Istri Tebusan Paman Mantanku

Istri Tebusan Paman Mantanku

last updateLast Updated : 2024-03-31
By:  Santi_SunzCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
9 ratings. 9 reviews
260Chapters
16.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Laureta tak menduga akan memergoki Erwin, tunangannya sendiri, berselingkuh dengan wanita lain di sebuah hotel. Tidak sampai di sana, ayahnya Laureta ternyata telah menggelapkan uang perusahaan dan membuat dirinya harus menjalani perjodohan dengan Kian Aleandro, sang CEO dingin dan arogan, demi meringankan hukuman ayahnya. Di tengah pernikahan kontrak yang ia jalani, Laureta begitu terkejut ketika menyadari jika Erwin, orang yang menyelingkuhi dan merendahkan dirinya, ternyata adalah keponakan dari Kian, suaminya sendiri. Cobaan demi cobaan terus menghantui kehidupan Laureta. Sanggupkah Laureta menjalani perannya sebagai istri Kian? Akankah semuanya berakhir bahagia?

View More

Chapter 1

1. Tabrakan

“Erwin, apa yang kamu lakukan?!”

Di hadapan Laureta, seorang pria tengah bergumul mesra dengan seorang wanita tanpa busana.

Pemandangan di depannya benar-benar membuat hatinya remuk redam!

“Tata!” bentak Erwin kasar. “Berani-beraninya kamu masuk kamar orang sembarangan!”

Seketika kegiatan pun terhenti. Erwin melepaskan diri dari sang wanita binal. Ia tampak kikuk saat menyadari Laureta ada di sana. Ia sibuk mencari celana dan segera mengenakannya. Berbeda dengan sang wanita yang tampak santai mengenakan kimono yang ia pungut di kasur.

Lutut Laureta terasa lemas. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang tengah dilihatnya. Erwin tega mengkhianatinya. Mendadak, ia tidak tahu harus berkata apa. Mulutnya seolah terkunci rapat. Matanya membelalak menatap Erwin.

Pria itu mendekati Laureta dengan langkah cepat, lalu mendorongnya dengan kasar. “Keluar kamu!”

Laureta tetap bertahan. Ia hanya mundur sedikit sambil menunduk menatap lantai kamar hotel yang dilapisi karpet coklat muda. Sekujur tubuhnya gemetar.

“Kamu dengar aku, tidak? Pergi sana!”

“Kamu mengusirku …,” ucap Laureta lirih. “Aku ini tunangan kamu ….”

Ada sesuatu yang perih di dalam dadanya, bagaikan disayat-sayat ribuan pisau.

Erwin mendecak kesal. Lalu pria itu menekan bahu Laureta. “Kamu tidak seharusnya di sini.”

Laureta menepis tangan Erwin. “Jangan sentuh aku!”

Erwin mengangkat tangannya tanda menyerah. “Baiklah kalau begitu, kamu sebaiknya pergi. Hubungan kita sudah putus. Jangan menemuiku lagi, oke?”

Laureta menatap wanita yang sedang duduk di atas kasur sambil melipat kakinya. Ia tampak bosan dan tidak terganggu dengan kehadiran Laureta sama sekali.

“Ayo, Ta! Pergilah! Kenapa kamu diam saja?” desak Erwin.

Laureta terlalu syok melihat semua kejahatan di matanya hingga ia tidak sadar untuk segera pergi dari sini.

“Ah, dasar payah!” seru si wanita.

Tiba-tiba, si wanita binal mendecak kesal sambil memukul kasur. Ia mendekati Laureta dengan tatapan sinis, lalu mendorong Laureta hingga ia jatuh terjengkang.

“Erwin sudah menyuruhmu pergi!” seru wanita itu. “Seharusnya kamu langsung pergi! Mau apa kamu di sini terus? Mau melihat kami bermesraan? Dasar tidak tahu malu!”

“Sudahlah, Valentina Sayang. Kamu tunggu saja di sana ya,” ucap Erwin dengan lembut.

“Ya sudah. Cepat kamu usir wanita jelek itu dari sini ya. Urusan kita kan belum selesai.”

“Iya, Sayang.” Erwin tersenyum sambil mengangguk pada wanita itu.

Wanita jalang itu berlalu dengan gayanya yang centil sambil menyentuh lengan Erwin. Perlahan air mata Laureta meleleh. Tak pernah dalam sejarah ia berpacaran dengan Erwin dan pria itu memanggilnya dengan sebutan sayang.

Perih sungguh perih hati Laureta dengan semua sikap Erwin dan Valentina yang telah merendahkannya. Mereka yang sudah berdosa, tapi Laureta yang diusir dari sana. Laureta pun tak akan diam lebih lama lagi di sini.

Erwin kembali menatapnya, seolah merasa iba. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Laureta berdiri, tapi Laureta mengabaikannya. Laureta tidak butuh belas kasihan pria itu.

“Ta ….”

Laureta pun berhasil bangkit berdiri sambil mengelap air matanya. Dengan harga diri yang masih tersisa, Laureta melepaskan kalung tanda pertunangannya dengan Erwin dan melemparnya ke lantai.

“Selamat tinggal, Erwin!”

Ia segera pergi dari sana menuju ke parkiran motor dengan napas yang terengah-engah. Jantungnya berdegup dengan kencang hingga sekujur tubuhnya gemetar.

Sebelumnya, Laureta dihubungi sahabatnya yang melihat Erwin tengah masuk ke hotel The Prince. Tanpa mengganti baju selepas menjadi instruktur senam, ia pun langsung datang dan memergoki mereka.

“Dasar laki-laki berengsek!” ucap Lauretta yang terisak sambil menarik gas motornya dalam-dalam.

