Home / Rumah Tangga / Istri Yang Menanti Sentuhanmu / Setelah Jutaan Luka kenapa Kamu Begini?

Share

Setelah Jutaan Luka kenapa Kamu Begini?

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2025-01-26 23:10:00
Aku terdiam, apakah aku memang harus resign? tapi bagaimana dengan nasibku nanti? sekarang saja keuangan sudah Renata yang pegang.

"Aku pikir dulu." Kataku yang menggantung keinginannya.

Raut wajahnya berubah, tapi dia tidak mengeluarkan kekesalannya padaku.

Sesampainya di rumah, Mas Raka membantu aku keluar dari mobil bahkan dia mengantar aku sampai ke kamar.

"Minum obat dulu baru istirahat." Dia mengambilkan aku obat dan menyiapkan airnya juga.

Apa ini suami yang selalu dingin padaku? apa ini pria yang jahat itu? Sejenak pikiranku melayang, melamunkan dia yang perhatian padaku.

Kenapa setelah jutaan luka dia torehkan kini dia justru perhatian? apa ini bentuk rasa tanggung jawabnya akan anak yang aku kandung atau ada hal lain? entahlah, buru-buru aku menggelengkan kepala membuang asumsi yang mengisi kepalaku saat ini.

Setelah aku meminun obatku dia pamit keluar karena harus bekerja by online. Memang dia hari tidak masuk karena mengantar aku pergi ke rumah sakit.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Mirasih
up to you lah Renata
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
kali ini Amel menang banyak...
goodnovel comment avatar
Ade Virlita
Lalu ???? emNg si Amel, pertanyaan yg singkat jelas dan padat ???hehe
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Daffa Menolak Resign Dariku

    Tak berhasil memprovokasi aku, Renata terus mengejar Mas Raka agar menceraikan aku. Wanita ini sungguh gila apa dia tidak tau jika wanita hamil tidak bisa dicerai? Aku menggelengkan kepala saat mendengar dia terus membujuk Mas Raka. "Mas dia selalu ingin bercerai darimu kan? kabulkanlah saja Mas keinginannya." Bujuknya. "Tidak bisa, bagaimana mungkin aku menceraikan Amel! apalagi kini dia mengandung anakku." Dengan lantang Mas Raka menolak keinginan Renata. "Lagipula jika aku bercerai, bagaimana dengan orang tuaku." Ujar Mas Raka lagi. Aku berdiri di tempatku bingung harus kembali ke kamar atau mendekat? tapi aku yang harus sarapan, akhirnya berjalan ke arah mereka. Melihat aku yang datang, Mas Raka menatapku lalu bertanya, "Kamu mau sarapan apa?" Nada bicara nya lebih lembut dari sebelumnya, bahkan ini lah kali pertama dia bertanya keinginanku. "Susu." Jawabku lalu berjalan mengambil susu di kulkas. "Amel kamu harus makan makanan yang bergizi, apa perlu aku buatkan sar

    Last Updated : 2025-01-27
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Minta Dinikah Secara Agama dan Negara

    Mas Daffa tetap bersikeras, dia tidak perduli dengan apapun. Dia bahkan bilang jika rasa cintanya padaku semenjak dulu tetap sama dan tidak pernah berubah. Mendengar itu aku semakin tak enak, aku hanya lah sisa orang tak seharusnya dia memilihku yang bahkan kini statusku masih istri orang. "Jangan pertaruhkan masa depan kamu hanya demi aku." Aku membatin sembari menatapnya. Hari-hari ku aku jalani seperti biasa, hanya saja Renata dan Mas Raka lebih sering cek cok kini, kehamilan ku benar-benar membuat wanita itu cemburu tak jelas sehingga membuat Mas Raka sedikit ilfil padanya. Hingga suatu ketika, saat kami keluar bersama dia meminta suatu hal yang tidak mungkin pada Mas Raka. "Mas aku juga ingin hamil seperti Amel." Ujarnya lantang. Mas Raka yang awalnya fokus menyetir, kini menatapnya dengan tajam. Melihat tatapan Mas Raka untuk Renata dari kaca spion membuat aku menghela nafas, feeling tak baik mencuat. Pasti akan ada debat kusir setelah ini. "Tidak mungkin,

    Last Updated : 2025-01-28
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Anak Ini Milik Siapa?

