Happy reading... "Iya, kamu bekerja di sini. Iya itu pun kalau kamu mau. Aku tidak akan memaksa, cuma yang seperti aku bilang, mencari pekerjaan di kota itu susah jika kamu memang belum ada tujuan yang jelas." Okta Berkata sambil mengunyah makanannya.Sementara Aisyah terdiam, memikirkan penawaran dari pria tampan tersebut. Dia melirik ke arah pelayan yang ada di sana."Tapi, nanti saya di sini kerjanya apa, Tuan?""Ya kamu bisa bantu-bantu yang lain, jika pelayan yang lainnya sedang membutuhkan bantuan. Misalnya bantu ngepel atau nyapu, menyiram bunga atau mungkin kamu jago masak bisa juga membantu di bagian dapur," terang Okta.Mendengar hal itu Aisyah kemudian menganggukkan kepalanya, dia berpikir tidak ada pilihan lain selain menerima pekerjaan tersebut.Karena Aisyah juga tidak mempunyai uang lagi untuk menyewa kontrakan dan juga mencari pekerjaan, dan bertahan hanya dengan uang lima ratus ribu saja.Setelah makan malam selesai, Okta meminta Bibi untuk mengantarkan Aisyah ke sal
Happy reading.... "Iya, Mama tenang aja! Papa pasti akan menemukan putri kita, tidak akan Papa biarkan dia menderita untuk kedua kalinya," ujar Papa Agam.Dia merengkuh sang istri dalam dekapannya, sementara tatapannya kosong menerawang ke depan, mengingat saat pertama kali ia mengusir Aisyah, karena menentang perintahnya untuk tidak menikah dengan Andre.Papa Agam tahu jika ia sangat egois, sebab tidak merestui hubungan Aisyah. Namun, bukan semata-mata karena dia tidak menyayangi putrinya, tapi karena Papa Agam sangat tahu siapa Andre.Sebelum Andre menikah dengan Aisyah, Papa Agam terlebih dahulu mencari tahu tentang seluk beluk keluarga Andre dan bagaimana sifat pria itu. Dan saat mengetahui jika Andre bukanlah pria yang baik, tentu saja Papa Agam tidak akan membiarkan putrinya untuk menikah dengan pria yang brengsek itu. Sebab ia tahu jika Andre menikah dengan Aisyah hanya karena harta, bukan cinta.Apalagi ia juga sudah menjodohkan Aisyah dengan anak sahabatnya. Namun, Aisyah ma
Happy reading ....Setelah kepergian Aisyah, mau tidak mau Bu Lisa pun mengerjakan pekerjaan rumah. Dan saat ini dia baru selesai mencuci baju dan juga piring.Wanita itu berjalan dengan sedikit tertatih sambil memegangi pinggangnya yang terasa hampir patah. Bibirnya terus saja menggerutu, sehingga sumpah serampah terus keluar untuk Aisyah."Benar-benar wanita sialan! Menantu durjana. Dia meninggalkan rumah dengan pekerjaan yang menumpuk. Lihat saja jika nanti aku bertemu lagi dengannya! Akan jadi perkedel tahu, dia!" geram Bu Lisa sambil duduk di teras."Aduh ... pinggangku rasanya mau patah," keluhnya sambil memijit pinggangnya.Putri yang sudah rapi hendak pergi dari sana. "Kamu mau ke mana, Nak?" tanya Bu Lisa."Aku mau ke rumah, soalnya Mama tadi bilang habis masak rendang, jadi aku mau makan di sana. Kalau makan di sini cuma tahu tempe doang, mana bergizi? Lagi pula, katanya Mas Andre juga mau dikasih kerjaan sama Papa," jawab Putri dengan cuek."Kalau begitu Ibu ikut ya!" ujar
Happy reading....Aisyah saat ini tengah membuat sambal kacang yang biasa iya jual sebagai teman nasi uduk, dan semua pelayan sangat menyukainya. Karena tadi saat Aisyah memasaknya, wanginya saja sudah tercium, dan mbok Tuti langsung mencicipinya karena dia merasa lidahnya begitu gatal ingin mencicipi masakan wanita tersebut."Tidak Mbok sangka, ternyata kamu sangat jago ya dalam memasak.""Iya Mbok, Alhamdulillah dulu Aisyah di kampung jualan nasi uduk," keliling jawab Aisyah.Mbok Tuti mengangguk, kemudian mereka pun berjalan ke arah meja di mana tempat pelayan semuanya makan. Karena selain meja makan, di sebelahnya hanya tersekat oleh satu tembok saja terdapat ruang makan untuk para pelayan.Aisyah dan beberapa pelayan di sana juga bertukar cerita, dan dia baru tahu jika ternyata Okta adalah tuan rumah yang sangat baik. Bahkan dia memperlakukan semua pelayan di sana dengan ramah."Tapi sayang, Mbak Aisyah, Tuan Okta itu sudah tampan, mapan, belum juga dapat istri. Tapi terakhir yan