Brak!

Tanpa sadar, tiba-tiba sebuah mobil muncul dari arah kiri dan langsung menyenggol motor Lauretta sampai ia terpental.

Tubuh sebelah kanannya menggesek jalanan aspal hingga lecet. Untungnya, ia lekas melompat untuk menghindari luka yang lebih banyak lagi.

Diliputi amarah, ia berjalan dengan langkah mantap dan kemudian menghampiri mobil yang telah menabraknya itu. Lalu Laureta menghantam kaca jendela mobil itu dengan helm sekuat tenaga.

“Keluar kamu!” teriak Laureta dihiasi suara yang bergetar karena emosi.

Laureta pun melayangkan tendangan yang cukup keras ke pintu mobil. Semoga saja menimbulkan bekas yang cukup dalam. Namun, nyatanya kaki Laureta kesakitan. Ia harus berpegangan pada atap mobil supaya ia tidak jatuh sambil memutar-mutar pergelangan kakinya.

“Keluar, hei! Kamu sudah menabrakku! Ayo tanggung jawab!” teriak Laureta lagi yang sudah bisa berdiri dengan benar.

Pintu terbuka, lalu seorang pria jangkung keluar dari sana. Tubuhnya benar-benar tinggi hingga Laureta harus mendongak untuk melihat wajahnya.

“Ada apa?” tanya pria itu dengan suara bariton yang menggelegar.

Laureta menatap pria itu tanpa berkedip. Garis-garis wajah pria itu begitu tegas dan matanya sangat tajam hingga Laureta pikir, ia telah mati karena hujaman tatapannya.

“Sa-saya …,” cicit Laureta dengan suara yang sangat pelan hingga lumba-lumba pun tidak bisa mendengarnya. Ia seolah tak berdaya untuk mengucapkan kalimat apa pun lagi.

Pria itu menatap Laureta dari ujung kaki hingga ke ujung kepala.

“Kamu harus tanggung jawab,” ucap Laureta, pada akhirnya setelah suaranya berhasil kembali ke tenggorokannya.

Pria jangkung itu mengangkat sebelah alisnya dengan wajahnya yang dingin. Ia menghela napas, lalu mengeluarkan dompet dari saku belakang celananya. Pria itu mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu yang tampak masih baru dan berseri.

“Ini!” Pria itu melempar uang itu dengan asal ke depan wajah Laureta hingga tersebar di jalan raya.

Laureta tertegun selama beberapa detik sambil menatap uang-uang merah itu ternodai oleh debu jalanan.

“Tunggu dulu!” seru Laureta. Ia buru-buru memungut uang itu sebisanya. Kemudian ia berlari dan menghadang pintu masuk dengan tangan kirinya yang tidak terluka.

“Mau apa lagi?” Pria itu memasang wajah bosan.

Laureta balas melempar uang itu ke wajah si pria jangkung hingga pria itu memejamkan matanya sejenak.

“Kamu tidak boleh seenaknya melempar uang! Meski aku miskin, aku tidak butuh uang kotormu itu!” Laureta berteriak sambil menunjuk-nunjuk.

“Uang kotor?” Pria itu menautkan alisnya.

Tiba-tiba, pria itu berjalan mendekati Laureta dengan langkah perlahan. Otomatis Laureta mundur selangkah dengan lutut yang gemetar. Napasnya jadi semakin cepat dan pendek-pendek. Tatapan mata pria itu benar-benar mengerikan, seperti pembunuh berdarah dingin yang siap menghabisi korbannya. Dan di sini, Laureta sebagai korban.

Pria itu semakin mendekat sambil menundukkan wajahnya. Sebelah tangannya meraih dagu Laureta, menariknya ke atas dengan tegas. Pria itu memiringkan wajahnya sambil menatap Laureta, menatap lehernya entah pipinya—Laureta tidak mengerti.

Seketika tubuh Laureta melemas. Helm terlepas dari tangannya. “Apa yang kamu lakukan?” tanya Laureta takut-takut.

Pria itu mendekati kuping Laureta dan kemudian berbisik, “Kamu tidak perlu sok suci menolak uang dariku. Lebih baik kamu pungut uang itu dan pergi dari sini. Sebelum kamu melawan, sebaiknya kamu lihat dulu, siapa yang sedang kamu hadapi. Paham?”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Balia Al_aqsa
ada kelanjutannya gk thor
2024-04-02 23:33:07
0
user avatar
Balia Al_aqsa
sayang sekali udah tamat... lanjutin thor rumah tangga kian sama laureta .. lagi seru2nya malah tamat
2024-04-01 16:24:23
2
user avatar
Fanny Yusman
menghibur sekali tapi jalan ceritanya tidak bertele tele. suka. sukses selalu author
2024-03-28 21:29:56
1
user avatar
minnieme
semakin lama semakin seru thor. semangat terus ya
2024-03-13 17:36:50
1
user avatar
peni
cerita yang sangat bagus
2024-02-24 00:06:44
1
user avatar
Muhammad Tina
jangan lama2 update part selanjutnya ya thor
2024-01-30 20:25:28
1
user avatar
cin1225
Seru ceritanya. Penasaran sama cerita Kian & Laureta. Semoga happy ending yaa.. semangat terus thor! ...
2024-01-07 23:26:57
1
user avatar
cin1225
Seru, penasaran terus sama cerita Kian & Lauretta. Kesel juga Laura dikelilingi mantan & teman yg ngeselin. Semangat terus thor!
2024-01-07 23:11:40
1
user avatar
Rafli123
Cerita yang keren kak
2023-12-03 20:15:30
2
260 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status