Share

4. Pikiran Kotor

Penulis: NONA_DELANIE
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-27 11:45:02

Jimmy langsung keluar saat merasa atmosfer di ruangan ini sedikit memanas. Ia turun ke lantai bawah dengan dada yang berdebar-debar.

“Buah jambu incaranku sudah berubah menjadi buah melon ternyata. Pasti segar,” katanya dalam hati. Pikiran kotor Jimmy datang kala menatap belahan dada yang sangat menggairahkan. Karena perut yang sudah sangat lapar, ia duduk di meja makan. Berusaha mengabaikan tongkat sakti yang meminta kepuasan. Menahan sampai waktunya tiba.

Menuruni anak tangga dengan Langkah penuh kehati-hatian. Penampilan Melisa yang mengenakan gaun biru muda menghipnotis pria berusia 30 tahun itu. Langkah demi Langkah sang gadis membuat Jimmy terpaku tanpa suara.

Satu kata yang mewakili semuanya. Cantik! Melisa sangat menawan. Ini melebihi ekspektasi Jimmy sebelumnya. Melisa hanya butuh uang untuk tampil glow up. Wajah yang sejatinya sudah sangat cantik itu tinggal dipoles sedikit. Jimmy tak hentinya menyunggingkan senyuman dan bersiap menyambut kedatangan Melisa.

Jimmy bangkit dari tempat duduknya, membetulkan kancing kemeja yang terbuka, mempersilakan Melisa dan menggeser tempat duduk.

“Terima kasih,” ucap Melisa yang merasa tak enak. Meski saat di kamar tadi sempat takut, tapi ia merasa jika Jimmy berbeda sekarang.

Jimmy tersenyum, ia memerintahkan asisten rumah tangga untuk segera membalik piring Melisa yang tengkurap sejak tadi. Namun, lagi-lagi Melisa menolak.

“Tidak usah, Bi. Saya bisa sendiri,” katanya.

Jimmy kagum, berkali-kali lipat rasa dalam dadanya meletup-letup. Ia tahu, Melisa bukan gadis manja. “Makanlah, temani aku malam ini.”

Melisa mengangguk. Kata ‘temani aku’ tadi membuat ia menelan saliva. Menemani dalam hal apa lagi? Hanya makan, atau … yang lainnya juga? Mengingat ia telah dibeli, Melisa tak boleh menolak.

Hening, selepas mengambil nasi dan lauk pauk, Melisa dan Jimmy makan dalam keheningan. Pria itu sesekali melirik Melisa melalui ekor mata.

“Kau tak suka makanannya? Kenapa hanya mengambil nasi dan ayam? Apa makanan di sini tidak enak?”

Banyak makanan di atas meja, namun Jimmy heran. Kenapa Melisa hanya mengambil menu itu saja?

“Ma- maaf, Tuan. Saya tidak memakan aneka jenis seafood. Saya alergi,” jawab Melisa sambil menunduk. Ia tak berani menatap lelaki yang diketahui bernama Jimmy ini yang sangat menakutkan.

Jimmy baru tersadar. “Ah,iya. Kamu alergi. Maaf, aku lupa.”

“Lupa?” Melisa semakin bingung. Kata-kata ‘lupa’ yang diucapkan pria itu seakan menandakan, bahwa mereka seperti telah mengenal sebelumnya.

Namun seperti biasa, Jimmy hannya mengendikkan bahu dan bersikap biasa. Ia tak akan menunjukkan jati dirinya saat ini. Biarlah waktu yang akan menjawab memori serta kenangan lama Melisa nanti. Jimmy tak mau terburu-buru. Ia memilih menikmati makan malam dalam diam. Setidaknya usaha Jimmy untuk segera mendekati Melisa sudah berjalan mulai saat ini. Beruntunglah Melisa bertemu dengannya lebih dulu.

Kalau tidak, mungkin Melisa akan jatuh ke tangan lelaki penyuka kenikmatan sesaat saja.

*

Makan malam telah usai. Jimmy bahkan dibuat kagum oleh sikap Melisa yang beranggapan di rumah sendiri. Gadis itu bahkan membawa aneka piring kotor dan mencuci malam itu juga di westafel dapur. Satu nilai plus yang disematkan Jimmy pada Melisa.

