Berasal dari keluarga petani desa dan tidak memiliki jabatan CEO dan pewaris tunggal membuat Anala kerap dihina oleh keluarga sang suami. Kehadiran Anala dianggap sebagai benalu yang hanya menumpang hidup kepada Aksara terutama di mata ibu dan adik lelaki itu. Hingga akhirnya sebuah rencana busuk dari persekongkolan musuh Aksara membuat salah satu lini bisnisnya goyah. Di saat tersebut, Anala yang selalu disebut sebagai wanita tidak berguna ternyata malah menjadi penyelamat dan membantu Aksara menemukan jalan keluar.
view more“Pasti kau mengandalkan bentuk tubuhmu untuk menggoda Kak Aksara,” ujar Shiren, adik Aksara dengan pedas.
Anala yang mendengar hal itu hanya bisa menundukkan kepalanya.
“Untuk apa Aksara menikahi gadis tidak jelas ini jika bukan karena untuk memenuhi hasrat dan kebutuhan biologisnya,” perkataan pedas itu keluar dari mulut Hesti, ibu tiri Aksara.
“Jangan harap kau leluasa menjadi nyonya,” Shien menunjuk tepat di depan muka Anala.
Sedangkan orang yang dimaki dengan perkataan kasar itu hanya membisu. Mata Anala memanas, ingin menangis. Tetapi, ia berusaha menahannya. Anala tidak ingin dirinya terlihat lemah. Meskipun kenyataannya memang ia tidak berani bertindak kepada kedua wanita di hadapannya.
Anala berpura-pura tuli tidak merespon apapun. Ia tetap ikut duduk di meja makan bersama dengan Shiren dan ibu tiri Aksara. Anala ingin ikut makan siang setelah bersusah payah berkutat memasak dibantu dengan para pelayan.
Baru saja Anala ingin menyendokkan sesuap nasi ke mulutnya, tetapi ia sudah dikagetkan dengan suara piring yang menyentuh lantai. Benda yang terbuat dari keramik tersebut hancur berkeping-keping di lantai. Tak hanya itu, makanan yang ada di atasnya juga berserakan.
“Dasar bodoh. Sudah dua bulan menikah dengan Aksara, tapi masih tidak tahu selera makanan kami,” gerutu Shiren yang baru saja melempar piring ke lantai.
“Membuat selera makanku hilang saja. Kau ini membuatkan makanan untuk manusia atau hewan?” ibu tiri Aksara segera melepeh makanan yang ada di mulutnya.
“Jangan diam saja, cepat bersihkan piring itu,” bentak Shiren menunjuk ke piring yang berserakan di lantai.
Anala beranjak dari duduknya dan berlutut di lantai. Ia mulai memungut pecahan-pecahan piring itu dan mengumpulkannya di satu tempat. Tanpa disangka, Shiren menginjak salah satu tangan kanan Anala dan menekannya selama beberapa saat. Hal itu membuat Anala kaget hingga tangan kirinya yang sedang memegang pecahan beling tergores.
Wanita dengan dress motif bunga-bunga itu meringis kesakitan. Ia sebisa mungkin menahan suara rintihan keluar dari mulutnya. Sedangkan Shiren dan ibu tiri Aksara meninggalkan Anala yang masih melanjutkan membersihkan kekacauan di meja makan.
“Biar saya saja, Nona,” ucap pelayan rumah keluarga Aksara.
Pelayan tersebut langsung sigap mengambil alih hal yang dilakukan oleh Anala. Mereka baru berani membantu setelah Shiren dan ibu tiri Aksara pergi dari ruangan tersebut.
“Astaga, Nona. Tangan Anda perlu diobati,” seru pelayan tersebut ketika melihat tangan Anala.
“Iya, Mbak. Nggak apa-apa, nanti saya obati sendiri di kamar,” jawab Anala lembut.
“Nona kembali ke kamar saja sekarang, cepat obati tangannya. Takut infeksi, Nona Anala,” sang pelayan khawatir.
