Home / Rumah Tangga / Istri Warisan Sahabat / 76. Permintaan Tersulit

Share

76. Permintaan Tersulit

Author: pramudining
last update Last Updated: 2025-05-11 13:03:28

Happy Reading

*****

"Kenapa Mas nggak bisa menjawab pertanyaanku dengan jujur?" kata Aliyah, "Mbak Azza pernah mengatakan, dia membawa rasa bersalah bersama perginya Mas Zafran. Katakan saja bahwa semua itu adalah karena hubungan spesial yang ada di antara kalian berdua."

Aliyah menangkup kedua tangannya di depan dada. Isakannya begitu menyayat hati.

Cepat-cepat Haidar meraih tangan Aliyah, berjuta rasa bersalah kini bersemayam di hati lelaki tersebut. "Jangan memohon seperti ini, Al. Tolong, jangan membuatku merasa seperti lelaki yang paling berdosa dengan permintaanmu," ucap Haidar. Suaranya bergetar hebat, menandakan jika dia sangat terluka dengan pertanyaannya sang istri.

"Kalau Mas nggak mau merasa paling berdosa, ya, ceritakan yang sebenarnya. Aku istrimu, Mas. Berhak tahu apa yang terjadi di masa lalu antara njenengan dan Mbak Azza." Aliyah tergugu dalam dekapan suaminya.

"Kamu harus janji enggak akan berpikiran yang aneh-aneh setelah Mas menceritakan semuanya," pinta Haidar s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Warisan Sahabat   84. Mulai Nakal

    Happy reading*****Keesokan harinya, Haidar membawa sang istri bertemu dengan dokter yang sudah direkomendasikan oleh dokter Irma. Walau agak terkejut karena dokter yang menangani sang istri ternyata laki-laki. Namun, Haidar berusaha menepis semua pemikiran negatif agar pengobatan Aliyah berjalan lancar."Kapan kami bisa menjalani terapi pengobatan istri saya, Dok," tanya Haidar pada dokter setelah menyerahkan beberapa berkas rujukan yang diberikan oleh dokter Irma."Besok sudah bisa kita mulai, Pak. Mengingat kondisi pasien yang sudah siap menerima proses pengobatannya, tapi ingat Anda berdua harus sabar dan telaten pada pengobatan ini. Kami para dokter, bukanlah pesulap yang dengan mudah dapat menghilangkan penyakit istri Anda." Dokter muda itu tersenyum saat mengatakannya."Saya paham akan hal itu, Dok. Terima kasih sudah berkenan merawat istri saya." Haidar menjabat tangan sang dokter dan segera berpamitan. Aliyah sudah diperiksa dengan teliti oleh dokter muda tersebut.Perjalana

  • Istri Warisan Sahabat   83. Kukuh pada Permintaan

    Happy Reading*****"Aku lagi sakit, lho, Mas. Jadi, nggak akan bisa ngurus rumah dengan baik. Sekalipun rumah sederhana, wong jaga badan aja nggak mampu apalagi sampai menjaga rumah sebesar ini." kata Aliyah."Siapa yang nyuruh sayangnya Mas ini ngurus rumah sebesar ini? Tugasmu itu cuma berada di samping Mas, menjaga kesehatan dan semangat untuk sembuh. Enggak ada tugas lainnya," sahut Haidar disertai kerlingan mata. Jelas sekali jika lelaki itu begitu mencintai Aliyah.Perempuan yang sedang duduk di kursi roda tersebut mengerucutkan bibir. Aliyah berdiri dan mulai meninggalkan sang suami."Eh, mau ke mana?" Haidar panik dengan gerakan tiba-tiba yang dilakukan sang istri."Mau pipis, Mas. Masak iya mau ikut?" Senyum terkembang disertai kerlingan mata sama seperti yang dilakukan Haidar, saat Aliyah mengatakan hal tersebut."Kalau boleh, ya, mau." Haidar mengurungkan kalimat yang akan dia keluarkan selanjutnya karena melihat kedua indera penglihatan sang istri terbuka sempurna. "Kala