“Setelah ini, kutunggu di kamar,” bisiknya saat Melisa memberesi gelas di atas meja.

Melisa terdiam tanpa kata. “Ditunggu di kamar? Astaga! Apa dia akan ….” Buru-buru ia membereskan gelas ke westafel dan mencucinya. Meski Jimmy melarang, tetapi ia tak bisa mengabaikan begitu saja.

Usai mencuci tangan dan mengeringkannya menggunakan lap, Melisa menaiki anak tangga satu persatu dengan perasaan was-was. Setiap Langkah yang dibawanya ke lantai atas mengundang keraguan. Namun karena ia tak berhak menolak, maka menurut saja demi kelancaran Bersama.

Sesampainya di lantai atas, telapak tangan kanan Melisa menggantung di udara. “Buka nggak, ya?” Maju-mundur dan pada akhirnya, ia nekat membuka.

Ceklek!

“Aaaaaa!” teriaknya saat mendapati pria itu membawanya ala bridal dan meletakkan di atas ranjang. “A- Anda mau apa, Tuan?”

“Tidurlah di sampingku!” katanya dengan datar. Jarak wajah keduanya hanya sejengkal. Hembusan napas saling beradu dengan hawa dingin yang berhembus dari lubang AC. Melisa berbaring dengan kedua tangan yang menyilang di dada. Sementara Jimmy mengunci pergerakan gadis itu dengan bertumpu pada Kasur menggunakan kedua tangan.

Melisa lantas membuang pandang. Tatapan lelaki tampan itu membuat akal sehatnya terganggu. Jimmy sangat menawan. Kadar ketampanan pria itu melebihi Rehan— sang suami yang baru dua jam tadi menalaknya.

“Ba- bagaimana kalau saya tidur di lantai saja? Tak apa, saya ini bau dan—”

“Di sini, bersamaku.” Jimmy memotong dengan cepat. Kilat tajam dari sepasang netranya membuat Melisa ketakutan.

Ia lantas mencicit, “Hanya tidur, ‘kan? Tidak melakukan apa-apa?”

Jimmy menjauhkan wajahnya dan bangkit dari atas tempat tidur. Terkekeh pelan dan menuju ke kamar mandi untuk menjinakkan sesuatu.

“Astaga! Melisa, kamu polos sekali. Namanya tidur ya sekalian gituannya. Dia sudah pernah menikah, kenapa masih bertanya?” gumamnya merasa sangat lucu.

Cukup lama Jimmy berdiam diri dan semedi di bawah guyuran air dingin, pria itu Kembali ke kamar setelah pikirannya rileks serta kondisi tongkat sakti yang telah terlelap. Ia menilik ke atas ranjang, tak ada Melisa di sana. namun, pandanganya kemudian terarah pada sofa di pojok ruangan dengan seorang Wanita yang sudah bergelung dalam selimut hangat.

“Hm, dasar gadis keras kepala!” Merasa jika Melisa belum tertidur pulas, Jimmy lantas memilih membiarkannya saja.

***

Hari ini adalah hari sabtu. Jimmy sengaja bangun sedikit siang sebab tak pergi bekerja. Namun saat kedua matanya terbuka, pria itu lagi-lagi tak melihat Melisa di kamarnya.

“Argh, kenapa kuncinya semalam tidak kusembunyikan?” Ia menjambak rambut dan menyibak selimut. Takut jika gadisnya kabur, ia memilih untuk keluar kamar dan berlarian menuju lantai bawah.

“Mana Melisa?” Suara Jimmy menggelegar.

Beberapa asisten rumah tangga menghadap ke arahnya. “Ada di belakang, Tuan. Sedang mencuci baju.”

“Mencuci baju, apa maunya gadis itu? Cepat panggil dia ke sini dan jangan biarkan melakukan pekerjaan apa pun!”

Kedua asisten rumah tangga itu meninggalkan ujung tangga dan menghampiri Melisa di belakang. Melisa gegas menghadap Tuannya dan meminta maaf.

