Langkah kaki Daskar yang masuk membuat Allesa jadi memanasi hati penjaga Algazka itu. Biar saja. Lagian siapa suruh Daskar jadi menyebalkan. Allesa tidak suka ketika dia yang juga dibohongi oleh Daskar. Seharusnya Daskar bisa membantu Allesa saat dia bertanya tentang kejanggalan hatinya.
Tapi yang ada Daskar juga menipu Allesa. Hal itu tidak bisa diterima oleh Allesa begitu saja karena menyangkut nyawa Zie yang juga terancam ditambah dia yang tengah hamil. Janin yang tidak berdosa dan tidak pantas meerima akibatnya."Apaan sih, Al. Kamu nih." Reina jadi tersipu malu. Ucapan Allesa mengetuk hatinya yang sempat menaruh rasa nyaman pada Alan.Lelaki itu baik dan Reina senang berkenalan dengan Alan yang memiliki sikap hangat pada dirinya."Jangan suka ngelantur ngomongnya." Reina yang masih tersipu malu. Tidak pernah dia puji secara terang-terangan meski Allesa juga mengakui kalau Reina adalah wanita yang cantik dan anggun."Beneran tau. Poko"Kamu kenapa? Kok kayak lagi kesel gitu?" tanya Nadya saat melihat Garvin yang sudah masuk ke dalam kamarnya.Ekspresi Garvin terlihat tegang dan diliputi amarah yang Nadya sudah pahami. Tahu betul karakter suaminya seperti apa. Garvin tidak banyak bicara, namun dia melihat hanya dengan ekspresi saja. Contohnya sekarang saat dia melihat Garvin yang sudah duduk di sofa dan masih belum menanggapi ucapannya."Kenapa, Sayang?" tanya Nadya lagi. Dia meletakkan Almana yang baru saja tidur pulas dengan hati-hati.Baru bisa tidur karena sejak tadi diajak main oleh Allesa. Dan sekarang Almana yang tertidur sendiri itu dalam gendongan Nadya sudah membuat dia menghampiri Garvin setelah meletakkan Almana.Garvin belum menanggapi. Dia meraih tubuh Nadya sehingga istrinya yang duduk di pangkuan Garvin dan mengusap-usap pinggangnya.Kedua tangan Nadya merangkul leher Garvin dengan wajah yang mendekat dan memberikan kecupan hangat sesaat.Garvin jadi tersenyum. Keberadaan Nadya mampu membuat hatinya
"Tuan Garvin." Panggilan yang sudah mengarah pada Garvin membuat lelaki berumur 40 tahun itu menghentikan langkahnya.Dia menoleh. Rupanya Daskar, penjaga Algazka yang memanggil dirinya dan berjalan ke arah Garvin. Tubuhnya yang tegas dan tatapan dia yang memiliki sorot tajam. Sama persis seperti tuannya yang sudah membuat dia bekerja bertahun-tahun dan mengabdi."Selamat siang, Tuan Garvin." Daskar tersenyum tipis pada Garvin yang kini berdiri di hadapan dia."Siang. Ada apa?" tanya Garvin langsung tanpa ingin basa basi. Malas berbicara sebenarnya karena mengingat Daskar yang juga pernah membawa Allesa dari rumahnya.Meski Garvin tahu kalau semua itu hanya mengikuti perintah dari Algazka, tapi mereka tidak ada bedanya sama sekali bagi Garvin.Pertanyaan Garvin yang masih terkesan dingin pada dirinya membuat Daskar masih memberikan senyuman kecil."Saya ingin membicarakan sesuatu." Daskar memperlihatkan wajahnya yang mulai serius
