Kisah cinta masa kecil yang tak pernah pudar. Kisah cinta seorang gadis introvert nan setia yang selalu saja menantikan kehadiran cinta masa kecilnya.
View MoreAssalamu'alaikum .... Saya sebagai penulis, ingin memberikan sedikit pesan untuk semua pembaca, semoga bisa di pahami dan di laksanakan 👍. 😊😊😊 Membaca adalah hal yang cukup banyak di gemari, selain menambah ilmu juga dapat mengambil hikmah dari setiap peristiwa dan alur cerita yang di buat. Pada dasarnya setiap penulis menginginkan yang terbaik untuk setiap karya yang telah di publish, dan juga untuk pembaca yang setia bersama karyanya. Buku atau sebuah bacaan adalah gudang ilmu, dan isinya di pertanggung jawabkan menurut amal jariah yang menuju kebaikan atau bahkan sebaliknya. Pada dasarnya sebuah niat adalah kunci dalam suatu perbuatan, namun tak hanya sebatas itu, sebuah perlakuan bisa saja mengurungkan sebuah niat yang baik, bila menyimpang dari konsep kebaikan itu sendiri. Saya sebagai penulis, berharap sebuah karya ini akan menjadi suatu manfaat bukan sebagai dosa jariah, yang akan membebani kehidupan sejumlah orang yang terlibat. Oleh karena itu, saya harap para pem
Maka sebab hal ini, mau tak mau para sahabatnya pun turut mengikuti keinginannya Tania. Mereka tampak melangkah dengan gesit, atas aba-aba dari Tania dan kemudian lekas kembali mengerjakan tugas mereka yang sempat terbengkalai tadinya."Huft! Syukurlah," ucap Tania setelah mereka sampai pada tempat yang sama, layak pada yang sebelum-sebelumnya."Syukur?" ulang Aliya dengan spontan dan turut mengernyitkan alisnya."Iya syukur! Syukur tadi di ...," ucapan Tania yang sempat terputus. Ya, hampir saja ia keceplosan kala itu. Jika saja kalimatnya masih terlanjut tanpa ia sadari, maka pastinya mereka semua akan tahu kalau Tania memang telah lama punya rasa pada Syahdan. Belum lagi nantinya, Jeysa malah akan meledeknya sebab hal ini, terlagi tadi ia sempat berakting agar mereka sama sekali tak tahu tentang isi hati dan suasana hatinya kala itu,"maksudnya ... syukur tugas-tugas kita masih tertumpuk rapi di sana, syukur tak ada yang mengambilnya. Jika saja itu sampai terjadi, bukankah ini akan
Sungguh, sebenarnya rasa tergesa-gesa itu bukan sebab tugas mereka yang memang belum sepenuhnya terselesaikan, tapi tak lain dan tak bukan apalagi kalau bukan hanya sebatas alasannya Tania, agar para sahabatnya itu tak lagi ingin menetap di sana sebab merasa penasaran atau semacamnya, terlagi jika saja mereka sampai melihat ia salah tingkah, di kala posisi Syahdan yang masih saja melihat ke arahnya kala itu.Please, jangan ke sini Dan!Batin Tania.Kala itu, entah Syahdan memang hendak menghampirinya atau tidak, sungguh Tania juga tak mengetahuinya. Namun, di kala ia sempat melihat ke arahnya sejenak, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menarik para sahabatnya itu, ia memang sempat melihat pergerakan Syahdan yang seolah-olah hendak menghampirinya.Maka sebab hal inilah, dengan sigap Tania menarik mereka dengan terkesan tergesa-gesa dan lagi-lagi membuat para sahabatnya itu kembali mengernyitkan alis mereka tentunya.
Mereka memang cukup merasa penasaran, tapi tampaknya mereka lebih memilih bungkam dan memilih untuk tak bertanya lebih mengenai dugaan mereka itu terhadapnya.Semenjak mereka berada di sana, sungguh tak ada yang menyangka jika pada akhirnya Syahdan akan sadar dan turut melihat ke arahnya. Maka sebab hal ini, sebab Tania merasa jika ada yang tengah melihatnya, maka dengan spontan pun matanya turut membalas pandangan itu.Tania meneguk salivanya di kala Syahdan turut melihat ke arahnya. Sungguh, ia tak tahu harus melakukan hal apa kala itu. Lantas sebab hal ini, Tania pun turut berakting melihat ke arah arloji yang tengah ia kenakan dan turut menuturkan, "Astagfirullah, telah berapa lama kita di sini? Bagaimana dengan tugas kita?" Itulah yang ia ucapkan dengan tampak seakan tergesa-gesa kala itu.