“Tuan, maaf jika—”

Jimmy yang emosi kemudian menarik Melisa menuju kamar tamu. Pria itu menyeret paksa dan menghempaskan tubuh Melisa ke atas ranjang. Melakukan hal-hal seperti semalam, dengan cara mengekang Melisa supaya tak kabur lagi.

“Siapa yang menyuruhmu mencuci pakaian?” tanya Jimmy dengan amarah yang menggelegak. Ia tak mau gadis incarannya terlihat seperti upik abu.

“Ha- hanya inisiatif sendiri, Tuan. Sa- saya—”

“Aku mengharamkan pekerjaan rumah untukmu! Kamu tamuku dan bersikaplah seperti nyonya rumah!”

Melisa bingung. Nyonya rumah? Apa dia salah dengar tadi?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Yang Dijual Suami   57.

    Embun pagi masih menempel lembut di daun-daun ketika Melisa terbangun. Seulas senyum mengembang di bibirnya, sebuah senyum yang tak pernah lepas sejak beberapa minggu terakhir. Ia merasakan sebuah keajaiban dalam dirinya, sebuah keajaiban yang membungkam bisikan bisikan miring dari sang ibu mertua sejak dua tahun yang lalu. Beberapa bulan lalu, saat masih menikmati bulan madu pernikahannya dengan Kinan, bayangan mandul menghantui Melisa. Mantan Ibu mertuanya, dengan nada halus namun menusuk, seringkali menyinggung kesuburannya. Perkataan-perkataan itu, walau terselubung, menusuk hati Melisa. Ia merasa tertekan, beban yang tak seharusnya ia pikul. Namun, takdir berkata lain. Kegembiraan melanda Melisa ketika ia melihat dua garis merah samar di alat tes kehamilannya. Air mata bahagia membasahi pipinya. Jimmy memeluknya erat, mata mereka berkaca-kaca, berbagi kebahagiaan yang tak terkira. Jinny yang selalu menjadi sandaran Melisa, langsung memeluknya erat. "Sayang, ini ada

  • Istri Yang Dijual Suami   56. KAMU HAMIL!

    Sang dokter, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah, menatap Jimmy dengan penuh perhatian. Suasana di ruang tunggu bandara yang sibuk sedikit terasa teredam oleh kehadiran dokter yang tenang dan percaya diri. Melisa duduk di kursi dengan wajah pucat, tangan memegang perutnya yang terasa mual, sementara Jimmy berdiri cemas di sampingnya.“Tuan, ada yang bisa saya bantu?” tanya sang dokter dengan suara lembut, menatap Jimmy dan Melisa dengan penuh perhatian. Matanya yang tajam, namun penuh pengertian, menenangkan Jimmy sejenak.“Dokter, tolong periksa istri saya. Dia mual dan muntah terus. Saya khawatir dengan keadaannya dan sepertinya ada sesuatu yang tidak beres. Kami harus ke Amerika, tapi jika kondisinya tidak memungkinkan, saya terpaksa kembali ke Indonesia,” jawab Jimmy, suaranya terdengar penuh kecemasan.Dokter itu mengangguk perlahan, memahami ketegangan yang dirasakan oleh pasangan itu. “Baik, Tuan Jimmy. Tunggu sebentar, saya akan memeriksanya,” katanya tenang, lalu

  • Istri Yang Dijual Suami   55. MALAM PERTAMA

    Bunyi klik pintu kamar hotel bergema di ruangan luas yang remang-remang diterangi lampu tidur. Melisa masih berdiri di dekat pintu, tas tangannya digenggam erat. Ia menatap punggung Jimmy yang sedang memeriksa kamar. Presiden Suite Room, sungguh megah. Kamar yang jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan, dengan pemandangan kota malam yang mempesona dari jendela besar di ujung ruangan. Tapi kemegahan itu tak mampu menghilangkan rasa canggung yang menyelimuti hatinya.Baru beberapa jam yang lalu, ia dan Jimmy masih berdiri di pelaminan, diiringi tepuk tangan dan ucapan selamat dari para tamu undangan. Pernikahan mereka di ballroom hotel yang sama, meriah dan penuh suk acita. Namun, kini, di ruangan pribadi ini, hanya ada mereka berdua, dikelilingi keheningan yang terasa berat.Melisa melangkah perlahan ke arah ranjang besar yang empuk, berhenti di ujungnya. Ia duduk di tepi, menatap Jimmy yang masih sibuk memeriksa fasilitas kamar. Kemewahan kamar presiden s