“Iya, Mbak. Makasih, ya,” Anala tersenyum lembut.
Anala masuk ke kamar tidur pribadinya bersama Aksara. Ia langsung menuju ke kamar mandi di ruangan tersebut. Anala menyalakan wastafel untuk membasuh tangannya hingga bersih.
“Sshh, sakit juga ternyata,” ujar Anala pada dirinya sendiri.
Ia kembali ke kamarnya. Anala duduk di depan meja rias dan meraih kotak obat yang ada di sana. Wanita itu mengambil obat merah dan mulai mengoleskan di luka goresan serta lebam yang ada di tangannya.
Setelah itu, ia menatap pantulan dirinya di depan cermin. Memandangi dirinya sendiri yang tampak tertindas. Anala tertawa kecil mengejek dirinya sendiri. Keadaannya sangat menyedihkan ketika ditinggal Aksara ke kantor.
Wanita itu saat ini tinggal di rumah keluarga Aksara. Hal tersebut sesuai tradisi dari keluarga suaminya itu, bahwa pengantin baru harus tinggal di rumah tua. Selain itu, rumah yang disiapkan Aksara juga masih dalam tahap finishing.
“Sememalukan itukah aku sampai mereka selalu berani menindasku?” tanya Anala pada dirinya sendiri.
“Bahkan sekarang sudah berani hingga menyentuh fisik,” wanita dengan rambut hitam lurus itu memandangi kedua tangannya.
Terkadang Anala merasa tidak tahan mendengar perkataan mereka. Namun, rasa cintanya terhadap Aksara membuat wanita itu memilih untuk bertahan. Ia tidak akan membiarkan dirinya kalah dan menyerah semudah itu.
“Masih terlalu dini untuk menyerah, Anala. Bertahanlah untuk Aksara,” Anala meyakinkan dirinya sendiri.
***
Anala merasa terusik dari tidurnya ketika merasa ada seseorang yang menyentuh dahinya. Ia mulai mengerjapkan mata dan menggeliat lembut. Anala mulai bangun dan menyandarkan dirinya di sandaran tempat tidur.
“Mas Aksa, maaf aku ketiduran,” sapa Anala saat melihat dengan jelas sosok di hadapannya.
“Tidak apa,” ucap Aksa lembut.
“Mas Aksa, sudah makan malam?” tanya Anala kepada sang suami yang duduk di hadapannya.
“Sudah, kamu?” Aksara bertanya balik.
“Sudah, Mas Aksa,” jawab Anala sembari tersenyum tipis.
Bohong. Perut Anala sama sekali belum terisi makanan malam ini. Bahkan, ia belum sempat menikmati makan siangnya. Namun, ia tidak ingin membuat suaminya itu kerepotan. Apalagi terlihat Aksara yang lelah karena pulang cukup larut.
Anala membantu Aksara melepaskan jas yang masih menempel di tubuh kekar lelaki itu. Selanjutnya, tangan wanita berpiyama merah jambu itu dengan sigap melepas dasi dari leher Aksara. Ia berdiri bermaksud menyimpan pakaian suaminya itu di keranjang yang sudah disediakan.
“Tunggu,” Aksara mencekal tangan Anala.
“Tangan kamu kenapa, Anala?” ternyata lelaki itu menyadari ada luka di kedua tangan istrinya.
“Tidak apa, Mas Aksa. Aku hanya tidak berhati-hati ketika sedang memasak,” alibi Anala.
“Bohong,” ujar Aksa dingin.
“Duduk,” perintah Aksara tegas.
Anala tidak punya pilihan lagi selain menuruti perintah suaminya itu. Ia duduk di samping Aksara. Lelaki yang masih lengkap dengan kemeja putihnya itu merubah posisinya menghadap Anala.
Aksara meraih kedua tangan Anala dan membelainya dengan perlahan. Hal tersebut membuat sebuah rintihan keluar dari mulut istrinya itu. Anala tidak bisa menyembunyikan rasa sakitnya.
Aksara mulai meniup kedua tangan Anala secara perlahan. Ia bermaksud untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh istrinya.
