Share

5. Menikah

Penulis: Santi_Sunz
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-30 12:10:26

Laureta merasa dirinya bagai orang lain saat ia melihat bayangannya dari pantulan kaca yang ada di tembok. Gaun biru itu terlihat sangat mahal. Sepatu hak tingginya sekitar tujuh senti, tapi anehnya terasa sangat nyaman.

Rumah itu begitu mewah hingga ia pikir, ia sedang berada di alam mimpi. Seumur hidupnya, ia tidak pernah masuk ke dalam istana. Semua perabotan di rumah itu tampak elegan dan pasti mahal.

Laureta mengatur napasnya untuk menenangkan diri, sementara Kian berjalan di sebelahnya tampak bagai seorang bangsawan dan Laureta hanyalah seorang rakyat jelata.

Seorang wanita menyambut mereka. Ia memeluk Kian dan kemudian dengan ramah menanyakan tentang Laureta.

“Kenalkan, ini Laureta, Ma.”

“Ah, nama yang sangat cantik,” puji sang ibu dengan senyum yang sangat manis. Laureta salim pada sang ibu sambil memaksakan senyumnya. “Pa, ini calonnya Kian.”

Seorang pria bertubuh tinggi yang sama seperti Kian menghampiri mereka. Wajahnya sungguh tidak ramah, jauh lebih dingin dari Kian. Laureta pikir, ia akan mengompol di celana. Ia takut sekali jika ia akan ditelan hidup-hidup.

Laureta hendak salim, tapi sang ayah tidak merespon dengan ramah. Jadi, Laureta mengurungkan niatnya.

“Laureta,” ucap ayahnya dingin. “Dari mana kamu mengenal putraku?”

“Hmmm, waktu itu kami bertemu di Bali. Aku sedang berlibur. Lalu kami saling mengenal dan ….”

“Kalian pacaran diam-diam tanpa sepengetahuanku?” Ayahnya mengangkat sebelah alisnya. “Sudah berapa lama kalian pacaran?”

“Maaf, Pa. Aku tidak bermaksud untuk merahasiakannya dari Papa. Sebenarnya, kami sudah berpacaran lima tahun.”

Ayahnya mengangguk perlahan. “Apa pekerjaanmu?” tanyanya pada Laureta.

“Aku seorang instruktur senam,” jawab Laureta jujur.

Kian merangkul Laureta, tapi tangannya meremas bahunya cukup keras. Laureta menahan diri untuk tidak mengernyit karena Kian meremas di tempat yang sakit.

“Oh! Kamu seorang ZIN?” seru ibunya Kian. “Pantas badanmu kekar sekali. Kalian akan segera menikah bukan? Kalau begitu, Mama bisa senam setiap hari. Nanti kamu yang ajari Mama ya, Laureta.”

Belum apa-apa, sang ibu sudah menyebut dirinya mama. Laureta canggung sekali. Ia tersenyum sambil mengangguk.

“Ayahnya adalah seorang pilot dan ibunya sudah meninggal,” ucap Kian tiba-tiba. Sungguh sandiwara yang luar biasa.

“Ah, benarkah?” Ibunya menggenggam tangan Laureta dengan hangat. “Kasihan sekali. Kamu pasti sedih karena merindukan ibumu. Biar aku yang akan menjadi ibumu sekarang ya.”

“Terima kasih, Bu.” Laureta mengangguk canggung.

“Panggil aku mama. Oke? Dan panggil dia papa. Kamu akan menjadi menantu kami. Jadi, jangan sungkan-sungkan ya.”

Laureta pikir, ia akan menghadapi ikan hiu pemangsa yang mungkin akan menelannya dalam satu kali gigitan. Namun, ternyata suasana makan malam hari itu terasa hangat, kecuali sang ayah yang memiliki aura dingin seperti es.

Tanpa banyak basa-basi, malam itu sang ayah menentukan tanggal pernikahan. Mereka akan menikah akhir minggu ini. Semua persiapan pernikahan akan dilaksanakan sesegera mungkin. Sepertinya sang ayah sudah lama merencakan pernikahan ini, hanya tinggal menunggu sang anak untuk membawa calonnya.