Happy reading ....Okta menyuruh Aisyah untuk duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya, akan tetapi wanita itu menggelengkan kepala. Namun, Okta memaksanya hingga Aisyah pun tidak mempunyai pilihan lain."Ini dibaca dulu!" titah Okta sambil menyerahkan sebuah berkas.Aisyah mengerutkan keningnya kemudian dia membaca berkas tersebut, seketika mata wanita itu membulat, dia menatap ke arah Okta dengan wajah yang terlihat kaget."Tuan, ini apa?""Aku sudah menyewa pengacara untuk membantu menggugat suamimu.""Tapi, Tuan ... apa ini tidak berlebihan? Saya bisa menyewanya sendiri. Saya--""Kapan? Menyewa pengacara itu tidak mudah, Aisyah. esok beliau akan ke sini dan dia akan membantumu untuk menggugat cerai suamimu. Dia akan membantu sampai persidanganmu yang terakhir dan sampai ketuk palu."Aisyah termangu, dia benar-benar tidak percaya dipertemukan dengan orang sebaik Okta yang mau membantunya beberapa kali. Bahkan mereka awalnya tidak mengenal satu sama lain, bahkan mereka pun bukan sa
Happy reading ...Sesuai dengan ucapan Okta, jam 08.00 pagi pengacara yang disewanya datang ke kediamannya untuk bertemu dengan Aisyah."Aisyah! Aisyah ..." panggil pelayan yang bernama Mirna."Iya Mbak, kenapa?" jawab Aisyah yang sedang mencuci piring."Itu ... di depan ada pengacara, katanya ingin bertemu sama kamu. Mungkin dia pengacara yang disewa oleh Tuan Muda," jawab Mirna.Aisyah mengangguk, "Ya sudah, sebentar lagi, aku selesaikan cuci piring dulu ya," jawab Aisyah."Tidak usah. Sudah, kamu ke sana saja biar ini aku yang ambil alih."Aisyah pun menurut, dia mencuci tangannya kemudian berjalan ke ruang tengah di mana saat ini Okta dan juga pengacara tersebut sedang menunggu dirinya.Wanita itu menundukkan kepala, kemudian Okta meminta Aisyah untuk duduk di sofa yang ada di hadapannya."Perkenalkan Pak Bagas, ini namanya Aisyah. Dan Aisyah, perkenalkan, ini Pak Bagas. Dia pengacara yang akan menemani dan juga menangani perceraian kamu bersama dengan Andre.""Halo Pak! Perkenalk
Happy reading ...."Aisyah, kamu nggak apa-apa?" tanya Okta dengan wajah yang panik saat melihat Aisyah memegangi kakinya yang terkena cipratan air panas."Tidak apa-apa Tuan," jawab Aisyah namun, wajahnya tidak bisa berbohong.Okta hendak menggendong tubuh Aisyah, tapi seketika ditahan oleh wanita berjilbab itu. "Maaf Tuan, Anda mau apa?" tanya Aisyah dengan kaget."Saya akan menggendongmu. Saya akan mengobati lukamu.""Tidak Tuan, maaf kita bukan muhrim. Biar saya minta tolong Mbok saja," jawab Aisyah menolak pertolongan dari Okta sambil menundukan kepalanya, sebab dia masih terbayang tubuh Okta tanpa baju.Pria itu pun mengangguk, kemudian dia memanggil Mbok Tuti. Dan tak lama wanita paruh baya itu datang melihat Aisyah tengah kesakitan, tentu saja Mbok Tuti merasa khawatir."Astaghfirullahaladzim! Aisyah, kamu kenapa, Nak?""Nggak apa-apa Mbok, ini kaki Aisyah tadi siram air panas.""Ya sudah, kalau begitu kita ke dapur yuk! Mbok obatin lukanya." Aisyah mengangguk, kemudian dia be
Happy reading .....Hari-hari dilewati oleh Aisyah dengan bekerja di rumahnya Okta, dan hari ini dia lumayan sibuk, sebab nanti malam akan ada tamu penting yang diundang untuk makan malam oleh Papanya Okta.Kebetulan Papanya Okta meminta untuk makan malam itu dilangsungkan di rumah putranya sebab di kediamannya sedang direnovasi."Kira-kira siapa ya yang akan datang nanti malam?" tanya Mirna sambil mengulek bumbu."Aku tahu, mungkin tidak jauh dari perjodohannya Tuan muda. Biasanya kan tiap ada tamu penting pasti akan dijodohkan dengan Tuan muda,' timpal Wati."Hush! Kalian ini sukanya ngegosip, sebaiknya kita bekerja. Soal siapa itu dan dijodohkan atau tidak, itu urusannya Tuan muda dan keluarganya. Kita di sini hanya pelayan, tidak berhak untuk ikut campur," timpal mbok Tuti mengingatkan...Sesuai dengan ucapan dan juga gosip, jika akan ada tamu penting datang ke rumah itu.Aisyah dan juga beberapa pelayan sudah selesai menyiapkan hidangan di atas meja makan, sementara Okta turun d