  • Istri Warisan Sahabat   82. Keberangkatan

    Happy reading****Sepeninggal Hazimah dan Yana, Aliyah masih terus berdebat hebat dengan sang suami mengenai permintaannya tersebut. Namun, Haidar terus berusaha menghindar dengan mengalihkan bahasan setiap kali istrinya mengungkit.Hari keberangkatan pengobatan telah tiba, meskipun harus diwarnai drama layaknya adegan sinetron dalam film nasional. Seluruh keluarga Haidar telah mendukung keputusan yang diambilnya bahwa selama pengobatan Aliyah berlangsung, mereka akan tinggal untuk sementara waktu di ibu kota propinsi Jawa Timur. Namun, Aliyah bersikeras meminta mereka berobat jalan saja.Alasan yang dikemukakan cukup mengejutkan bagi seluruh keluarga mereka. Aliyah takut terjadi apa-apa dengan Hazimah, belum lagi cuti yang diajukan oleh Haidar tidak mendapat persetujuan. Pada saat kesehatan Aliyah sendiri masih sangat mengkhawatirkan, perempuan itu masih sempat memikirkan kondisi Hazimah."Jika tinggal di sana selama tiga bulan Mas akan kehilangan pekerjaan. Jadi, kita berobat jala

  • Istri Warisan Sahabat   81. Ngeyel

    Happy Reading*****"Kenapa nggak bisa, Mbak? Aku ikhlas dan merestui kalian berdua. Jangan memikirkan tentang penyakitku ini. Jika kalian bahagia, maka aku akan lebih bahagia," sahut Aliyah berapi-api saat menjelaskan tentang perasaannya pada Hazimah."Aliyah!" bentak Haidar sekali lagi, "Harus berapa kali Mas ngomong dan menjelaskannya. Kamu enggak bisa seenaknya membuat keputusan dan memaksa orang lain untuk menuruti keinginanmu yang memang enggak sanggup kami melakukannya."Yana abergerak cepat dengan menyentuh lengan Haidar. Sorot matanya mengisyaratkan agar si lelaki tersebut tidak bertindak keras pada Aliyah yang dapat memicu beban pikiran."Kita lihat perkembanganmu nanti, Sayang," jawab Yana, "saat ini Azza nggak bisa menikah dengan siapa pun karena dia masih dalam masa iddah."Aliyah memutar bola mata, mulai berpikir dan menghitung waktu antara kematian Zafran sampai sekarang. Lalu, perempuan itu tersenyum ketika mendapati bahwa apa yang diucapkan Yana adalah suatu kebohonga

  • Istri Warisan Sahabat   80. Bingung

    Happy Reading*****"Al, apa yang kamu katakan?" kata perempuan yang tengah berbadan dua itu.Hazimah mundur selangkah, tetapi Aliyah memegang tangannya erat. Sementara Haidar, hanya menundukkan kepala memikirkan perkataan istrinya. Yana pun terlihat syok mendengar permintaan Aliyah. Tak pernah terpikir sedikit pun dalam hati Yana bahwa Aliyah akan meminta restunya untuk pernikahan suaminya sendiri. Semua orang terdiam setelah Aliyah berkata demikian.Yana bahkan berpikir keras mengapa Aliyah sampai mengatakan hal demikian. Sebagai seorang perempuan yang lebih berpengalaman dalam menjalani hidup dan berumah tangga, Yana yakin hati terdalam Aliyah tidak pernah rela untuk melakukannya. "Al, jangan karena penyakit ini, lantas kamu menyuruh suamimu menikah lagi. Kita nggak pernah tahu, lho. Apa rencana Allah untuk masa depan. Tante nggak mau, salah satu dari kalian akan tersakiti nantinya. Poligami itu adalah hal yang sangat berat." Yana berkata sepelan mungkin agar Aliyah memahami keput

  • Istri Warisan Sahabat   79. Menikahlah dengan Mas Haidar

    Happy Reading*****"Apa sih, Mas. Aku cuma pengen ngobrol sama Mbak Azza aja. Mau nanyain seputar kandungannya," jawab Aliyah berusaha menutupi kecurigaan sang suami. "Bener, ya?" tanya Haidar tak percaya dengan ucapan perempuan yang telah dinikahinya itu. Beberapa hari ini, Aliyah masih terus membahas tentang permintaannya itu. Jadi, Haidar tidak akan mudah percaya jika istrinya tidak akan membahas masalah tersebut dengan Hazimah."Insya Allah," jawab Aliyah. Sama sekali tidak meyakinkan Haidar."Kalian ini ngomongin apa?" tanya Yana yang mulai merasa ada sesuatu di antara pasangan tersebut."Iya, bener. Kayak main petak umpat saja kalian ini," celetuk dokter Irma."Nggak boleh berbisik atau membahas hal yang sekiranya berpotensi menimbulkan kecurigaan bagi orang lain jika kalian berdua sedang berada di tempat umum. Apalagi ada kami bertiga," tambah Hazimah. "Pembahasannya dilanjut nanti, ya. Setelah dokter Irma selesai memeriksa. Lebih bagus lagi kalau kamu ngobrolnya pas selesai

  • Istri Warisan Sahabat   78. Tegang

    Happy Reading*****"Mas, jangan keras kepala. Penyakitku ini sudah mencapai stadium tiga. Kemungkinan besar untuk sembuh sangat tipis. Aku cuma ingin melihat njenengan bahagia, itu saja." Seolah tak takut dengan suara keras yang dikeluarkan suami tadi, Aliyah masih saja terus membujuk lelaki itu.Haidar menghela napas panjang. "Kamu tahu, Sayang. Kebahagiaan terbesar suamimu saat ini adalah melihatmu sembuh. Enggak ada yang lain. Jadi, hentikan sikap pesimis dan permintaan yang enggak akan pernah Mas penuhi itu."Haidar kembali menyelimuti sang istri dan mengelus puncak kepalanya lembut sampai perempuan itu tertidur fan tidak membahas lagi tentang permintaan aneh yang membuat kepala Haidar pening.*****Hari keberangkatan pengobatan Aliyah sudah semakin dekat. Berbagai persiapan telah Haidar lakukan termasuk ijin cuti kepada atasannya. Sebagai seorang ASN tentunya lelaki itu harus mematuhi segala hal yang telah ditetapkan negara, termasuk pengajuan cuti untuk menemani pengobatan sang

  • Istri Warisan Sahabat   77. Dia, hanya Masa Lalu

    Happy Reading***"Mas, aku mengatakan dan meminta ini sama njenengan karena berbagai alasan. Mbak Azza adalah perempuan yang paling pas untuk mendampingi njenengan hingga menua nanti. Mas juga bisa melakukan amanah Mas Zafran. Menjaga Mbak Azza dan janinnya. Tolong penuhi permintaanku ini," ratap Aliyah makin membuat hati Haidar teriris-iris.Lelaki itu menatap sang istri penuh kemarahan sekaligus kesedihan yang tak terbayangkan. "Sayang, kenapa harus ada permintaan seperti itu?" Suara Haidar kembali melembut. "Apa kamu enggak cinta lagi sama Mas hingga tega mendorong Mas untuk menikah lagi.""Mas, ini keputusan terbaik untuk kita berdua," sahut Aliyah. Tatapannya masih mengisyaratkan agar permintaannya segera dikabulkan oleh Haidar."Kamu mau suamimu ini jalan miring di akhirat kelak? Pikirkan kesehatanmu saja, enggak usah mikir yang lain. Poligami itu sangat berat, Sayang. Mas enggak akan sanggup menjalankannya." Haidar merapikan selimut yang Aliyah pakai. Mencium perempuan itu

  • Istri Warisan Sahabat   76. Permintaan Tersulit

    Happy Reading*****"Kenapa Mas nggak bisa menjawab pertanyaanku dengan jujur?" kata Aliyah, "Mbak Azza pernah mengatakan, dia membawa rasa bersalah bersama perginya Mas Zafran. Katakan saja bahwa semua itu adalah karena hubungan spesial yang ada di antara kalian berdua." Aliyah menangkup kedua tangannya di depan dada. Isakannya begitu menyayat hati.Cepat-cepat Haidar meraih tangan Aliyah, berjuta rasa bersalah kini bersemayam di hati lelaki tersebut. "Jangan memohon seperti ini, Al. Tolong, jangan membuatku merasa seperti lelaki yang paling berdosa dengan permintaanmu," ucap Haidar. Suaranya bergetar hebat, menandakan jika dia sangat terluka dengan pertanyaannya sang istri."Kalau Mas nggak mau merasa paling berdosa, ya, ceritakan yang sebenarnya. Aku istrimu, Mas. Berhak tahu apa yang terjadi di masa lalu antara njenengan dan Mbak Azza." Aliyah tergugu dalam dekapan suaminya."Kamu harus janji enggak akan berpikiran yang aneh-aneh setelah Mas menceritakan semuanya," pinta Haidar s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status