Seumur hidup, Laureta tidak pernah berpikir jika ia akan ditabrak seorang pria dan kemudian menikahinya. Hanya butuh satu hari pertemuan dan hidupnya langsung berubah. Menanti Erwin untuk menikahinya hanya membuatnya sakit hati. Pria itu malah berselingkuh dengan wanita lain.

Ibunya Laureta telah pergi meninggalkan rumah. Menurut Kian, ia sudah memberikan sejumlah uang pada ibunya untuk pergi menjauh dari sini. Kian tidak mengizinkan ibunya untuk hadir di pernikahannya. Dan ya, ayahnya Laureta adalah seorang ‘pilot’ yang artinya tidak bisa hadir di pernikahan mereka.

Hari Minggu datang begitu cepat hingga Laureta tidak ingat apa saja yang sudah ia lakukan selama tiga hari ini. Hanya Reksiana, sahabatnya yang bisa ia ajak bicara. Reksi begitu terkejut hingga nyaris berguling-guling di lantai.

Sahabatnya itu yang menjadi pendamping pengantin wanita. Reksi lebih tomboy daripada Laureta. Aneh rasanya melihat sahabatnya itu mengenakan gaun dan dirias wajahnya.

“Tata! Kamu cantik sekali,” puji Reksi. “Tapi wajah kamu tidak tersenyum. Ayolah bukankah ini namanya rejeki?”

“Rejeki apa? Ayahku masuk penjara. Ibuku diusir dari rumah. Lalu aku juga akan dipenjara di rumah pria aneh itu!”

“Ta, kamu berhasil mendapatkan pria kaya raya yang jauh lebih baik daripada Erwin!”

Laureta menghela napas. “Tapi usia kami jauh sekali, Reks. Dia sudah umur empat puluh.”

“Tidak apa-apa, Ta. Yang matang itu lebih menantang. Kamu pasti akan bahagia hidup bersamanya.”

Laureta ingin tertawa mendengar perkataan sahabatnya. Namun, doa sahabatnya itu akan ia percayai. Semoga saja ia akan hidup bahagia bersama Kian.

Pernikahan berlangsung secara sakral dan hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat terdekat saja. Tak ada satu pun keluarga Laureta. Hanya Reksiana satu-satunya orang yang Laureta kenal di pernikahan ini.

Bersanding di pelaminan bersama pria asing di sebelahnya ini membuat Laureta ingin pingsan. Namun, saat Laureta memandangi pria yang telah menjadi suaminya itu, ia pikir ia telah menikahi seorang pangeran.

Kian tampak sangat tampan dan mempesona. Rambutnya ditata sedemikian rupa, berbeda dari beberapa hari sebelumnya. Hidungnya mancung hingga Laureta pikir tangannya akan terluka jika menyentuh hidung itu.

Tatapan matanya begitu tajam, menyorot setiap orang yang berada di undangan. Entah harus merasa sedih atau bahagia, Laureta telah menghadapi kehidupannya yang baru. Ia akan menjadi seorang istri.

Lampu ruangan meremang, lalu sebuah lampu terang menyorot Laureta dan Kian. Pria itu membimbingnya untuk berdansa. Tubuh Laureta sudah biasa menari, senam zumba. Ia tentu bisa jika sekedar berdansa waltz.

Pegangan tangan Kian di pinggangnya terasa mantap. Laureta memandangi dagunya yang terdapat berewok tipis menggoda, tak sanggup menatap wajahnya yang tampan. Ia merasakan hujaman tatapan pria itu hingga membuat Laureta tidak nyaman.

“Kamu cantik,” pujinya singkat.

Laureta pun mendongak. “Terima kasih.”

You may kiss the bride!” seru sang pembawa acara.

Laureta tidak mengerti apa yang harus ia lakukan. Kian melepaskan tangannya dari pinggang Laureta, lalu merenggut dagunya. Ini adalah kali kedua pria itu menarik dagunya. Napas Laureta tercekat.

Kian mendekatkan wajahnya sambil memejamkan mata. Laureta pun ikut memejamkan matanya. Sebuah ciuman mendarat di bibirnya, membuat jiwanya melayang-layang di udara.