“Apakah mereka berulah lagi?” tanya Aksara.
“Sudahlah, Mas. Biarkan saja, yang penting aku tidak kenapa-napa,” Anala berusaha untuk meyakinkan Aksara.
“Aku harus beri mereka peringatan,” ucap Aksara.
“Ada tamu yang datang, Nona,” ucap asisten rumah tangga menghampiri Anala yang sedang sibuk dengan laptopnya di ruang tengah.“Siapa, Bi?” tanya Anala penasaran.“Katanya orang interior gitu, Nona. Saya kurang ngerti,” ucap sang asisten rumah tangga sambil tersenyum menampilkan deretan giginya.Anala menggelengkan kepala dan terkekeh mendengar perkataan asisten rumah tangganya itu. Ia segera bangkit dan berjalan menuju ke ruang tamu, menemui orang yang dimaksud oleh asisten rumah tangganya itu.“Selamat siang, Bu Anala, ya?” sapa seorang pria berkemeja salur merah yang sedang berdiri di ruang tamu.“Iya, saya Anala. Panggil nama aja, Kak,” Anala tersenyum ramah.Ia memperhatikan laki-laki yang menyapanya itu. Lalu, beralih pada satu pria lagi yang ada di sampingnya. Anala merasa mengenal lelaki tersebut. Tatapan mereka berdua bertemu, tetapi saling diam.“Silahkan duduk,” Anala mempersilahkan kedua orang itu duduk di sofa ruang tamunya.Setelah itu, perempuan dengan jumpsuit korean wa
“Dasar wanita tidak berguna, sukanya cari muka di depan Kak Aksara,” Shiren geram melihat Anala yang ada di depannya.Shiren menampar pipi Anala sekali lagi. Anala menunduk memegang pipinya yang terasa panas.“Kalau bukan karena belas kasihan Kak Aksa, kamu pasti tidak bisa masuk ke keluarga kita,” Shiren menunjuk wajah Anala.“Sampai kapan kamu akan seperti ini, Shiren?” tanya Anala tenang.“Sampai kamu menyerah dan meninggalkan Kak Aksa. Dasar kalangan rendahan,” setelah mengucapkan itu, Shiren langsung pergi.Kini tinggal Anala sendirian yang ada di dalam kamar mandi tersebut. Ia melihat pantulan dirinya di cermin. Kedua pipinya memerah akibat tamparan keras Shiren. Wanita itu terpaksa memakai masker karena berusaha menutupi bekas tamparan tersebut.Sesampainya di rumah, Anala langsung meminta kompres air kepada asisten rumah tangganya.“Astaga, apa yang terjadi, Nona?” tanya asisten rumah tangga Anala.“Tidak apa, Bi. Tolong jangan bilang ke Mas Aksa ya,” pinta Anala.“Iya, Non. S
“Apa tidak bisa dipertimbangkan lagi, Mas?” Anala coba bernegosiasi dengan suaminya.“Kenapa aku harus mempertimbangkannya?” Aksara malah melontarkan pertanyaan lain kepada Anala.“Apa benefitnya bagi kita berdua?” lanjut lelaki itu dengan tersenyum miring.“Aku ingin coba dulu, Mas Aksa. Setidaknya desain buatanku tidak sia-sia,” Anala melembutkan suaranya.“Aku tidak akan mengabaikan tugasku jadi istri Mas Aksa. Bisnis ini hanya akan aku jalankan untuk menunggu kamu pulang dari kantor,” jelas Anala.“Lagian, aku juga mau sedikit berguna sebagai wanita, Mas. Tidak hanya menjadi beban kamu,” lanjut Anala menunduk lesu.“Siapa yang bilang kamu beban?” Aksara bertanya dengan tajam.Anala yang mendengar hal itu memilih membisu karena tidak berani menjawab.“Siapa, Anala?” tanya lelaki itu sekali lagi.“Ya Mas Aksa pasti tahu siapa orang yang di sekitar Mas,” jawab Anala takut.“Tidak perlu dengarkan mereka,” tegas Aksa.“Jadi, bagaimana jika aku tidak menyetujui proposalmu?” kali ini sua