    "Jangan egois kamu pikirkan Amel!" Teriak Mas Daffa. Pria itu langsung saja membawaku ke mobilnya. Samar-samar kudengar teriakan Mas Raka tapi aku juga mendengar suara Renata. "Mas aku tidak apa-apa." Ujarku lirih. "Bagaimana bisa gak papa badan kamu lemes gini." Mas Daffa sangat khawatir. Setibanya di rumah sakit, Mas Daffa segera membawaku ke UGD, dia meminta dokter untuk segera memeriksa keadaanku. "Bagaimana Dok?" Baru saja Dokter selesai memeriksa Mas Daffa sudah bertanya. "Tidak ada hal serius memang ibu hamil itu seperti ini, mangkanya sebagai suami bapak harus memperhatikan istrinya lagi." Ujar Dokter. Dokter mengira Mas Daffa adalah suamiku. Dokter menuliskan resep obat padaku, lalu setelahnya kami keluar dari ruang UGD. "Kan sudah aku bilang Mas kalau aku gak papa." Aku protes pada Mas Daffa yang terlalu berlebihan padaku. "Aku tuh takut Mel kalau terjadi apa-apa sama kamu." Ujarnya. Setelah menebus obat, aku memutuskan untuk pulang dengan meme

    Last Updated : 2025-01-28
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pergi

    Entah mengapa hatiku begitu sakit, luka digagahi dengan paksa saja masih membekas apalagi kini dituduh berselingkuh. Plak... Tamparan keras kujatuhkan, agar dia sadar dengan apa yang diucapkan. "Apa kamu meragukanku!" Aku berujar lantang. "Kalau begitu setelah anak ini lahir mari kita akhiri pernikahan ini." Di dalam kamar aku kembali meratapi nasibku, bahkan saat hamil aku masih saja mendapatkan perlakuan buruk. Dia selalu menciptakan luka baru, padahal luka lama masih menganga belum terobati. Dia menuduh aku berselingkuh padahal hingga detik rasa setia untuknya masih aku genggam. "Apa salahku Tuhan?!" Aku berteriak sekerasnya. Air mataku seakan tak mau berhenti. Semua perlakuan Mas Raka menari di kepalaku, memunculkan rasa benci yang berusaha aku tekan. Kini untuk apa lagi aku berada disini, rumah tangga ini bukan milikku. Ini semua milik Renata. Saat bersamaan aku melihat koper yang ada di samping lemari, tiba-tiba muncul keinginan untuk pergi dari sini. Ya sud

    Last Updated : 2025-01-29
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kerja Lagi

    "Bismillah." Setelah berpamitan pada kedua orang tuaku, aku melangkahkan kaki keluar rumah. Sebenarnya ibuku tidak rela aku bekerja mengingat keadaanku yang tengah hamil tapi bagaimana lagi, aku juga perlu uang untuk biaya pengobatan ayah selain itu aku juga harus mempersiapkan persalinan nanti. Mas Raka tidak mungkin mau bertanggung jawab akan anak ini karena dia telah beranggapan jika janin yang aku kandung adalah milik Mas Daffa. Tiga puluh menit kemudian aku tiba di kantor, setelah cuti cukup lama akhirnya aku kembali, untung waktu itu aku tidak bersikeras resign jadi kini aku bisa bekerja lagi kesini. Teman-temanku menyambut kehadiranku dengan senang, mereka juga mengucapkan selamat atas kehamilanku yang pertama. Orang lain saja turut bahagia ketika tau aku hamil sementara Mas Raka.... Malah sebaliknya. Dia lebih percaya hasutan Renata daripada mempercayai ucapanku. "Amel kamu kerjakan berkas ini ya." Pinta atasanku. "Baik Bu." Segera kukerjakan setumpuk berk

    Last Updated : 2025-01-29
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pesan Ibu

    "Assalamu'alaikum." Aku mengucap salam kepada ibuku yang tengah duduk di teras, aku segera mencium punggung tangan wanita yang telah melahirkan aku itu. "Siapa yang mengantar kamu Mel?" tanya ibu. "Atasan Amel Bu." Ujarku. Segera aku meletakkan makanan yang tadi Mas Daffa belikan di atas meja. "Kamu beli makanan?" Ibu kembali bertanya. "Dibelikan atasan Amel Bu." Kutatap ibuku dengan tersenyum. Meski aku sudah menjawab pertanyaan ibu tapi beliau masih menunjukkan raut kebingungan. Seolah tak percaya jika aku habis ditraktir atasanku. "Atasan kamu baik sekali." Kalimat itu yang ibu ucapkan. "Jelas baik Bu." Kataku sambil menunjukkan sederet gigi putihku. "Ibu masih ingat Mas Daffa?" Ibuku kembali mengerutkan alisnya, "Siapa Daffa?" tanyanya bingung. "Itu loh Bu, dulu waktu Amel kuliah kan ada cowok yang mengantar Amel pulang dan sama ayah dimarahi habis-habisan." Aku berusaha mengingatkan ibu akan Mas Daffa. "Oh iya." Akhirnya ibu ingat. Kami membin

    Last Updated : 2025-01-30
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mulai Saat ini Dia adalah Anakku!