  • Istri Yang Dijual Suami   54. BAHAGIA BERSAMA

    Lampu-lampu dansa berputar-putar, menciptakan efek cahaya yang magis di lantai dansa. Melisa dan Jimmy berdansa dengan anggun, irama musik mengalun lembut di antara mereka. Gaun biru muda elegan yang dikenakan Melisa membalut tubuhnya dengan sempurna, menonjolkan kecantikan dan keanggunannya. Jimmy, dengan jasnya yang rapi, memeluk Melisa dengan erat, menikmati setiap detik kebersamaan mereka. Di tengah alunan musik yang syahdu, Jimmy mendekatkan wajahnya ke telinga Melisa, berbisik lembut, "Kau suka?" Melisa tersenyum, matanya berkaca-kaca. Ia bersandar pada dada Jimmy, merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang. "Suka," jawabnya, suaranya sedikit bergetar. "Ini adalah pernikahan impianku. Sangat, sangat bagus. Kau… kau membuatku terharu." Jimmy tersenyum, mengusap lembut pipi Melisa. Ia melihat jejak air mata yang mulai membasahi pipinya. "Hei, jangan menangis," ucap Jimmy, suaranya penuh kelembutan. Ia mendekatkan Melisa lebih erat ke dadanya, mencoba menenan

  • Istri Yang Dijual Suami   53. AKAD

    Lampu-lampu kristal berkilauan, menerangi aula pernikahan yang megah. Suasana syahdu dan khidmat menyelimuti setiap sudut ruangan. Di pelaminan, berdirilah pasangan pengantin yang serasi: Melisa, dengan gaun pengantin putih yang elegan, dan Jimmy, bule bermata biru yang kini telah menjadi seorang mualaf. Senyum bahagia terpancar dari wajah mereka, mencerminkan kebahagiaan yang tengah mereka rasakan.Para tamu undangan memenuhi ruangan, semuanya tampak terpukau oleh keindahan dekorasi dan keanggunan pasangan pengantin. Jimmy, duda satu anak, tampak gagah dalam balutan jas berwarna gelap. Perubahannya begitu signifikan. Mata birunya yang khas kini berbinar dengan cahaya iman yang baru. Ia bukan sekadar mengikuti Melisa, tapi hijrahnya ke agama Islam adalah sebuah proses panjang yang dilalui dengan penuh kesadaran dan ketulusan. Selama empat bulan, ia tekun mempelajari ajaran Islam, hingga akhirnya mantap untuk memeluk agama tersebut.Prosesi akad nikah berjalan denga

  • Istri Yang Dijual Suami   52. BALASAN TUHAN

    Dengan wajah tanpa ekspresi, Jimmy memberikan perintah singkat, suaranya dingin dan tanpa emosi, "Bersihkan ini. Bawa dia pergi, jauh dari sini. Kubur dia." Anak buahnya, yang telah terbiasa dengan perintah-perintah kejam majikan mereka, mengerjakan tugas tanpa ragu. Mereka mendekati tubuh Rina yang tergeletak tak berdaya, mengangkatnya dengan kasar, seperti mengangkat karung berisi sampah. Tidak ada belas kasihan, tidak ada sedikitpun rasa simpati di wajah mereka. Hanya ada kepatuhan dan ketaatan buta.Mereka membawa tubuh Rina, menuju tempat yang jauh dan terpencil, tempat di mana rahasia gelap dapat terkubur dalam-dalam. Tanpa upacara, tanpa doa, mereka menggali lubang, lalu melemparkan tubuh Rina ke dalamnya. Tanah menutupi tubuhnya, menghilangkan jejak keberadaan Rina dari dunia ini. Hanya kesunyian dan tanah yang menjadi saksi bisu atas penguburan rahasia ini. Sebuah akhir yang sunyi dan tanpa ampun, menandai berakhirnya hidup seorang wanita muda ya

