Hujan turun kian deras mengguyur tubuh di balut hati yang sedang terluka. Zizah tak bergeming sama sekali saat hujan terus membasahi tubuh langsingnya.Satria terus mencari Zizah di bawah guyuran hujan deras, dia mengdarai mobilnya dengan hati yang begitu cemas. Air matanya mengalir deras, saat istri tercintanya tak juga dia temukan. Namun tak lama, dia melihat seseorang sedang duduk di pinggir jalan. Dan dia yakin, jika itu adalah Zizah.''Sayang, Mas mencarimu kemana mana?'' ucap Satria dengan khawatir.Dia memeluk Zizah yang sedang menangis, membantunya berdiri dan berjalan ke arah mobil. Setelah pintu mobil tertutup, Satria langsung membawa sang istri dalam dekapannya. Bahu Zizah terguncang hebat, isakannya begitu pilu.''Maafin Mas, Dek!''Zizah tak menjawab, dia semakin terisak di dekapan suaminya. Hatinya begitu sakit atas perkataan Bi Rahma padanya.''Apa salahku, Mas? Aku tak pernah merebutmu dari Mba Fatma. Jika saja ku tahu, kau sudah beristri, maka aku tak akan mau jadi ya
Zizah mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam mata."Eeugh."Zizah melenguh, saat merasakan kepalanya berdenyut kembali. Dia mencoba untuk bangun tapi kepalanya begitu sakit. Dia merasakan tubuhnya di tahan, dan ternyata itu adalah tangan Suaminya.''Mas,'' lirihnya.''Jangan bangun dulu Dek, kamu masih lemas." Zizah kembali terbaring, dia meminum wedang jahe yang di berikan oleh Satria. Kini badannya bersandar pada dada bidang auaminya. Namun, selimut yang menutupi tubuh polosnya, malah meluncur dari tubuh itu. Zizah kaget saat mendapati tubuhnya polos. Dia langsung menarik selimut kembali, untuk menutup bagian tubuh yang terekspos.''Mas, kenapa aku tidak memakai baju?'' tanyanya pada Satria dengan rona merah di wajahnya.''Kamu tadi pingsan di kamar mandi Dek, maaf ya, Mas belum sempat pakaikan Adek baju,'' jelas Satria sambil mengecup kening Zizah...''Bi, Bibi harusnya gak bicara kayak tadi sama Zizah,'' ucap Fatma.''Kenapa sih Fat, kamu selalu be
Mobil yang di tumpangi Fatma dan keluarganya sudah sampai di rumah. Mereka segera turun dan melangkah ke arah kamar Zizah yang ada di lantai 2. Setelah itu, Fatma mengetuk pintu.Tok tok tok.Satria yang mendengar pintu di ketuk segera bangkit dan membuka pintu kamar. Dia terkejut, saat mendapati Istri pertamanya dan kedua mertuanya. Umi memminta izin untuk masuk. Tapi Satria melarangnya, sebab Zizah butuh istirahat.''Maaf Umi, bukan aku tak mau mengizinkan. Hanya saja, Zizah sedang istirahat Dia sedang sakit Umi karena kehujanan tadi," jelas Satria setelah menutup pintu.''Ya Allah, terus gimana keadaannya, Sat?'' panik Ummi.''Badannya panas Umi, tapi aku sudah kasih obat buat Zizah. Jadi, tolong jangan di ganggu dulu ya!'' ''Mas, aku boleh kan lihat Zizah sebentar? Aku khawatir sama keadaan dia," pinta Fatma.Satria mengangguk, kemudian Fatma masuk dan duduk di atas ranjang. Matanya sedih, menatap madunya sakit karena keluarganya.''Maafkan Bi Rahma, ya Zah. Aku tak tahu jika Bi
Hari ini adalah hari ulang tahun Satria. Fatma dan Azizah sedang membuat kue ulang tahun untuk suami mereka. Keduanya akan memberikan surprise saat suami mereka pulang nanti.Persiapan sudah matang, dan ruang tamu pun sudah di hias dengan dekorasi yang indah. Bahkan Fatma turut mengundang Umi dan Abinya juga ke rumah. Mereka ingin merayakan ulang tahun Satria dengan sederhana, tapi sangat berkesan.Fatma ingin membuat sebuah kenangan yang indah sebelum dia menutup mata untuk selamanya. Hari ini, tenaga Fatma terkuras cukup banyak. Walaupun Zizah sudah melarangnya, untuk bekerja terlalu extra. Tapi dia ngotot. Dia ingin membantu Zizah dan Bik Siti untuk menyiapkan segalanya.''Assalamu'alaikum,'' ucap Umi yang baru saja datang bersama Abi.''Wa'alaikumssalam,'' jawab Zizah dan Fatma.''Waaah, ternyata sudah 90% ya Umi telat dong. Padahal Umi mau membantu,'' jelas Umi, sambil melihat dekor ruang tamu yang sudah indah.''Iya Mi, ini tinggal masak saja buat makan malam nanti,'' ucap Ziza
Malam ini Satria bangun dengan Fatma di sebelahnya. Dia menatap istri pertamanya itu yang mulai mengurus. Tubuhnya sudah tak se-sintal dulu lagi saat pertama bertemu. Tapi, dia tak mempermasalahkan itu. Baginya kebahagiaan Fatma adalah penting dan wajib. Dia tak mau jika sampai sesuatu yang buruk terjadi nanti, sebab ia tak sempat membahagiakannya.Fatma menggeliat saat merasakan sentuhan lembut di wajahnya. Matanya terbuka perlahan, menatap suami tampannya di hadapan wajahnya saat ini. Kemudian Fatma menenggelamkan kepalanya kedalam dada bidang Satria.''Mas, aku berharap, suatu saat nanti aku, kamu dan Zizah di persatukan kembali di syurga-nya Allah!," ucap Fatma dengan nada sendu.Satria mengangkat wajah Fatma dengan jarinya. Dia menatap mata yang di penuhi embun itu, dengan tatapan tak suka.''Sayang, tolong jangan bicara seperti itu! Kamu akan sehat,'' ujar Satria mengecup kening Fatma.''Kamu justru lebih tahu keadaan aku, Mas."Satria tak menjawabnya, dia kemudian menyambar bib
"Bagaimana, Raf?" tanya Satria pada sahabatnya yang seorang Dokter."Tenai darahnya rendah, Sat. Tapi melihat dari kondisinya, dia ..." Rafa menggantungkan ucapannya."Zizah kenapa?" timpal Fatma cemas."Sebaiknya kalian bawa saja kerumah sakit untuk memastikan!" titah Rafa.Satria mengangguk, dia menatap ke arah Zizah yang tengah terbaring lemah dengan wajah pucatnya...Saat ini Zizah sedang berada di rumah sakit bersama Satria. Dia sedang terbaring di ranjang pasien, dengan seorang Dokter wanita yang sedang memeriksanya.Setelah beberapa saat, pemeriksaan pun selesai. Zizah dan Satria duduk di hadapan Dokter yang bernama Citra itu.''Bagaimana Dok? Apa dugaan istri saya sakita apa?'' tanya Satria dengan tak sabar.''Kamu ini tidak sabaran sekali sih, Sat,' kekeh Dokter Citra yang ternyata sahabat Satria.Sementara Zizah menatap bingung 2 orang di hadapannya itu. Dia tak menyangka jika keduanya saling mengenal.''Jadi begini, Sat. Maaf, sepertinya istri kamu ..." Dokter Citra senga
Sesampainya di rumah, Satria terus menggandeng tangan Zizah. Dan pada saat melewati ruang tamu, Umi memanggil keduanya. ''Bagaiama, Sat? Zizah sakit apa? Dia baik-baik saja kan?'' cemas Umi.Satria tersenyum bahagia menatap semua orang di hadapannya. "Umi tak perlu khawatir. Zizah baik-baik saja. Dia seperti itu karena ...'' Satria menggantung ucapannya, membuat semua orang sangat penasaran.''Karena apa, Mas?'' tanya Fatma dengan tak sabar.''Karena, saat ini Zizah sedang, hamil!" seru Satria dengan bahagia.Ucapan dia sukses membuat Umi dan Fatma menutup mulutnya. Mereka sangat terkejut, tapi sedetik kemudian mereka memeluk Zizah dengan erat.''Selamat ya, Zah. Akhirnya kamu hamil, dan kita akan jadi ibu.'' ujar Fatma.''Selamat ya, Sayang! Umi bahagia sekali ... karena sebentar lagi Umi akan dapat cucu," ucap Umi sambil mengecup kening Zizah.''Selamat ya Nak, Abi do'a kan semoga kandungan kamu sehat selalu,'' timal Abi.''Aamiin.'' jawab mereka serempak.Semua wajah terlihat baha
Satria pulang larut malam. Jam menunjukan pukul 2e.00 malam. Dia melangkah dengan wajah lelah ke kamar Zizah, sebab malam ini, adalah jatahnya.Pintu kamar di buka, dan lampu masih menyala menandakan penghuni kamar belum tidur. Satria melihat kasur yang kosong, tapi dia mendengar suara gemericik air di kamar mandi.''Dek, kamu di dalam?'' tanyanya sambil mengetuk pintu kamar mandi.''Iya Mas, sebentar!'' jawab Zizah dari dalam kamar mandi.Tak berselang lama pintu kamar mandi terbuka. Nampaklah Zizah dengan balutan piyama tidur tanpa lengan. Satria menatapnya tanpa berkedip, dan itu malah membuat Zizah malu.''Mas, kenapa lihatin adek begitu?'' tanyanya malu.Satria langsung mengecup bibir Zizah sekilas, membuat sang istri merona malu. Dan itu malah membuat Satria merasa gemas.''Bagaimana Mas tak terpesona. Adek begitu cantik, dan Mas gak rela, jika kecantikan adek di lihat orang,'' pujinya.Zizah tersenyum manis mendengar pujian dari suaminya, kemudian Satria menarik pinggang istrin