    Mas Daffa juga terkejut melihat siapa yang datang. Tangannya terlihat mengepal begitu pula dengan rahangnya yang mulai mengeras. "Ada urusan apa kamu kemari!" Tanya Mas Daffa sinis. Mas Raka menyeringai, "Yang jelas bukan untuk mengencani istri orang!" Terdengar jelas jika Mas Raka tengah menyindir Mas Daffa, aku juga ikut sakit hati atas ucapannya. Sekali lagi dia merendahkan aku dan menuduhku berkencan dengan Mas Daffa. "Jangan buat masalah, kami disini menunggu klien bukan berkencan!" Kataku lantang. "Klise sekali alasan kamu Mel!" Dia tertawa menyeringai. "Tunggu!" Aku menatap Mas Raka. Apa jangan-jangn Mas Raka adalah klien kami? Kulempar tatapan ke arah Mas Daffa, jika dilihat dari raut wajahnya dia sepertinya sama sepertiku menyadari jika klien kami adalah Mas Raka. Tak selang lama, seorang datang dia langsung tersenyum. "Pak Daffa." Dia memanggil Mas Daffa. Mas Daffa yang kenal langsung merubah mimik wajahnya, dia tersenyum lalu menjabat orang tersebut.

    Last Updated : 2025-01-31
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Menjemput

    Aku melongo menatap Mas Daffa, bagaimana mungkin dia mengklaim benih ini miliknya hanya karena ucapan Mas Raka tadi. Sungguh nggak pantas membebankan tanggung jawab ini pada Mas Daffa. "Tidak perlu seperti itu Mas." Kataku kemudian. "Perlu Amel, aku akan tanggung jawab akan anak ini!" Sahutnya. Entahlah aku bingung sendiri memikirkan Mas Raka dan Mas Daffa, tak tau harus berkata apa aku melemparkan tatapan keluar jendela. Daripada bingung, lebih baik aku ikuti alur dari sang Pencipta. Cukup sabar saja menjalani semua pasti semua permasalahan ini ada solusinya. Mobil Mas Daffa melaju jauh menuju jalan tol arah luar kota, entah kemana lagi dia akan pergi? "Mas kita mau kemana?" tanyaku heran. "Pantai, aku akan menunjukkan kamu sunset terindah." Jawabnya. Satu jam kemudian mobil Mas Daffa memasuki kawasan pantai, memang apa yang dia ucapkan benar adanya. Pantai ini masih asri, jalan menuju ke pantai ini juga masih jalan setapak sehingga mobil di parkir jauh dari bibir pan

    Last Updated : 2025-01-31

Latest chapter

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku bahagia Mas

    Waktu terus berlalu, tak terasa Arkan sudah berumur tujuh bulan, mama yang masih memegang teguh adatnya hendak melakukan syukuran yang disebut "Mudun lemah" atau turun tanah. Di usia tujuh bulan bayi sudah diperbolehkan untuk diturunkan ke bawah mengingat mereka harus belajar berjalan. "Amel persiapannya sudah selesai apa belum?" tanya Mama yang memantau aku di dapur. "Sudah ma, anak ayam yang mama pesan sudah dikirim." Kataku sambil tersenyum. Memang dalam syukuran kali ini kami menggunakan anak ayam, entahlah kenapa ada adat seperti itu. Ayah dan ibuku juga datang untuk membantu, aku yang lelah memutuskan ke kamar sejenak untuk istirahat. Beberapa saat kemudian, Mas Raka menyusulku. Dia yang juga kelelahan turut berbaring di sampingku. "Adat terkadang itu menyusahkan, tinggal syukuran saja kenapa ribet banget yang inilah itulah, lagian kenapa ada acara turun tanah, Arkan tinggal ditaruh bawah kan udah beres." Mas Raka menggerutu sendiri. Mendengar gerutuannya

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pengen Terus

    Mas Raka menatapku tak percaya, "Kamu setuju Sayang?" tanyanya sambil memegang pundakku. "Iya Mas, kuakui aku tak sanggup mengurus Arkan sendirian." Mas Raka langsung memelukku, dia mengecup keningku berkali-kali. Setelah berbincang aku dan Mas Raka memutuskan pulang, sesampainya di rumah Mama menyambutku. Sama seperti Mas Raka mama memelukku dengan erat. Sebenarnya aku heran pada mereka, takut sekali jika aku pergi. "Ma tolong carikan yayasan terbaik, kami akan menggunakan jasa baby sitter." Ujar Mas Raka. Mama sangat senang mendengar kabar ini lalu beliau menghubungi Yayasan yang sudah diakui para majikan. Beberapa foto calon baby sitter mama tunjukkan padaku, dan pilihanku jatuh pada baby sitter yang sudah berumur. Aku sengaja mencari yang tidak manarik karena takut Mas Raka akan tergodo seperti di film-film. Keputusan kami buat, dan besok orangnya akan dikirim ke rumah. Malam itu, Mas Raka lah yang menidurkan Arkan, dia juga menemani aku begadang meng

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Saling minta maaf

    "Iya Bu, Amel akan memikirkannya lagi." Kataku sambil menatap ibuku. Arkan menangis, ibu memintaku untuk menyusuinya langsung karena asi yang aku pompa kemarin sudah habis. Setelah aku menyusui Arkan, ibu meminta bayiku kembali. Ibuku memang ibu terbaik di dunia. Beliau tidak ingin aku lelah. "Enak ya digendong nenek." Aku mengusap pipi Arkan. Dari depan terdengar suara mobil berhenti, bibirku menyunggingkan senyuman saat tahu yang berhenti adalah mobil Mas Raka. Mas Raka berjalan mendekat dan bersamaan Arkan muntah sehingga aku berlari masuk ke dalam. Dari belakang aku mendengar Mas Raka memanggilku. "Sayang." Mas Raka mengekori aku yang ingin mengambil tisu. Dia langsung memelukku. "Maafkan aku." Dia berbisik. Aku melepas pelukannya bukan tidak senang dengan kedatangannya tapi aku harus mengusap muntah Arkan. Ibu segera meminta tisu dariku, lalu beliau lah yang mengusap bibir Arkan. Setelah bersih dari muntahan, aku menatap suamiku yang sudah memasan

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa aku salah?

    Di dalam kamar aku menangis, sungguh aku merasa sedih dengan sikap Mas Raka. Kenapa semua seolah aku yang salah? padahal aku hanya ingin merawat Arkan dengan tanganku sendiri? "Kenapa kamu begini Mas?" Aku bermonolog dengan diriku sendiri. Kukira Mas Raka akan mengerti keadaanku, seorang ibu baru yang mengalami perubahan segala siklus hidup namun nyatanya tidak. Di saat seperti ini bukankah peran suami adalah mensupport istri? tapi mengapa malah balik menyalahkan? ArrggggAku berteriak sambil mengusap rambutku dengan kasar. Meskipun aku mengurus Arkan sendiri aku tidak pernah mengganggu tidurnya, seberapa repotnya aku tiap malam aku tidak pernah membangunkannya karena aku sadar dia harus bekerja. Tapi kenapa dia tidak mengerti? bukankah masa-masa seperti ini tidak lama, ketika bayi semakin besar dia pasti akan jarang bangun malam dan aku bisa mengurusnya kembali? Hati yang meradang membuat aku terus menangis hingga suara ketukan dari luar menghentikan tangisku. Aku berjalan u

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kenapa?

    Kutunggui dia yang sedang makan, entah mengapa melihat Mas Raka makan, aku merasa iba. Emosi yang memburu tiba-tiba menghilang. "Aku sudah selesai makan, apa yang ingin dibicarakan?" Dia menatapku. "Ayo le kamar." Tak ingin di dengar pelayan dan Mama aku mengajak Mas Raka ke kamar. Tapi Mas Raka menolak dengan alasan kekenyangan jadi malas naik. "Kamu tuh kenapa sih Mas, bicara di kamar lebih leluasa tidak didengar banyak orang!" Aku memberengut kesal. "Apa masalahmu?" Nafasku kembali memburu, dia tidak pulang dan dia bertanya apa masalahnya? "Kamu tuh nyadar gak sih kalau salah! nggak pulang apa menurut kamu itu wajar?" Air mataku yang kutahan memberontak keluar, sehingga kini aku menangis di hadapannya. "Apa yang kamu tangisi bukanlah semua keinginan kamu?" Mendengar ucapannya sontak aku membuat aku kembali menatapnya, "Apa maksud kamu?" "Ya kamu lelah dengan Arkan bukanlah itu keinginan kamu? dari awal aku sudah mencoba menawarkan baby sitter tapi kamu selalu menolak."

