Allesa yang meminta pendapat.Reina menaruh curiga pada Daskar yang sempat memiliki sikap aneh akhir-akhir. Apa semuanya berhubungan dengan perempuan menyebalkan itu?"Angkat aja nggak sih?" Allesa menjawab sambil nyengir kuda. Lagian rasanya memang tidak masalah jika Reina mengangkat telepon dari Daskar yang dimana hpnya ada di genggaman Reina sekarang."Emang gapapa? Beneran? Nanti kalo disemprot gimana?" tanya Reina yang ketar-ketir takut mengingat sikap Zie yang sangat penuh emosional rasanya"Ya aku lah sini ngomong sama aku." Allesa yang memasang badan tanpa ada ketakutan sama Zie sedikit pun. Lagian apa juga yang harus ditakuti dari Zie selain dia hanya pernah m
Algazka yang masih berada di perjalanan mengecek jam tangannya. Seharusnya dia masih bisa menyisakan waktu lebih sedikit untuk menunggu Allesa bangun dan sarapan bersama. Tapi gara-gara ucapan Daskar yang menyampaikan keinginan Nastazie jadi membuat dia harus berangkat lebih pagi.Algazka tidak mau membuat Allesa penuh pertanyaan karena sejujurnya dia yang cukup tegang untuk menghadapi tes sialan itu. Tapi di balik ketegangannya, Algazka ingin semuanya lekas selesai.Daskar yang mengemudikan mobilnya menoleh pada Algazka. Pagi itu Daskar diminta untuk mengemudikan mobil tanpa perlu ada supir seperti biasanya. Jadi hanya ada Algazka ada Daskar saja di dalam mobil dan tidak ada penjagaan juga."Apa Tuan Algazka baik-baik saja?" tanya Daskar di sela-sela kemudinya.Algazka menghembuskan nafas kesal sekaligus melirik Daskar. "Lo liatnya gue baik-baik aja apa gimana?" tanya Algazka ketus."Saya melihat Tuan Algazka yang selalu santai, tenang,
Allesa melangkahkan kakinya keluar kamar. Sudah mandi dan sudah wangi juga seperti biasa. Sekarang waktunya dia akan melaksanakan sarapan seperti jadwal biasanya bersama Algazka pada pagi hari.Buru-buru dia mendekati kamar Algazka yang ternyata tidak tertutup rapat. Allesa mengintip."Algazkaaa?" panggil Allesa sambil masih mengintip lewat celah pintu kamar Algazka yang tidak terbuka lebar, hanya sejengkal saja kira-kira.Tapi panggilan Allesa tidak mendapat tanggapan dari Algazka."Aku masuk ah." Allesa memancing agar Algazka bersuara, tapi yang ada suara kamar tetap hening.Jadi mau tidak mau Allesa yang memilih masuk ke dalam kamar untuk melihat sedang apa Algazka. Ruangan kamar Algazka yang sangat rapi, wangi Algazka yang masih membekas, tidak berantakan sama sekali, dan Algazka yang juga tidak ada."Kemana sih, Algazka?" tanya Allesa bergumam di dalam kamar Algazka sambil menyisir pandangannya, tapi bagaimana pun Algazka me