Share

Istri Yang Tidak Dirindukan
Istri Yang Tidak Dirindukan
Author: Solane

1. Selingkuh

Author: Solane
last update Last Updated: 2024-12-19 16:44:13

Purple Tulip Grand Hotel, Manhattan City

18 Oktober 2020

01.23 AM

“Gladys? Maaf aku telah menganggumu. Ternyata kau yang memesan kamar ini?” ujar Sylvia tidak enak hati. Ia tak menyangka, bunyi pesan dari ponselnya yang menyuruh ia mendatangi kamar hotel ini telah mempertemukannya dengan saudara sepupunya.

Wanita yang membuka kamar itu kaget. Ia  memandang gugup pada wanita pengetuk kamar hotel yang telah ia sewa itu bersama kekasihnya.

Sylvia memutuskan segera pergi, ia membalikkan tubuhnya untuk berlalu tanpa banyak berkata lagi. Bagaimanapun ia harus menjaga privasi Gladys, putri tantenya.

“Siapa yang datang, Dys?”

Sylvia tercekat, apakah ia tidak salah dengar?

Untuk sesaat, Sylvia hampir tidak bisa menguasai keseimbangan tubuhnya. Tapi ia merasa yakin, itu suara suaminya.

Mata Sylvia berpaling membalikkan tubuhnya kembali.

Sylvia hampir tidak percaya pada pandangan menyakitkan di depan matanya.

"Reynold! K—kalian?!”

Lelaki yang terbaring di kamar menghadap televisi itu tak kalah kaget, tubuh tanpa busana itu hanya ditutupi selimut. Ia  blingsatan, dengan cepat menyambar celana dalam kemudian tangannya meraih dengan terburu-buru celana pendek yang hanya tergeletak di lantai. Wajah lelaki itu memerah, malu tak tertahankan. Dirinya  dikuasai rasa bersalah. Ia segera menghampiri ibu dari anak gadis kecilnya.

Gladys memandang mereka berdua bergantian, sepertinya ia terlihat menikmati kecanggungan lelaki yang beberapa minggu ini telah banyak menghabiskan waktu bersamanya.

Pemandangan yang membuat dada Sylvia  seakan dipukul godam yang telah meremukkan semua tulang dan persendiannya.

Kepercayaan yang Sylvia bangun selama ini kepada suaminya terjun pada titik terendah. Dan yang membuat ia berang kenapa bukan wanita lain? Kenapa harus dengan sepupunya?

Tubuh Sylvia bergetar menahan marah. “Kalian, kurang ajar!”

Kata-kata itu keluar dari bibirnya sebagai refleksi kemurkaan tak terhingga menerima penghianatan ini.

Tanpa memberikan penjelasan, Gladys menatap Sylvia tanpa ekspresi. Tapi dari mata itu sungguh tersirat kelicikan. Apa yang ia rencanakan telah berhasil. Ikan besar telah memakan umpannya. Permainan baru saja dimulai.

Ia memanfaatkan waktu secermat mungkin. Saat Reynold mandi tadi, Gladys telah mengirim pesan singkat pada istri kekasihnya menggunakan nomer asing, agar wanita yang dinikahi lelaki yang sering bercinta dengannya itu datang ke kamar hotel ini.

Ujung bibir Gladys membentuk sebuah senyum tipis yang ia sembunyikan saat memalingkan sedikit wajahnya ke arah  samping.

“Jangan terbawa emosi, Sylvia. Aku bisa memberikan penjelasan,” ujar Reynold dengan wajah bersungguh-sungguh.

Sylvia tidak tahan lagi, “Aku tidak mau dengar penjelasan apapun!”

Wanita itu membalikkan tubuh bergegas melangkah pergi. Jiwanya terguncang hebat. Tapi Sylvia tumbuh dalam keluarga teredukasi, ia tidak terpancing membuat keributan di hotel bintang lima itu.

Kaki ia jejakkan lebar-lebar diatas koridor beralaskan karpet tebal yang dapat meredam suara langkah yang ia hentakkan kuat-kuat.

“Sylvia, tunggu.” Dengan menghalau rasa malu akibat affair yang kemungkinan bisa menjadi pergunjingan tamu lain, Reynold yang telah turun dari ranjang itu segera berlari mengejar istrinya.

Koridor hotel yang sepi mengalunkan musik lembut dengan volume pelan. Tapi tidak menutup kemungkinan penghuni kamar lain akan dapat mendengar perseteruan itu.

Tangan Reynold yang menggapai lengan kanannya ia kibaskan dengan kuat. Sylvia tidak ingin disentuh laki-laki yang telah nyata-nyata meniduri saudara sepupunya.

“Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!” bisik Sylvia menahan emosinya, matanya melotot dengan wajah geram.

