"Lepaskan tanganmu, aku bisa berjalan sendiri!" Aiden merasa risih karena Brian Hart memegang dan menarik tangannya."Aiden, ayo kita bertransaksi! Asalkan kamu pergi dari hidup Alena akan aku berikan separuh kekayaanku.""Cih, aku tidak butuh kekayaanmu. Aku sudah cukup kaya!""Bukankah Dante sudah mengatakan kepadamu, Alena yang memutuskan mengoperasi wajahnya dan dia sendiri yang menghilangkan ingatannya. Dia sangat menderita karena mu dan membencimu.""Dia membenciku karena dia mencintaiku. Aku akan membuatnya memaafkan aku dengan caraku mencintainya.""Begini saja, aku punya penawaran untukmu Aiden. Bukankah kamu mencari Jake selama ini? Aku akan memberitahumu dimana dia, asalkan kamu berpisah dengan Alena.""Jake? Kamu tahu dimana bajingan itu berada?""Jika kita bersepakat, aku akan membawa dia kepadamu. Bagaimana, Aiden?"Aiden melihat jauh ke dalam mata Brian, dalam beberapa detik dia tampak berpikir, "Apapun yang kamu tawarkan, aku akan memilih Alena.""Benarkah? Apa kamu ti
Brian membawa Mia sambil menggandeng tangannya hingga keluar pintu Bar. Namun, setelah Mia pergi dari ruangan itu, Mia tidak mampu lagi mempertahankan ketegarannya. Lututnya seketika menjadi lemas.Lagi-lagi ibunya menjebaknya untuk membayar hutang. Ibu Mia tidak pernah dapat melepaskan kebiasaan berjudi dan mabuk-mabukan.Sore tadi sepulang kerja, sesampainya di rumah dia mendapat telepon yang mengatakan ibunya dipukuli oleh rentenir di sebuah bar karena tidak mampu membayar hutang.Mia yang polos dan menyayangi ibunya, datang ke bar itu untuk menolong ibunya. Tidak disangka, sesampainya di sana Mia ditangkap dan dipakaikan baju seksi, kemudian dikurung ke dalam kerangkeng besi.Dari dalam kerangkeng besi Mia menyaksikan Gina dengan tertawa lebar mendapatkan uang senilai 150 juta."Gadis ini masih perawan, kalian pasti bisa mendapatkan harga yang tinggi ketika melelangnya," ujar Gina kepada pemilik bar itu."Ibu, jangan tinggalkan aku disini? Aku akan memberikan sejumlah uang yang sa
Mia yang telah menangis sepanjang hari kemudian lelah, dia tertidur lelap di tempat tidur.Brian menatap wajah gadis yang telah tidur terlelap itu."Tidak kusangka, wajahmu yang selalu terlihat riang dan ceria, ternyata selama ini menyimpan beban yang begitu berat," gumam Brian.Brian kemudian memilih untuk tidur di sofa.Keesokkan harinya, Brian terbangun pagi sekali. Brian memerintahkan Carl untuk mengantarkan pakaian yang dibelinya malam tadi."Bos, tadi malam aku sudah membawa baju untuk Nona Mia, kenapa tiba-tiba mengusirku?" tanya Carl."Itu karena..."Tiba-tiba kalimat Brian terhenti ketika melihat Mia yang telah berjalan menuju dapur, mengambil segelas air dan meminumnya. Dia nampak seksi dan cantik mengenakan kemeja milik Brian.Carl pun secara tidak sengaja melihat Mia, "Pantas saja Bos menolak baju yang aku antarkan tadi malam. Dia tidak ingin melewatkan pemandangan ini," ucap Carl hanya dalam pikirannya."Alihkan pandangan matamu Carl, atau kamu akan ku buat menjadi buta b
"Selamat pagi Ayah, Ibu.." sapa Alena.Clara tersenyum memandangi Alena, "Selamat pagi sayang.""Selamat pagi Alena," sapa Dante.Alis Alena sedikit berkerut mendengar panggilan Dante, dan wajah Clara yang semula tersenyum kemudian bersedih."Maaf Alena, bukan maksud ayah untuk terkesan membuat jarak. Kamu sudah mengetahui semuanya, jadi Ayah pikir lebih baik jika kita memanggil namamu yang sebenarnya," ujar Dante menjelaskan."Ibu dan Ayah menyayangi kamu seperti puteri kami sendiri Alena, bukan karena wajahmu yang dibuat menjadi Hanna. Kami menyayangimu dengan tulus," ujar Clara menambahkan.Alena tersenyum, "Tentu saja aku tahu Ayah dan Ibu tulus menyayangi aku seperti anak sendiri. Jangan khawatir, aku tidak akan salah paham kepada kalian. Kalian sangat baik kepadaku selama ini.""Ayo makan yang banyak, Ibu lihat berat badanmu tidak banyak bertambah selama beberapa bulan ini," ujar Clara sambil menyendok makanan ke piring Alena."Jadi, kapan kah kamu dan Aiden berencana menikah?"
Brian mengantarkan Mia ke rumah karena dia ingin mengambil beberapa barang penting."Apa kamu perlu aku temani masuk ke dalam rumah?" tanya Brian."Tidak, Ibuku biasanya pulang larut malam dalam keadaan sangat mabuk, dan dia akan terbangun keesokkan harinya pada siang hari. Walaupun dia terjaga sekarang, kamu juga tidak perlu terlalu mengkhawatirkan aku. Aku hanya perlu beberapa menit. Oke?""Oke. Jika kamu memerlukan sesuatu, segera berteriak saja memanggilku."Mia mengangguk, lalu kemudian masuk ke dalam rumah. Seperti yang telah diduganya bahwa ibunya saat ini sedang tidur dengan nyenyak, dan dengkurannya terdengar dari kamarnya.Mia mengambil beberapa pakaian, buku catatan medis, dan sebuah kotak kecil. Mia kemudian segera keluar dari dalam rumah."Ayo kita pergi!" ajak Mia."Iya. Ayo!" jawab Brian.Brian pun melajukan mobilnya meninggalkan komplek perumahan yang ditinggali Mia dan ibunya.Sepanjang jalan Mia tampak memeluk sebuah kain lampin bercorak bunga edelweis dan sebuah kan
"Astaga James!" Alena terkejut melihat bahwa si penolong yang terluka parah itu adalah paman kandung Aiden.Tepat ketika Alena menyebut nama James, Mia baru saja masuk di ruang gawat darurat. Mendengar Alena memanggil nama James dengan panik, Mia segera berlari menghampirinya."Mia, ayo cepat atur agar ruang operasi segera disiapkan! Waktu kita tidak banyak lagi. Kita tidak bisa menunda-nunda operasi. James sudah dalam kondisi kritis.""Iya, Hanna!" untuk menghindari kebingungan dari rekan-rekan di rumah sakit, Mia masih memanggil nama Hanna untuk Alena, karena saat ini hanya sedikit orang yang mengetahui identitas asli Hanna.Sementara Mia menyiapkan ruang operasi dan timnya, Alena meraba area tubuh James yang tertusuk besi mobil."Paru-paru tembus, hati sepertinya terkena, jantungnya melemah tapi ritme detaknya masih teratur. Semoga organ yang lainnya tidak terluka parah. Oh Tuhan, James bertahanlah. Kumohon!"Alena berkata dan berdoa dalam hati.Beberapa menit kemudian, "Hanna, sem
Setelah dua hari James sadar, namun sebaliknya kondisi Aiden sebagai pendonor justru belum sadarkan diri."Bagaimana perasaanmu James?" tanya Alena setelah memeriksa James."Aku bisa bangun dan melewati kematian, tentu saja perasaanku baik.""Bagaimana keadaan Aiden sekarang?" James diberi tahukan bahwa Aiden mendonorkan hatinya kepada James untuk menolongnya."Aiden belum sadarkan diri. Jika sampai besok pagi dia tidak sadarkan diri, aku akan mencari sebuah tanaman penyembuh untuknya di Himalaya.""Apa maksudmu Hanna? Apa yang terjadi kepadanya?""Kalian memiliki golongan darah yang langka. Pemilik golongan darah jenis ini biasanya memiliki kemampuan regenerasi sel hati yang lebih lambat. Aiden memberikan hatinya sebanyak 60 persen untukmu James. Aku sudah mengatakan padanya bahwa resiko untuk pendonor hanya 40 persen untuk selamat. Maafkan aku James, aku tidak mungkin membiarkanmu mati begitu saja. Waktu itu, kamu benar-benar telah berdiri di ujung jurang maut." Alena berkata denga
Brian segera terbang ke Malta dengan pesawat pribadinya."Bos, sebentar lagi kita akan mendarat di Malta," lapor Carl kepada Brian.Brian kemudian menegakkan sandaran kursinya.Matanya kelelahan menyelesaikan beberapa pekerjaan melalui perangkat lunak berjam-jam sambil di perjalanan."Apakah orang-orang kita tidak menemukan apapun di Himalaya?""Mereka tidak dapat menemukan tanaman itu Bos, berkali-kali mereka mengelilingi pegunungan dengan teliti mencari.""Artinya sekarang nasib Aiden tergantung kepada kita," ujar Brian."Andai saja aku tega, aku akan membalaskan kekejaman yang dilakukannya dahulu kepada Alena sekarang.""Hmmm, bagaimana jika kita berpura-pura tidak menemukan obat itu saja? Bagaimana menurutmu Carl? Hehehe.""Bos tidak mungkin tega," ujar Carl."Aku tega, hanya saja dunia tidak akan seru lagi tanpa kehadirannya. Hanya dia yang mampu menyeimbangi aku. Betul tidak Carl?""Ya, sepertinya begitu Bos," jawab Carl terpaksa menyetujuinya. Karena dia tahu, Brian bukan seseo