"Hmmm?" Setelah ia mendengar kalimat tanya itu dari Azyla, lantas netranya pun turut mengarah ke arah sahabatnya itu.Tentu saja, Azyla merasa aneh sebab hal ini. Bagaimana tidak? Tania bukannya menjawabnya, tapi malah berdeham dan turut menautkan pandangannya belaka. Lantas sebab hal ini, Azyla pun turut kembali berucap, "Hmmm? Jadi benar?"Tania tampak menggeleng kala itu."Bukan?" tanya Azyla kembali dengan tampak merasa penasaran."Maksudnya, aku tak mengetahuinya. Ada rasa jika ini benar, tapi di sisi lainnya ini juga terasa mustahil," tutur Tania yang seakan tak ingin berharap lebih dengan nada suara yang semakin melirih. Tak hanya mengenai kalimatnya yang terkesan lirih di akhir, tapi ia pun turut menampilkan raut wajah sendu spontannya, di kala ia mengatakan sisa-sisa kalimat di akhir ucapannya kala itu.Tentu saja Tania telah jadi pusat perhatian bagi para sahabatnya. Tak hanya Azyla, tapi Aliya dan Jeysa pun seakan turut merasa, jika salah seorang sahabat mereka itu seakan te
Jujur, Tania memang turut merasakan hal yang sama dan bahkan di sisi lainnya ia seakan cukup yakin akan hal ini, tapi balik lagi ke sisi lainnya, sungguh Tania merasa ambigu. Menurutnya, bagaimana mungkin rasanya jika seorang siswa yang kini seakan terkesan asing baginya itu, malah memperhatikannya sedari tadi?Ya, itulah hal yang seakan sulit untuk Tania tepis dalam mengatasi keambiguan ini. Apa memang Syahdan?Setelah sebelumnya ia sempat membatinkan kalimatnya, maka kini ia pun kembali melakukan hal yang sama. Kini, pandangannya pun masih tertuju ke arah yang sama. Sementara yang lainnya pun turut melihat ke arah Tania kala itu."Tan," panggil Azyla guna menyadarkannya."I ... iya?" Sungguh Tania seakan merasa gugup setelahnya. Baginya, jika saja sosok bayangan tadi memanglah Syahdan, maka ini seakan pertanda jika cinta lamanya telah terbalaskan.Lantas benarkah demikian? Benarkah sosok bayangan yang mengikutinya itu ialah Syahdan?Entahlah, bahkan Tania pun sama sekali belum beran
Apa orang yang kamu ragukan itu adalah dia? Diakah sosok bayangan yang kamu maksud?” tanya Azyla dengan masih melihat ke arah yang sama dan turut menunjuk ke arah tersebut.Lantas setelahnya Tania pun turut memicingkan matanya secara berkala, guna memastikan hal ini.Mungkinkah dia?Batin Tania yang masih merasa ragu.Azyla bisa menduga demikian, sebab anak laki-laki bertopi itu sempat menunjuk ke arahnya dan juga yang lainnya. Sepertinya, ia yang tengah mengobrol dengan teman-temannya itu dan turut menunjuk ke arah tersebut, seakan memiliki maksud tertentu. Ini memang belum tentu benar, tapi tak menutup kemungkinan, jika alasan dari seorang siswa itu menunjuk ke arah mereka tanpa ia sadari, mungkin saja salah satu temannnya tengah menanyakan dari arah mana barusan ia berjalan, bukan?Ya, ini memang baru sebatas asumsi belaka, tapi tampaknya begitulah tanggapan Azyla mengenai hal ini. sebenarnya bukan hanya Azyla, demikian pula dengan Aliya, Jeysa dan bahkan juga Tania. Mereka seakan m
Aku masih mengingatnya, walaupun tak terlalu jelas dalam pikiranku,” jawab Tania.“Lalu ia pergi ke arah mana?” tanya Jeysa.“Jika aku tak salah, tadinya ia seakan hendak menuju ke depan. Dia seakan berjalan mengarah ke depan, di mana kita meletakkan tas pada pintu masuk,” jawab Tania.“Kalau begitu, bagaimana jika kita menelusuri langkahnya saja? Meskipun arah itu belum pasti benar, tapi tak ada salahnya ‘kan guna memastikannya,” saran Aliya.“Iya, itu benar,” sahut Jeysa.Keraguan dan keresahan hati Tania dan para sahabatnya pun, menuntut mereka untuk memecahkan misteri yang seakan telah mengganggu ketenangan mereka. Lantas demikian, mereka pun lekas bergegas menuju arah yang sempat mereka bincangkan tadinya.“Tania,” panggil Azyla dengan turut mematung seraya menatap ke suatu arah di kala lengkah mereka sempat terhenti.“Ya?” jawab Tania.
Beberapa saat kemudian, lebih tepatnya setelah mereka selesai dengan urusan mereka masing-masing. Kini, Azyla dan yang lainnya pun merasakan ada yang lebih jauh berbeda dari Tania.Lantas demikian, ketiga sahabatnya pun mencoba untuk menyadarkan Tania dari ilusi dan juga lamunannya pada kala itu. Namun dengan hitungan detik, Tania pun lekas bertanya kepada mereka,“Azyla, Aliya, Jeysa ... tadi pada saat kalian meninggalkanku ... aku melihat seseorang yang hampir sama dengan sosok yang mengikutiku tadi,“tapi aku hanya melihatnya dari pantulan cermin ini. Perasaanku berkata, jika ada seseorang yang memang tengah mengikutiku ... dan ini terasa benar-benar nyata. Namun, aku masih merasa ambigu akan hal ini. Aku ragu, apa dia yang kulihat tadi ... adalah seseorang yang telah mengikutiku dari atau tidak, entah dialah sosok bayangan itu atau tidak. Sungguh aku masih merasa aneh dan ambigu akan hal ini,” ungkap Tania.“Apa kamu masih ingat ... ke mana langkah perginya seseorang yang kamu binca
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments