Share

138. Galau

Author: pramudining
last update Last Updated: 2025-06-01 07:42:41

Happy Reading

*****

Haidar menatap sang istri dengan senyuman. "Mas beneran galau, Sayang," ucapnya sambil kembali merebahkan tubuh di ranjang.

"Mas, galau kenapa? Cerita aja, siapa tahu aku bisa bantu." Hazimah berdiri dan meletakkan gelas itu di atas meja riasnya. Lalu, dia berbalik arah menghampiri sang suami.

Lelaki yang memiliki dua istri itu kembali menegakkan tubuh mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Pasangan tersebut kini duduk bersebelahan di pinggir ranjang.

"Nda," panggil Haidar.

"Ya, Mas. Ceritakan saja, apa yang mengganjal hatimu."

"Mas galau banget dengan keadaan Aliyah dan prasangka Mama. Mas, kepikiran semuanya," ujar Haidar.

"Sudah menghubungi dokter Irma?" tanya Hazimah. Tangannya berusaha memegang tangan sang suami, menyalurkan kekuatan agar lelaki itu tidak terlalu memikirkan kondisi Aliyah dan segala prasangka serta kecurigaan mamanya.

"Sudah, tapi belum ada balasan dari beliau, Sayang." Wajah Haidar berubah sedih.

"Sabar, mungkin Dokter Irma sedang menangani
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Warisan Sahabat   143. Saling Memaafkan

    Happy Reading*****Haidar menarik dagu sang istri. Menatap kedalaman hati perempuan itu. Bagaimana mungkin Hazimah bisa melupakan apa yang pernah Aliyah ceritakan waktu itu atau Hazimah memang benar-benar lupa siapa perempuan yang dulu selalu bertahta dia hatinya."Mas, kok, malah diam? Kalau nggak mau cerita dan nyebut namanya juga nggak masalah," kata Hazimah dengan suara sedikit kecewa. Haidar menangkap jika istrinya itu sedang merajuk.Pada akhirnya, lelaki itu bertekad akan mengubur nama Hazimah jika memang dia tidak pernah mengingat apa yang sempat Aliyah ceritakan waktu mereka belum menjadi pasangan suami istri."Bukannya enggak mau cerita, tapi biarlah semua itu menjadi kenangan. Jangan sampai diulangi lagi. Lagian, sekarang perempuan itu sudah bahagia dengan suaminya, Nda." Haidar tersenyum mengingat semuanya."Oh, alhamdulillah. Kalian berdua bisa bahagia akhirnya," ucap Hazimah sedikit kecewa. Sebenarnya, dia ingin sang suami menyebutkan namanya sebagai perempuan masa lal

  • Istri Warisan Sahabat   142. Perempuan Masa Lalu Haidar

    Happy Reading*****Lelaki itu mengelus bahu istrinya dan mengecup rambut Hazimah yang sangat wangi. Degup jantung Hazimah yang berdetak sangat cepat, terdengar dan dirasakan oleh Haidar. "Mas, cuma enggak mau ada ganjalan di hatimu. Bunda boleh marah jika memang keberatan dengan yang Mas lakukan. Semua kemarahan itu adalah hakmu sebagai seorang istri yang enggak bisa Mas penuhi. Mas, terlalu bahagia Aliyah bisa hamil. Maaf, jika memprioritas dia saat ini." Sebuah kecupan mendarat pada mahkota kepala Hazimah sekali lagi.Perasaan adil itu memang susah untuk dilakukan jika menyangkut tentang cinta dan kasih sayang. Haidar merasakannya sendiri saat ini. Namun, dia berusaha semaksimal mungkin agar kedua istrinya tidak mengeluh dan kecewa dengannya. "Cemburu itu pasti ada, Mas. Aku juga perempuan biasa sama seperti yang lain. Ingin disayang dan diperhatikan suami apalagi dengan keadaan hamil tua seperti sekarang."Reflek, tangan Haidar yang tidak digunakan sebagai bantalan oleh sang ist

  • Istri Warisan Sahabat   141. Apakah Cemburu?

    Happy Reading*****Waktu terasa begitu lama ketika Haidar menunggu pukul delapan. Dia sudah membuat janji dengan dokter Irma untuk berkensultasi tentang kehamilan Aliyah. Setelah dari dokter Irma, lelaki itu berenca akan langsung memeriksakan sang istri ke dokter kandungan. "Sayang, ayo cepetan kita ke dokter Irma. Kasihan bundanya Ilyas nunggu kita mau ke resto," kata Haidar sedikit berteriak ketika sang istri belum keluar kamar. "Sabar, Mas. Namanya perempuan, dandannya agak lama. Aku nggak papa, kok, agalk siang sedikit ke resto. Nggak begitu banyak kerjaan juga," kata Hazimah sambil mengelus lengan sang suami."Hmm, masmu itu sejak tadi terlalu bersemangat padahal belum sepuluh menit Aliyah masuk kamar," sahut Sania sambil menemani cucunya bermain."Enggak gitu juga, Bun. Aku itu cuma takut dokter Irma menunggu. Kan, janjiannya jam delapan takutnya dia punya janji sama pasien lain. Kasihan kalau kita telat," jelas Haidar. "Ayo, Mas," ajak Aliyah yang tiba-tiba saja sudah berdi

  • Istri Warisan Sahabat   140. Antara Bahagia dan Sedih

    Happy Reading*****Netra Aliyah dan Hazimah bertemu, seolah mengetahui isi hati masing-masing keduanya mengangguk. Ketika pelukan Haidar terurai, istri pertamanya mengedipkan mata pada istri muda. Mereka duduk berdampingan di sofa panjang, setelahnya saling membisikkan sesuatu. Sepertinya, Aliyah memang membutuhkan saran Hazimah untuk masalahnya. Dia tidak bisa memendam sendiri apa yang menjadi kekhawatirannya. Aliyah terlalu takut saat ini."Kamu dah masak, Al?" tanya Hazimah. Sengaja, mencoba mengalihkan topik pembicaraan tentang kehamilan istri pertama Haidar. "Belum lah, Mbak. Mas, nih, aku lagi mau masak dia datang teriak-teriak. Terus, maksa-maksa supaya aku segera melakukan tes itu. Sekarang, bingung kit mau sarapan pake apa." Aliyah pura-pura marah padahal perempuan itu yakin jika perkataan Hazimah, hanyalah pengalihan supaya sang suami tidak terlalu fokus padanya. "Ya, udah enggak usah nyalahin, Mas." Haidar mencolek pipi Aliyah karena gemas. Semua dilakukan di hadapan is

  • Istri Warisan Sahabat   139. Kutunggu Kedatananmu

    Happy Reading*****Malam itu, Haidar tidak bisa tidur dengan nyenyak. Beberapa kali terbangun dan teringat dengan Aliyah. Lelaki itu sudah mencoba mengalihkan perhatiannya dengan sholat dan berzikir, tetapi semua kegelisahan hatinya tak juga lenyap. Ketika mendengar suara azan berkumandang, Haidar segera bergegas ke musala setelah membangunkan istrinya. Usai berjemaah subuh dan berpamitan pada Hazimah, Haidar gegas menemui Aliyah. Dia sudah tak sabar mengetahui hasil alat itu. "Mas, nggak usah terburu-buru gitu. Njenengan minum dulu tehnya, baru ke rumah Aliyah," kata Hazimah menasihati sang suami."Nanti, saja, Sayang. Mas pengen segera tahu gimana hasil tes itu." Haidar bahkan tidak mengganti sarung dan pakaiannya. "Ya, sudah. Sebentar lagi, kalau Ilyas sudah bangun. Aku susul ke sana." Hazimah meraih telapak tangan sang suamni dan menciumnya penuh hormat sebelum lelaki itu meninggalkan rumah."Ya. Mas tunggu di sana, ya." Haidar pun mencium kening Hazimah sebelum pergi. Cuma b

  • Istri Warisan Sahabat   138. Galau

    Happy Reading*****Haidar menatap sang istri dengan senyuman. "Mas beneran galau, Sayang," ucapnya sambil kembali merebahkan tubuh di ranjang."Mas, galau kenapa? Cerita aja, siapa tahu aku bisa bantu." Hazimah berdiri dan meletakkan gelas itu di atas meja riasnya. Lalu, dia berbalik arah menghampiri sang suami.Lelaki yang memiliki dua istri itu kembali menegakkan tubuh mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Pasangan tersebut kini duduk bersebelahan di pinggir ranjang."Nda," panggil Haidar."Ya, Mas. Ceritakan saja, apa yang mengganjal hatimu.""Mas galau banget dengan keadaan Aliyah dan prasangka Mama. Mas, kepikiran semuanya," ujar Haidar."Sudah menghubungi dokter Irma?" tanya Hazimah. Tangannya berusaha memegang tangan sang suami, menyalurkan kekuatan agar lelaki itu tidak terlalu memikirkan kondisi Aliyah dan segala prasangka serta kecurigaan mamanya."Sudah, tapi belum ada balasan dari beliau, Sayang." Wajah Haidar berubah sedih."Sabar, mungkin Dokter Irma sedang menangani

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status