Alan menghembuskan nafas kasar setelah Garvin pergi dari hadapannya. Tangannya mengepal kuat merasakan kekesalan yang masih dia harus tahan dan memang mungkin pantas tidak dia lampiaskan.Sudah tahu arah kemana ucapan Garvin yang memang perlu Alan waspadai. Pikirannya kembali mengingat tentang apa yang pernah terjadi dan tidak seorang pun tahu kecuali Garvin. Hanya Garvin dan Alan yang menyimpan sebuah rahasia mendalam."Kamu kenapa?" Pertanyaannya membuat Alan refleks menoleh dengan rasa terkejut.Kaget karena tiba-tiba ada suara yang mengarah pada dirinya dengan nada super dekat. Dan eskpresi terkejut Alan jadi membuat Reina terkekeh. Rupanya Reina yang datang."Kamu kaget, ya?" Reina yang masih terkekeh melihat Alan yang sudah tersenyum.Sengaja menghampiri karena dia melihat Alan yang berdiri di halaman luar rumah. Tadi Reina sempat melihat kalau Alan yang pergi keluar dan entah kemana dia. Seperti lelaki itu memang ada urusan karena
"Maksudnya kamu apa, Algazka? Kamu mau menikah sama Zie emangnya?" Allesa balik bertanya.Memastikan keinginan apa yang ingin Algazka lakukan untuk melakukan tanggung jawab. Apakah benar Algazka akan menikahi Zie demi menyelamatkan bayi yang dikandung perempuan itu?"Kamu mau menikah sama dia?" tanya Allesa lagi."Aku kan nanya.""Aku juga nanyaaak! Kamu jawab aja kamu mau ngapain? Emangnya bener kamu mau menikahi dia? Mau punya istri lagi biar istrinya ada di lantai satu sama lantai dua? Terus nanti mau nambah lagi biar ada juga di lanta tiga, iya begitu?" tanya Allesa yang sudah nyerocos panjang lebar.Pertanyaan itu membuat Algazka jadi menggeleng-geleng kepala. Dia terkekeh di dalam ahtinya mendengar sederet pertanyaan Allesa. Padahal dia sendiri yang tadi bertanya. Bisa-bisanya juga dia yang jadi emosi dengan pertanyaannya sendiri. Dasar gadis yang super menggemaskan."Aku nggak ngomong apa-apa kan padahal? Aku aja sejak tad
Allesa berjalan ke atas kamarnya dengan menggunakan tangga. Kamar Algazka yang dia tempati juga saat ini terlihat tidak tertutup rapat. Apa Algazka ada di dalam?Masih malas sebenarnya karena Algazka yang sangat menyebalkan. Allesa sejujurnya belum mau berbicara dengan suaminya itu yang juga sempat Allesa suruh pergi dari hadapan dia. Masih butuh waktu untuk mencerna semua sikapnya yang pasti banyak tidak Allesa ketahui."Apa ke kamar yang lama aja? Aneh banget tapi baru nikah udah pisah ranjang." Allesa bergumam sendiri.Menghela afas dan memilih berjalan ke arah kamar dia bersama Algazka meski dengan langkah malas-malasan. Tidak ada masalah yang bisa dihindari. Semua memang harus dihadapi. Allesa tidak boleh pengecut seperti yang sudah dia katakan tadi bersama Algazka.Perlahan-lahan Allesa membuka pintu kamarnya. Berusaha stay cool karena tidak mau terlihat galau walau sejujurnya hati Allesa campur aduk.Allesa berdehem agak keras saat
"Kamu kenapa?" tanya Nadya memperhatikan raut wajah Allesa yang seperti tidak biasanya."Kenapa aku?" Allesa balik bertanya sambil tetap bermain dengan Almana di dalam kamarnya.Ingin bertemu dengan Almana dulu untuk menghibur hatinya yang sedang jengkel. Daripada dia melihat Algazka atau Daskar, lebih baik dia melihat Almana saja. Tingkahnya yang lucu, polos dan juga menggemaskan. Sementara Garvin lagi keluar dan katanya dia ingin melihat kuda Allesa yang bernama Princess."Muka kamu. Ada masalah, Al?" tanya Nadya yang juga berada di atas tempat tidur bersama Almana dan Allesa yang mengambil posisi telungkup."Masalah apa sih, Almana? Orang aku baik-baik aja kok. Ya kan?" Allesa menggoyang-goyangkan kedua tangan Almana yang sudah bisa duduk meski masih harus disandarkan pada bantal."Jangan bohong. Mama kan ibu kamu. Ya pasti tau lah gelagat anaknya." Nadya menjelaskan dengan sikapnya yang selalu tenang dan lembut.Tahu sekali t