Laureta pikir ia sedang bermimpi. Tak pernah ia merasakan bibir hangat seorang pria melumat bibirnya. Ini benar-benar pengalaman pertamanya. Laureta hanya bisa terdiam dengan lutut yang gemetar.

Semua orang bertepuk tangan riuh dan kembang api berpendar di sekelilingnya. Ciuman itu benar-benar romantis. Laureta ingin menangis karena terharu, tapi kemudian Kian melepaskan ciumannya.

“Selamat datang di duniaku, Istriku,” ucap Kian dengan suaranya yang dalam.

Laureta tersenyum sambil menegakkan tubuhnya. Ia terlalu ringkih untuk berdiri tegak. Ia mengedarkan pandangannya. Seluruh undangan tampak senang melihat sepasang suami istri yang baru saja menunjukkan kemesraannya.

Lalu di sanalah, Laureta melihat seorang pria yang ia kenal betul. Pandangan mata mereka berserobok. Seketika jiwa Laureta kembali ke bumi. Kembang api telah padam. Laureta bisa melihat pria itu dengan lebih jelas lagi.

“Erwin?” gumam Laureta.

Kian menoleh padanya. “Ada apa? Kamu mengenal Erwin?”

“I-iya. Aku mengenalnya,” jawab Laureta gugup.

“Oh, Erwin adalah keponakanku.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   EPILOG

    Zion adalah anak yang sangat lucu dan pintar. Di usianya yang menginjak lima bulan, anak itu sudah bisa diajak bercanda. Siapa pun yang bertemu dengannya pasti akan gemas dengan tingkah lakunya.Hari itu adalah pertama kalinya Kian bertemu dengan Zion. Kian tampak tegang sekali seperti hendak bertemu dengan presiden. Laureta terkekeh sejak tadi menertawakan sikap Kian.Laureta baru saja pulang kerja dan Kian yang menjemputnya. Pria itu menyetir mobil menuju ke rumahnya tanpa Laureta perlu menunjukkan arah seolah ia sudah tahu alamatnya di mana.“Bagaimana kamu bisa tahu alamat rumahku? Ah, kamu memang memata-mataiku, ya kan.”Kian tidak menggubris candaannya. Pria itu fokus menyetir hingga berhenti di depan rumahnya.“Aku memang pernah mengikuti Ivan sampai ke rumah ini. Aku ingin tahu apakah benar kamu tinggal bersama dengannya di sini,” ungkap Kian.Laureta pun tersenyum. “Ya sudah. Kali ini aku akan memaafkan

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   259. Untuk Selamanya

    Kian memutar tubuh Laureta, lalu wanita itu pun menengadahkan kepalanya sambil mengangkat kakinya hingga berada dalam dekapan Kian. Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti.Kian pun mendekatkan bibirnya dan mencium Laureta dengan lembut. Laureta pikir lututnya akan goyah hingga ia tidak sanggup untuk berpijak di bumi. Namun, Kian menopangnya, mendekapnya dengan erat.Laureta pun membalas ciuman itu. Ia yakin sekali jika dalam hidupnya, ia hanya mencintai satu pria, yaitu Kian seorang. Susah payah ia menutupi perasaannya, tapi ia tak akan sanggup. Kian benar-benar telah mencuri hatinya.Usai ciuman yang memabukkan itu, Kian pun melepaskan diri. Napas mereka sama-sama saling memburu. Kian mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, lalu berlutut di hadapan Laureta.“Laureta Widya, maukah kamu menikah denganku? Lagi?”Laureta terkesima menatap cincin berlian di dalam kotak mungil berwarna merah. Ia pun mengangguk dan berkata, “Ya, aku