  • Istri Yang Dijual Suami   51. SELAMAT TINGGAL

    Rina menatap Jimmy dengan pandangan penuh amarah dan keputusasaan. Kecamuk yang luar biasa memenuhi hatinya. Ia melirik ke bawah, memandang jurang yang menganga di bawah kakinya. Tinggi gedung itu membuatnya menyadari betapa rapuhnya nyawanya."Jika aku mati," gumamnya dalam hati, suaranya hampir tak terdengar, "maka mereka akan berbahagia. Sialan!" Rasa takut yang luar biasa menguasainya. Ia menyadari betapa bodohnya ancamannya tadi. Ia tidak ingin mati, tapi ia juga merasa tidak punya tempat lagi di dunia ini.Dengan hati-hati, ia mencoba menjaga keseimbangannya. Tangannya gemetar, kaki-kaki kecilnya terasa lemah. Ia berusaha keras agar tidak jatuh, agar tidak mengakhiri hidupnya di tempat itu. Ketakutan yang luar biasa menguasainya.Jimmy, yang berdiri hanya dua meter darinya, semakin memperkeruh suasana. "Ayo terjun! Buktikan ucapanmu tadi! Kau merasa dirimu tak berguna karena tertular HIV, kan? Maka kenapa kau tunda? Silakan pergi! Jangan ditunda! Atau, ma

  • Istri Yang Dijual Suami   50. SILAKAN MA-TI SAJA!

    Mata Melisa menyipit, tajam seperti pisau. Udara di antara mereka berdua menegang, beratnya terasa mencekik. Rina, yang selama ini hanya berbisik-bisik provokatif, terdiam. Bibirnya masih bergerak-gerak, seakan-akan masih ingin melontarkan kata-kata beracun, tapi suaranya tertahan di tenggorokan. Kini, Melisa tak bodoh lagi. Dia bisa melihatnya, niat jahat yang terpancar dari sorot mata Rina yang penuh dendam.Jari telunjuk Melisa menusuk dada Rina, gerakannya tegas dan penuh amarah yang terpendam. Bukan amarah yang meledak-ledak, melainkan amarah yang terkontrol, dingin dan mematikan. "Dulu," suara Melisa terdengar pelan, tapi setiap kata menusuk hati, "sudah kubiarkan kau mendekati suamiku. Kubiarkan kau bermanis-manis dengan Jimmy. Setelah aku bahagia, setelah aku dan Jimmy membangun kehidupan kami, kau berani mengusiknya lagi?"Saat Rina terdiam dengan ketakutannya, Melisa menarik napas dalam-dalam, menahan gejolak emosi yang hampir meluap. Ia menatap Rina dengan pand

  • Istri Yang Dijual Suami   49. PEMBANTU DI RUMAHMU

    Detik-detik menuju hari pernikahan Jimmy dan Melisa terasa begitu dekat. Sembilan puluh lima persen persiapan telah rampung, meninggalkan aroma harum antisipasi di udara. Ballroom megah di jantung ibu kota, tempat janji suci akan diucapkan, kini dipenuhi kesibukan. Jimmy, gagah dalam balutan jasnya, dan Melisa, menawan dalam gaun pengantinnya yang berkilauan, memimpin gladi resik bersama tim WO yang cekatan. Langkah kaki mereka beriringan, menelusuri alur acara, dari prosesi masuk hingga sesi pelepasan balon—setiap detail diperiksa, setiap gerakan dirapikan. Senyum tegang namun bahagia terukir di wajah mereka, mencerminkan debaran jantung yang berdetak kencang. Di sekeliling mereka, para WO berkoordinasi, memastikan tata cahaya, tata suara, dan dekorasi sempurna. Udara bergema dengan bisikan instruksi dan tawa ringan, menciptakan simfoni persiapan yang dramatis namun penuh kegembiraan. Gladi resik ini bukan sekadar latihan, melainkan sebuah ritual penyempurnaan, sebu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status