Allesa hanya bisa menghela nafasnya semenjak dia keluar dari ruang bawah tanah dan bertemu dengan Zie. Sikap Zie belum bersahabat sejak mereka membicarakan tentang Alan.
"Masih nggak habis pikir." Allesa bergumam pelan.Berusaha mengalihkan pikirannya, tapi dia belum bisa. Masih terbayang pada ucapan Zie yang menjelaskan tentang Alan. Bagaimana bisa Alan yang sampai melecehkan Zie? Kakak yang masih Allesa sayangi dan percayai namun pada kenyataannya sikap dia di belakang ..."Allesa?""Ehh?" Allesa yang refleks kaget karena mendengar panggilan yang menyebut nama dirinya.Kaget karena terlalu banyak memikirkan Alan dan juga Allesa."Kamu ngapain bengong gitu, Nak?" tanya Garvin yang sudah membuat Allesa nyengir kuda.Ekspresinya berubah secepat kilat ketika melihat Garvin yang ternyata memanggil dia."Sini, sini duduk." Allesa menepuk-nepuk sisi sebelahnya yang masih kosong.Kebetulan dia duduk di halama"Allesa?""Argaaa?" Allesa tersenyum ketika dia mendapatkan Arga yang ternyata ada di hadapannya.Tidak menyangka ketika dia bertemu kembali dengan Arga. Rupanya Arga ada di tempat makan yang sama. Dilihatnya Arga yang mengenakan penampilan rapi dengan jasnya. Dia terlihat jauh lebih tampan walau dulu sudah tampan di mata Allesa."Haiii, Allesa?""Ehhh?" Allesa refleks memundurkan langkahnya ketika Arga yang ingin memeluk dia. Kaget dan sadar kalau dia sekarang telah menjadi istri dari Algazka. Tidak sepantasnya dia berpelukan walau Allesa dan Arga tidak memiliki hubungan apa-apa.Mendapat reaksi Alllesa yang terkesan menjaga jarak hanya membuat Arga tersenyum. Mungkin karena terlalu lama tidak bertemu jadi membuat hubungan mereka menjadi canggung. Tidak sedekat seperti dulu yang bagaikan ulat dan kepompong."Kamu apa kabar?" tanya Arga yang langsung mengalihkan agar suasana tidak canggung."Aku baik. Kamu gimana? Ngapai
"Makasih ya, Algazka. Aku bener-bener suka banget. Makanannya juga enak-enak." Allesa tersenyum senang ketika Algazka benar-benar membawa dia ke sebuah restoran mewah.Tempat makan yang pastinya tidak pernah Allesa datangi. Super senang karena Allesa yang sudah lama tidak keluar rumah, jalan-jalan atau menghabiskan waktunya. Gara-gara menjadi tahanan Algazka jadi membuat dia lebih banyak di rumah.Dan sekarang Allesa benar-benar merasakan bahagia apalagi makanan yang disajikan sangat lezat. Daging khas yang super meleleh ketika dia memasukkan ke dalam mulutnya.Tadi Algazka menawarkan Allesa jika ingin menambah. Sejujurnya mau sih, tapi Allesa sudah terlalu kenyang karena dia yang juga menghabiskan menu pembuka dan beberapa dessert yang Allesa pesan."Kenyang banget deh dan aku happy." Allesa masih belum menghentikan pujiannya. Terlalu senang jadi membuat dia banyak mengoceh walau perutnya sudah full.Algazka yang mendengar itu jadi tersenyum. Lucu sekali memang istrinya yang berada d