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   258. Bertaruh

    Laureta tersenyum membaca pesan singkat dari Ivan. “Pacar?” gumamnya.“Ada apa?” tanya Kian.“Uhm, tidak ada apa-apa.”“Ayolah! Aku ingin tahu. Kamu tadi bilang pacar. Pacar siapa?”Kian merebut ponselnya dari tangannya. Ia malu sekali saat Kian membaca pesan itu dari Ivan. Kian pun tertawa lepas.“Astaga! Jadi, apakah aku harus memanggil Ivan kakak mulai sekarang? Dia itu kakakmu kan?”Laureta terkekeh. “Mungkin begitu. Dia pernah menyuruhku untuk memanggilnya kakak, tapi aku tidak mau.”“Kenapa? Sepertinya usianya lebih tua darimu.” Kian menautkan alisnya, tapi Laureta menggelengkan kepala. “Kamu saja selalu memanggilku nama padahal usia kita terpaut delapan belas tahun. Atau mungkin sekarang aku punya panggilan baru?”“Apa itu?”“Papa?”Laureta terkejut. “Papa? Kamu kan bukan ayahku!&rdq

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   257. Acara Pesta

    “Kamu siap?” tanya Ivan sambil mengulurkan tangannya pada Laureta.Ia tersenyum dan kemudian menyerahkan tangannya pada Ivan. Ia baru saja turun dari mobil. Lalu mereka berjalan bergandengan, masuk ke dalam gedung mewah. Di dalam sana sedang ada acara pernikahan seorang anak pengusaha importir, rekan kerjanya Ivan.Sebenarnya, Laureta tidak perlu datang ke sini karena ia sama sekali tidak mengenal siapa pun di sini. Namun, Ivan bersikeras mengajaknya karena menurutnya Laureta pasti akan senang mencicipi berbagai macam makanan yang unik-unik di sana.Laureta pun terpaksa ikut. Ia melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri. Ivan membelikannya gaun yang ia pakai sekarang. Gaun itu berwarna biru tua dengan belahan rok yang tinggi hingga menampilkan kakinya yang tampak jenjang berbalut sepatu hak tinggi bertali hingga ke betisnya.Banyak sekali tamu yang datang ke acara pernikahan itu. Semua wanitanya mengenakan gaun yang sangat cantik dan para

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   256. Meleleh

    Laureta menatap kedua tangannya yang gemetar. Ia pikir ia sudah gila karena menyerahkan amplop berisi cek satu setengah milyar. Laureta menepi di pinggir jalan, lalu menangis sejadi-jadinya. Ia tak kuasa lagi menahan semua emosi yang ada di dalam dadanya.Demi Tuhan, ia baru saja bertemu dengan Kian Aleandro, pria yang pernah menjadi suaminya. Meski pertemuannya hanya berlangsung selama beberapa menit, tapi efeknya luar biasa. Sekujur tubuhnya gemetar dan ia kesusahan untuk menginjak gas di kakinya.Dengan susah payah, Laureta menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. Lalu ia pun kembali menangis sambil menutup muka dengan kedua tangannya.Kian begitu tampan mempesona. Tatapan matanya begitu tajam seperti biasanya dan seakan Laureta bisa tenggelam di dalamnya. Lalu pria itu memeluknya begitu saja.Hati Laureta dilingkupi oleh kehangatan yang tak pernah ia rasakan selama lebih dari satu tahun ini. Perasaannya jungkir balik seolah kakinya ber

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   255. Pertemuan Pertama

    Kian mendongak dan semua seolah terjadi dalam adegan lambat. Ia melihat Laureta masuk ke dalam ruangan dalam balutan kaus hitam ketat dengan potongan leher berbentuk kotak. Bagian lengannya berbahan tile halus hingga kulitnya jadi terlihat samar-samar. Bagian bawahnya ia mengenakan celana cargo dengan banyak kantung yang membuatnya tampak sangat keren.Kian terkesima melihat wanita yang pernah menjadi istrinya itu muncul lagi dalam hidupnya. Laureta tidak pernah terlihat secantik dan seanggun itu dalam hidupnya. Laureta terlihat tomboy, tapi juga elegan dalam waktu bersamaan.“Maaf aku terlambat,” ucapnya dengan suara yang terdengar amat merdu di kuping Kian.Tergerak untuk langsung melompat dari kursi dan memeluk wanita itu, Kian pun menahan dirinya.“Kamu memotong rambutmu,” ucap Kian yang masih melongo.Kalimat pertama yang ia ucapkan malah terdengar konyol dan tidak penting sama sekali. Ia jadi terlihat sangat bodoh di h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status