Share

Ch. 4 Pelukan Yang Nyaman

Menulis buku harian adalah kebiasaan yang terus dia lakukan setelah mengikuti konseling beberapa waktu yang lalu. 

Seperti biasanya anak-anak di kalangan mereka, rata-rata semua mengikuti sesi di psikolog untuk mengatasi berbagai masalah kejiwaan. 

Kalau untuk kasus Noel, psikolog yang belum mengetahui apa masalah yang ada di dirinya akhirnya menyuruh Noel untuk menulis apa yang tak bisa dia katakan, ke buku hariannya.  

Perasaan tak nyaman itu sudah mulai hilang, namun menulis seperti ini sudah menjadi kebiasaannya setiap mengakhiri hari.

Noel meregangkan tubuhnya, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. 

Pria itu tercengang sesaat karena lupa kalau dia sudah memiliki istri sekarang. Saat membuka pintu kayu rumah itu, dia terpana melihat istrinya tertidur dengan rambutnya yang terurai bagai mahkota di sekeliling bantal. 

“Cantik, tulisannya tadi tidak salah, istrinya memang sangat cantik,” pikirnya segera keluar kembali dan tidur di ruang bacanya tadi.

Noel merebahkan dirinya di tempat tidur yang ada di ruang baca, dia suka tidur sambil membaca buku, namun sepertinya semenjak dia menikah, Noel akan tidur di sini selamanya. 

“Aku harus membeli tempat tidur yang lebih besar,” pikirnya sambil menutup mata. Aroma buku dengan cepat membantunya untuk cepat tidur.

Namun ternyata hari ini belum berakhir, kepala Noel pusing, dan matanya terasa pedih ketika mendengar jeritan dari kamar istrinya, Noel dengan tertatih-tatih berlari menghampiri wanita itu.

“Maafkan Bian Mama, Maafkan Bian!” tangisnya menjerit, bulir-bulir jernih mengalir deras dari kedua matanya. 

Saat Noel mendekat, wanita itu seperti merasakan kehadirannya, walau matanya tertutup, dia menarik ujung kemeja baju tidur Noel keras-keras sambil terus mengulang kata-kata yang sama.

“Maafkan aku, Mama.” 

Noel menahan dirinya agar tidak terjatuh dan menimpa wanita itu. 

“Wanita gila, menangis tengah malam, tidak sadarkan diri!” pikir Noel kesal tidurnya terganggu, seharusnya dia tahu, pasti terjadi sesuatu mengapa mamanya memaksa Noel menikahi wanita itu dengan terburu-buru, sepertinya wanita ini gila. 

Pria itu mendengus saat wanita itu kini menggunakan piyama Noel untuk membersihkan hidungnya. Dia mendesah tajam sambil menarik bajunya tapi ternyata pegangan wanita itu cukup kuat. 

Wanita itu malah menarik Noel dalam mimpinya, dan membuat Noel terjatuh di atas tempat tidur. 

Begitu merasakan Noel terjatuh, Bianca mulai memukuli Noel, sampai akhirnya kesabaran Noel habis, dia memegang kedua tangan istrinya dan memeluknya erat agar dia tidak bergerak lagi.

“Mama, maafkan aku,” desahnya lagi masuk dalam pelukan Noel dan membalas pelukannya. 

Rasanya sangat aneh, Noel tidak menyukai kehangatan seperti ini, jantungnya berdebar kencang saat merasakan pelukan istrinya. 

Kepalanya yang mungil sangat pas di atas pundak Noel, terkulai tak berdaya. Pria itu segera mencoba melepaskan dirinya, namun, istrinya yang tadinya sudah mulai tenang kembali meraung. 

Sehingga, Noel terpaksa diam dan menahan emosinya sendiri, menatap langit-langit kamar, menunggu sambil mencoba pelan-pelan melepaskan rangkulan Bianca, tapi wanita itu terus kembali menjerit ketika dia mencoba sampai akhirnya Noel juga ikut jatuh tertidur.

"Dasar wanita, selalu menyusahkan saja."

Sinar matahari yang menerobos kamar bernuansa kayu itu mengenai mata Bianca. 

Karenanya, wanita berambut coklat kemerahan itu membuka matanya dengan kaget, karena mendengar suara napas yang dalam dan konstan. 

Ingatannya kembali, lalu menyadari kalau dia sedang merangkul pria itu dan kakinya menimpa Noel yang tertidur pulas di sampingnya. 

“Apa yang aku lakukan, kenapa aku memeluk pria ini?” pikirnya panik segera melepaskan rangkulan dan mengangkat kakinya dari tubuh Noel. 

Namun, tidak dapat dipungkiri, pelukan dengan pria itu anehnya terasa nyaman. Apakah semalaman kemarin dia memeluk pria ini? Apa yang telah terjadi?

Karena gerakan Bianca yang tiba-tiba, Noel juga terbangun, dan segera berdiri. Pria itu sedikit terguncang lalu memegang meja kecil di samping tempat tidur agar tidak terjatuh. Dia terlihat kaget dan gugup.

“Aku tidak bermaksud apa-apa. Hanya saja, kamu terus menjerit dan saat aku mendekat kamu menarik dan tak mau melepasku. Tadi aku hanya mau menunggu sampai kamu tidur lagi, tapi sepertinya aku juga ketiduran.” 

Pria itu menggaruk belakang kepalanya dengan, lalu berjalan segera ke arah pintu kamar. 

“Maaf,“ ucap pria itu berhenti sebentar di depan pintu lalu segera keluar. Jantung Noel berdebar dengan kencang. 

“Bagaimana aku bisa ketiduran disitu, bodoh sekali,“ umpatnya kesal lalu segera masuk ke kamar mandi.

Bianca hanya bisa  menatap suaminya yang gugup berjalan keluar dari kamar mereka. Seketika itu juga wanita itu merasa malu akan apa yang dia sudah perbuat. 

“Bisa-bisanya aku menahannya dan memeluknya seperti itu!” pikir Bianca sambil duduk di tempat tidur.

Wanita itu lalu segera turun dari tempat tidur dan membersihkan diri. 

Setelah membongkar koper, dia mengenakan gaun longgar berwarna putih dan keluar dari kamar untuk mencari suaminya. 

Dia harus meminta maaf, tak seharusnya dia melepaskan diri dari pelukan Noel, siapa tahu dia sedang hendak meminta haknya. Jangan sampai pria itu berpikir macam-macam dan mengadukan ke Alice, mamanya. 

Namun, ternyata saat dia keluar, pria itu sudah tidak ada, hanya seorang wanita tua yang tergopoh-gopoh menghampirinya.

“Bapak sudah pergi, ibu mau sarapan apa?” 

Hati Bianca terasa kosong. “Oh, mungkin aku yang berlebihan, pria itu tidak terlalu mempersoalkan masalah pelukan konyol itu. Tak seharusnya aku berlebihan begini,” pikir Bianca sambil menatap ibu tua itu dan tersenyum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status