Aksara membawakan secangkir teh hijau hangat untuk Anala. Ia menyodorkan secangkir teh hijau tersebut untuk diminum oleh istrinya itu. Anala merasa sedikit lega setelah meneguk minuman hangat tersebut. Aksara sengaja membawakan teh tersebut karena tahu istrinya itu masih sakit kepala.Hal tersebut tidak luput dari perhatian anggota keluarga Aksara yang sedang ada di ruang tengah. Ayah Rama bahagia melihat hal tersebut karena senang akhirnya sang putra memiliki sosok yang dicintai. Sedangkan sorot mata Ibu Hesti dan Shiren menyiratkan kebencian.“Aku dan Anala besok akan pindah,” Aksara membuka percakapan.“Kenapa mendadak sekali? Apakah rumah pribadimu sudah siap?” tanya Ayah Rama.“Sudah,” jawab Aksara dingin.“Tidak perlu pindah dulu, Aksara. Di sini saja dulu,” kali ini Ibu Hesti yang membuka suara.“Iya, Kak. Di sini aja dulu, biar aku ada temannya. Lagian nanti Kak Anala kesepian kalau harus di rumah sendirian waktu kakak tinggal kerja,” bujuk Shiren.“Aku tidak sedang meminta iz
“Anala berada di sini bukan untuk menjadi pelayan kalian,” ujar Aksara kepada semua anggota yang tengah berada di meja makan untuk sarapan.“Ada apa, Aksa?” tanya Rama, ayah Aksa dengan suara lemah.“Tanya saja kepada Ibu Hesti dan Shiren, apa yang mereka lakukan kepada istriku?” kata Aksara dingin.“Ada apa ini, Hesti, Shiren?” tanya Ayah Rama kepada istri dan anaknya.Sedangkan orang yang ditanya hanya menunduk dan tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Hal tersebut membuat Aksara merasa geram. Ia menarik tangan Anala perlahan dan menunjukkan ke semua orang yang ada di sana.“Apa yang kalian lakukan sampai tangan Anala begini?” tanya Aksara dingin.“Jawab,” bentak Aksara.“Maaf, Kak Aksa. Aku dan ibu ngga sengaja, Kak,” rengek Shiren mulai mengeluarkan air mata ketakutan.“Iya Aksa, ibu minta maaf. Kami tidak sengaja,” kali ini Ibu Hesti yang memohon.“Aksa, ibu dan adikmu tidak sengaja. Mungkin ini hanya kecelakaan kecil,” ujar Ayah Rama membela dua wanita kesayangannya itu.Aksara m
“Pasti kau mengandalkan bentuk tubuhmu untuk menggoda Kak Aksara,” ujar Shiren, adik Aksara dengan pedas.Anala yang mendengar hal itu hanya bisa menundukkan kepalanya.“Untuk apa Aksara menikahi gadis tidak jelas ini jika bukan karena untuk memenuhi hasrat dan kebutuhan biologisnya,” perkataan pedas itu keluar dari mulut Hesti, ibu tiri Aksara.“Jangan harap kau leluasa menjadi nyonya,” Shien menunjuk tepat di depan muka Anala.Sedangkan orang yang dimaki dengan perkataan kasar itu hanya membisu. Mata Anala memanas, ingin menangis. Tetapi, ia berusaha menahannya. Anala tidak ingin dirinya terlihat lemah. Meskipun kenyataannya memang ia tidak berani bertindak kepada kedua wanita di hadapannya.Anala berpura-pura tuli tidak merespon apapun. Ia tetap ikut duduk di meja makan bersama dengan Shiren dan ibu tiri Aksara. Anala ingin ikut makan siang setelah bersusah payah berkutat memasak dibantu dengan para pelayan.Baru saja Anala ingin menyendokkan sesuap nasi ke mulutnya, tetapi ia suda
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments