Kini Riana dan Andreas berada di dalam mobil berdua, Riana terus saja diam membuat Andreas kebingungan bagaimana caranya agar mau membuat wanita itu bersuara.“Kamu masih memikirkan apa yang diucapkan oleh mamahmu?” tanya Andreas.Riana berdeham, “Iya!”Dengan tangannya yang masih mengendalikan mobil, tangan Andreas yang satunya lagi menggemgam tangan Riana, “Tidak usah dipikirkan, aku mengerti kalau kamu memang belum siap untuk mempunyai anak, dan kamu harus kehilangan semuanya,”Riana tersenyum mendengar hal itu, hatinya kembali tenang karena Andreas mengerti akan posisinya, “Makasih yah, Mas!” Riana menggemgam erat tangan Andreas.Andreas mengangguk, “Tapi kamu harus tau, semakin kamu menyembunyikannya semakin bom waktu itu akan membesar. Kamu mengertikan apa yang aku maksud?” “Aku tau, Mas! Tapi bukan dalam waktu yang sangat dekat!”“Iya, aku tau,” Andreas tersenyum melihat Riana.Riana melihat ke bawah, dia baru sadar kalau sekarang dia sedang memakai sandal rumahan saja. “Mas!”
Suasana kelas sudah mulai ramai, banyak mahasiswa yang mulai memasukki kelasnya karena sebentar lagi pembelajaran akan segera dimulai. Kirana dan Riana sudah berada di kelas mereka dan teman-temannya pun sudah pada masuk walaupun ada beberapa waktu yang kosong, mungkin masih pada diluar, karena ada juga yang selalu masuk berbarengan dengan dosen.“Eh, Ri. Menurut lo Eligo itu gimana sih?” tanya Kirana.“Kan kamu sodaranya, masa kamu gak tau gimana sifat Eligo,” jawab Riana sambil mengeluaran buku dan alat tulis yang akan digunakannya.“Gue kan nanya menurut pendapat lo,” Kirana geram, “Menurut lo Eligo itu gimana orangnya?” tanya Kirana kembali.Riana sedikit berfikir, “Menurut aku sih, Eligo itu selain tampan dia juga baik karena dia mau membantuku waktu itu, padahal dia sama sekali belum kenal sama aku.”“Menurut lo dia termasuk dalam salah satu tipe cowok idaman lo gak sih?”Rian terkejut dengan pertanyaan yang Kirana lontarkan, “Kok kamu malah nanya gitu sih?”“Ya, gue penasaran a
Kini Andreas sedang duduk di meja kerjanya, ditemani dengan laptop dan beberapa bahan untuk menginput nilai mahasiswa, sebentar lagi akan diadakan ujian semester akhri membuat Andreas harus mencicil menginput nilai, agar nanti dia tidak keteteran dan setelah nilai hasil ujian semester akhir keluar, dia tidak perlu repot untuk menginput semua dari awal.Andreas yang sedang sibuk, tak lama dia mendengar suara ketokan pintu dari depan. Andreas tersenyum, sudah dia pastikan kalau orang yang sedang mengetok pintu di depan ruangannya itu adalah istrinya. Andreas menyuruhnya untuk masuk, dan benar saja dia melihat Riana. Sebelum menutup pintu, Riana memastikan bahwa tidak ada orang yang ada disekitar sini. Lalu Riana berjalan mendekati Andreas. “Ada apa bapak memanggil saya kesini?” tanya Riana dengan nada formal seraya duduk di kursi panjang yang tersedia disana, Andreas memang menyediakan kursi itu supaya kalau ada tamu yang datang bisa duduk disana.Andreas berpindah posisi duduk disampi
Andreas mendorong tubuh Kirana, sehingga membuat Kirana hampir saja terjatuh kebelakang. Namun Andreas tatap menahannya, di hanya berusaha untuk melepaskan ciuman Kirana, “Apa yang kamu lakukan?” ucap Andreas sambil membersihkan sisa air liur Kirana yang masih ada di bibirnya dengan ibu jarinya.Kirana tertegun melihat tindakan Andreas, tidak biasanya Andreas melakukan hal itu. “Memangnya kenapa kalau aku mencium kamu?”Andreas menurunkan Kirana dari pangkuannya, lalu menatap Kirana dengan mata yang merah. Mungkin masih ada sisa akibat pertengkarannya dengan Riana tadi. “Setidaknya kamu harus melihat situasi dan kondisi Kirana. Kita sedang berada di area kampus kalau kamu lupa,”Kirana mengangguk, “Aku tau, tapi kan kita berdua sedang berada di ruangan tidak di tengah lapangan. Jadi menurutku itu hal yang bisa saja dilakukan, lagian jarang sekali orang datang kesini kecuali kalau emang ada hal penting yang ingin dibicarakan dengan kamu,” jawab Kirana dengan santai.“Tapi tetap saja, a