"Lagi ngomongin apa?""Siapa?""Kamu tadi sama Garvin." Penyebutan nama Garvin yang masih membuat Allesa tahu kalau suaminya itu tidak sudi menganggap Garvin sebagai ayahnya.Padahal kan setelah menikah seharusnya bisa menganggap Garvin sebagai orang tua juga. Tapi mana mungkin Algazka sudi walau Allesa melihat banyak perubahan sikap dari Algazka."Lagi ngobrol biasa aja." Allesa sedikit menjelaskan.Algazka sudah pulang dan dia tadi sempat melihat Allesa yang sedang mengobrol bersama Garvin di halaman belakang dari teras kamarnya. Kebetulan dia memang langsung masuk ke dalam dan menuju kamarnya. Ingin bertemu Allesa, tapi tidak ada. Ternyata istrinya sedang bersama Garvin."Kamu kok pulang nggak bilang sama aku?" tanya Allesa yang sudah duduk diatas kasur sambil mengamati Algazka yang tengah menggulung lengan pakaiannya.Kaget juga saat melihat Algazka yang ternyata ada di dalam kamar. Gara-gara tadi serius berbicara dengan Garvin jadi membuat Allesa tidak sadar melihat mobil Algazka
Allesa hanya bisa menghela nafasnya semenjak dia keluar dari ruang bawah tanah dan bertemu dengan Zie. Sikap Zie belum bersahabat sejak mereka membicarakan tentang Alan."Masih nggak habis pikir." Allesa bergumam pelan.Berusaha mengalihkan pikirannya, tapi dia belum bisa. Masih terbayang pada ucapan Zie yang menjelaskan tentang Alan. Bagaimana bisa Alan yang sampai melecehkan Zie? Kakak yang masih Allesa sayangi dan percayai namun pada kenyataannya sikap dia di belakang ..."Allesa?""Ehh?" Allesa yang refleks kaget karena mendengar panggilan yang menyebut nama dirinya.Kaget karena terlalu banyak memikirkan Alan dan juga Allesa."Kamu ngapain bengong gitu, Nak?" tanya Garvin yang sudah membuat Allesa nyengir kuda.Ekspresinya berubah secepat kilat ketika melihat Garvin yang ternyata memanggil dia."Sini, sini duduk." Allesa menepuk-nepuk sisi sebelahnya yang masih kosong.Kebetulan dia duduk di halama
"Dia Alando Danaro, kakak aku!" ketegasan Allesa yang kembali dia lontarkan pada Zie yang sudah terdiam.Dia mematung dan membisu. Lebih tepatnya Zie tidak bisa mengungkapkan kata-katanya lagi setelah tahu bahwa Alan adalah kakak Allesa. Alan kakak kandung Allesa? Itu tidak mungkin.Zie mengambil langkah mundur dan menuju sofa yang terdapat di dalam ruangannya. Dia duduk dengan tatapan nelangsa. Pikiran Zie melayang dan tarikkan nafas yang terasa berat atas dunia yang nyatanya tidak luas.Melihat itu Allesa yang belum keluar kembali mendekati Zie. Dia berjalan perlahan dan duduk di sebelah Zie yang memandang lurus ke depan. Allesa mengamati Zie dengan seksama. Ada tatapan kosong, kesedihan, dan kekecewaan yang Allesa dapatkan.Beberapa menit terlewati tanpa ada satu pun kata yang terdengar. Zie yang masih diam dan Allesa yang tidak mau mengganggu hatinya. Terlebih dia tidak mau semakin menyudutkan posisi Zie apalagi sekarang dia tahu kalau semua i
"Apa maksud ucapan lo? Jangan sembarangan kalo ngomong!" Zie memberikan peringatan pada Allesa dengan nada tegasnya.Zie merasa direndahkan atas kata-kata yang tertuang lewat mulut Allesa. Di satu sisi nada Allesa yang terdengar memberikan pernyataan, bukan pertanyaan. Tentu saja hal itu membuatnya tersinggung."Aku cuma nanya. Kamu hamil anak siapa?" tanya Allesa kembali. Nada dia pelan, tenang, dan penuh perhatian.Sama sekali tidak mengintimidasi keadaan Zie sedikit pun. Yang jelas dia memang mau tahu tentang kebenaran sesungguhnya. Allesa tidak mau menilai Algazka sebelah mata apalagi jika dia bukan penanggung jawab atas keadaan yang terjadi sesungguhnya.Hari itu Allesa mendatangi Zie yang masih berada di ruang bawah tanah setelah tadi meminta Daskar untuk mengantar. Daskar sudah keluar karena Allesa yang tidak mau ditunggu oleh dia saat ingin berbicara pada Zie empat mata di ruang bawah tanah itu.Jangan fokus dengan tempat yang dit