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tidak Pulang

    Tanganku mengepal, emosiku meledak-ledak melihatnya. Melihatku Mas Raka hanya menghela nafas. "Aku lelah, jangan marah-marah seperti ini." Katanya lalu dia merebahkan diri di tempat tidur. Tak rela jika amarahku berakhir begitu saja aku pun menghampirinya, ku tarik tangannya agar bangun untuk mendengar omelanku. Tapi bukannya bangun Mas Raka justru menarik tubuhku dan membawaku ke dalam dekapannya. "Arkan tidur lebih baik kamu tidur jangan marah-marah." Katanya. Aku melongo melihat suamiku ini, seketika emosiku yang sedari tadi berapi-api padam begitu saja. Dan dalam dekapannya aku merasa hangat hingga air mataku tak terasa meleleh. "Nyatanya lelahku hilang dalam dekapannya." Batinku sambil terus menatap Mas Raka yang sudah memejamkan mata. Baru saja aku terpejam suara Arkan membangunkan aku, malas dan lelah tapi aku harus bangun untuk menenangkan malaikat kecilku itu. "Kamu haus ya." Kataku sambil membuka kancing baju untuk menyusuinya. Saking ngantukn

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Marah

    Aku hanya tersenyum mendengar pesan Mama, entah mengapa aku ingin tanganku sendiri yang mengurus bayi ini. "Nanti Amel pikirkan ya Ma." Tak ingin Mama kecewa aku berkata demikian. Bayiku kini berusia tujuh hari, hari ini adalah hari dimana Mama mengadakan syukuran pemberian nama. Adat kami memang seperti itu, ada beberapa syukuran yang wajib digelar oleh keluarga yang baru saja memiliki keturunan. "Namanya Arkan Ma, diambil dari Amel dan Raka." Ujar Mas Raka. "Tapi sama Mas Raka ditambahi n," sambungku. Mama tertawa, sebenarnya aku yang ingin Mas Raka menambahkan paten n, karena aku ngefans sekali dengan salah satu sama pemain bola tanah air. Setelah acara syukuran pemberian nama selesai aku dan Mas Raka pamit ke atas untuk istirahat. Di dalam kamar, Mas Raka duduk di sampingku. "Sayang, besok pagi sekali aku ada dinas keluar kota kamu bisa nggak bangun pagi dan mengurusi aku." Dia menatapku. "Aku upayakan ya Mas, bayi kita sering rewel kalau malam jadi aku ga bisa

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mengurus Anak Sendiri

    Ini bukan stimulasi Asi melainkan memancing hasrat, alhasil hasratku lah yang terpancing keluar. "Mas, ah...." Aku malah mendesah merasakan setiap hisapan yang mas Raka berikan. Tanganku menarik rambutnya, mataku justru terpejam. "Mas sudah." Aku menekan kepalanya. Entah apa yang ada di kepalaku, saat seperti ini aku malah terjerumus dalam hal ini. Mas Raka menyudahi aksinya, "Gimana sayang, apa sudah cukup stimulasinya?" Dia tersenyum licik. "Ini bukan stimulasi mas, tapi memancing hasrat." Sahutku kesal. Dia tertawa, suamiku sungguh mesum sekali. "Maafkan aku sayang," katanya lalu mencubit pipiku. Netraku menatap wajahnya kemudian turun ke bawah dan aku melihat ada sesuatu yang menyembur dari balik celananya. Deretan gigiku terlihat, ternyata dia juga terpancing perbuatannya sendiri. "Itu kamu juga berdiri." Kataku sambil menahan tawa. Sebenarnya aku ingin tertawa lepas mengejeknya hanya saja luka operasi jika dibuat tertawa terasa sangat sakit. Tau aku mengejeknya Mas

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Lahir

    Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari ini aku dan seluruh keluarga besarku dan Mas Raka pergi ke rumah sakit. Sengaja kami memilih hari ini karena hari ini bertepatan dengan ulang tahun Mas Raka jadi anakku nanti memiliki hari ulang tahun sama dengan papanya. "Mas aku takut." Aku terus memegangi tangan mas Raka. Ingatan waktu itu, membuat nyaliku menciut. Memang operasi sesar tidak menakutkan tapi setelahnya aku harus kesakitan. "Jangan takut sayang, ada aku." Mas Raka terus mengecup keningku. "Habis operasi sakit sekali Mas." Aku mengubah raut wajahku takut merasakannya lagi. Mas Raka tersenyum, dia bilang kalau nanti sakitnya terbayarkan dengan hadirnya anak kami. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Bayangan bayi menangis menari di kepalaku, tanpa kusadari bibirku terus saja menyunggingkan senyuman. Beberapa waktu kemudian, Dokter datang untuk melakukan pemeriksaan, selain operasi aku juga meminta dokter untuk sekalian memasang kb, rencananya aku akan menunda kehamilan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status