“Gimana kalian mau ikut gak? Double date gitu ceritanya, mau dong?” bujuk Kirana. Riana sangat bingung, dia tidak tau harus mengatakan apa, apalagi sekarang Andreas sedang menanti jawabannya dengan tatapan mata yang menyeramkan.“Kalau gue sih, terserah Riana. Kan gak lucu kalau gue ikut lo berdua, yang ada gue jadi nyamuk disana!” Eligo menatap Riana, “Lo mau ikut?”“Ayolah, Ri. Andreas juga ikut, masa lo gak kasian gitu liat sodara gue yang jomblo ini jadi nyamuk!” bujuk Kirana kembali.Riana terkejut saat mendengar Andreas akan ikut bersama Kirana ke Bali untuk jalan-jalan?. Tapi kenapa dia tidak memberitahunya tadi? Apakah dia berniat untuk berjalan-jalan berdua saja dengan Kirana dan membiarkannya sedirian di apartemen?. Riana kemudian tersenyum, “Iya, aku ikut!” Riana tidak akan membiarkan Andreas bersenang-senang sedangkan dirinya tidak dan hanya menunggu di rumah saja. Riana tidak memperdulikan lagi Andreas yang terus menatapnya tajam.Kirana memegang tangan Andreas, “Sayang
Andreas mengikuti Riana yang keluar dari kamarnya, dengan sigap Andreas langsung memagang tangan Riana, “Kamu mau kemana?” tanya Andreas.“Aku mau minum, pembicaraan tadi membuat tenggorokanku terasa kering,” Andreas tersenyum, kegugupan Riana membuatnya semakin terlihat lucu dan menggemaskan, “Kenapa kamu ketawa?” Riana sangat tidak suka ketika Andreas tertawa seperti sedang menjeknya.“Ah, enggak kok.” Andreas berusaha untuk meredam tawanya. Walaupun susah, dia tidak ingin Riana merasa ditertawakan olehnya. “Kamu lucu sekali,”“Gak ada yang lucu, Mas!” Riana kembali melanjutkan jalannya. Namun, karena Andreas sama sekali belum melepaskan tangannya membuat Riana kembali terhenti. “Kenapa kamu gak lepasin tanganku?”Andreas tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, “Tidak semudah itu untuk aku melepaskan kamu sayang!” Andreas mendekatkan wajahnya kepada wajah Riana, membuat Riana harus menahan nafasnya, “Urusanku dengan kamu belum selesai, sayang!”Riana sedikit mendorong tubuh Andrea
Eligo datang bersama temannya yang Riana ketahui dia bernama Gibran dan salah satunya lagi Riana tidak tau namanya. Riana pernah melihatnya mungkin saat ospek dulu, namun dia tidak terlalu mengingat siapa nama wanita itu.“Hai, lo berdua mau masuk kelas?” tanya Eligo.“Menurut lo?” Wanita itu terus saja menatap Rina, “Lo bukannya yang waktu ospek pernah nolongin gue kan? Dari presma yang nyebelin itu?” tanya wanita itu.Ah iya, Riana baru mengingatnya. Dia pernah menolong wanita ini saat sedang disuruh oleh presma melakukan hukuman karena telat dan Riana yang membantunya untuk kabur dari hukuman itu dengan cara belari dan langsung masuk ke barisan mahasiswa. Namun, mereka berpisah karena mereka memang beda jurusan, dan belum sempat untuk berkenalan, Riana sudah ditarik oleh Kirana untuk segera masuk ke barisannya, “Ah iya, aku baru inget.” Riana menjulurkan tangannya, “Aku Riana!”Wanita itu pun membalas tangan Riana, “Gue Alisa satu kelas sama dua curut ini juga,” ucap Alisa sambil
Seseorang itu kini berada di dalam toilet. Tepatnya dia berada di depan westafel sambil melihat bayangan dirinya yang ada pada cermin. Kedua tangannya mengepal kuat diatas marmer westafel, dadanya dibuat naik turun membayangkan apa yang dia lihat tadi. Kemudian dia meninju diding yang berada dipinggir cermin.“Berengsek!”∞∞∞∞“Eh, Ri anterin gue ke ruangan Andreas dulu yuk?” Riana mengerutkan keningnya, “Lah, mau ngapain?” tanya Riana.“Gue pengen aja sih, ketemu sama dia buat ngobrolin renana kita buat jalan-jalan,” Kirana tetap berusaha untuk membujuk Riana agar dia mau mengantarnya, “Ayolah!”Riana menatap Kirana dengan malah, “Kamu harus inget, kalau aku belum ngomong aku setuju dan aku akan ikut!” lalu dia membalikkan badannya kearah lain meninggalkan Kirana, “Aku juga gak mau ikut ke ruangan pak Andreas,”Kirana menyusul Riana lalu dia menghalangi jalan Riana, “Lo harus ikut ke rungan Andreas dan lo juga pasti ikut gue liburan ke Bali. Gue jamin itu!” ucap Kirana dengan percay