Reynold diam. Keduanya menyadari tidak mau mengambil resiko dengan menjatuhkan nama baik mereka di hotel yang mengenal reputasi baik keluarga besar mereka. Sylvia berhasil mengendalikan diri. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata lagi kecuali hasratnya yang menggebu untuk segera pergi dari tempat itu, menghindari suaminya, menghindari pemandangan menyakitkan tadi.

Reynold menyerah, memutuskan tidak memperkeruh keadaan. Dia membiarkan saja Sylvia pergi. Lelaki itu berpikir untuk sekarang ini mungkin Sylvia masih dikuasai amarah. Seiring berjalannya waktu, Sylvia dapat berpikir jernih, kemarahannya akan hilang dengan sendirinya. Selama ini Sylvia adalah wanita yang pemaaf. Reynold sibuk mencari pembenaran.

Sylvia telah sampai di dalam mobilnya yang terparkir di basement hotel. Pedal gas ia injak kuat membelah malam pukul dua dini hari itu. Pikiran kalut ia rasakan menghantam kepalanya yang berdenyut pusing. Sejak awal, pernikahan terjadi dengan lelaki itu adalah buah dari ketidak sengajaan. Permainan satu malam, yang membuat hidupnya berubah, tiba-tiba dia menyandang nama sebagai Nyonya Reynold. Tapi tidak berjalan seperti ini juga kisah hidup yang ia harapkan. Kesetiaan yang ia dambakan dari suaminya itu telah ternoda. Kenapa juga mesti berselingkuh dengan adik sepupunya? Kenapa? Apa tidak ada wanita lain di dunia ini?

Sylvia memacu mobil yang dibelikan papanya saat ia selesai melangsungkan pernikahan kilatnya dengan lelaki itu. Spedometer mendekati angka seratus tigapuluh. Ia sudah tidak mempedulikan apapun dihadapannya. Dini hari pinggiran kota itu keadaan memang sepi. Sebuah mobil dari arah berlawanan tiba-tiba muncul dari sebuah belokan di depannya.

Dhuar!

Adu banteng tidak terelakkan. Kuda besi  Sylvia terguling berkali-kali ke aspal. Sebuah mobil sport berwarna biru tua yang menabraknya memiliki bodi rangka yang lebih kuat sehingga pengendaranya tidak mengalami luka, seat belt juga turut melindunginya. Seorang lelaki keluar dari mobil itu, dia berlari menuju mobil ringsek parah Sylvia.

“Oh, Tuhan. Selamatkan pengendara itu,” doanya sambil mencari keberadaan pengemudi mobil nahas itu. Pandangannya menyapu sekeliling, tidak ia temukan pengendara lain yang lewat.

Sebuah motor yang melintas, ternyata mereka sepasang suami istri yang hendak membuka toko kelontong di ujung jalan itu.

Pengendara mobil yang selamat itu melambaikan tangannya meminta bantuan mereka. Puji Tuhan pengendara itu mau berhenti.

“Tolong bantu saya, seseorang di dalam mobil yang telah bertabrakan dengan mobil saya di dalam sana. Bantu saya mengeluarkannya.”

Lelaki berusia pertengahan empat puluhan yang mengendarai motor itu bersedia membantu.

Sebuah percik api mulai terlihat, mereka berpacu dengan waktu. Ibu yang berada di boncengan bapak tadi tidak berhenti komat kamit berdoa.

Dengan susah payah mereka berempat akhirnya berhasil mengeluarkan tubuh Sylvia yang tak sadarkan diri dan bersimbah darah dengan penuh kehati-hatian. Kemudian tubuh tidak sadatkan diri itu digotong ke tempat yang aman. 

Bummm…

Api membakar mobil mewah pemberian ayah Sylvia tidak lama setelah itu.

Lelaki penyelamat tadi menekan denyut nadi dipergelangan tangan Sylvia---masih ada, walaupun sangat lemah.

Sebuah mobil bak terbuka melintas, syukurlah.

Pengendara yang melihat lambaian tangan lelaki penyelamat itu mau berhenti dan turut serta ikut membantu. Lelaki itu menepikan dulu mobil miliknya kemudian meminta tolong mobil pick up yang baru berhenti itu membawa mereka ke rumah sakit terdekat.

...

Sementara itu, setelah kepergian Sylvia, Reynold didera rasa gelisah. Ia merasa sangat bersalah. Walau ia menyukai Gladys, tapi Sylvia adalah ibu dari anaknya. Wanita di sampingnya juga tidak berani menanyainya macam-macam. Sepertinya Gladys takut kena semprot. Reynold mengambil ponselnya, sebuah nomer ia tekan. “Mom,” sapanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Dirindukan   47. Memberi Kejutan

    Tapi tetap saja Evan Craig harus menjaga jarak. Itu sampai Gladys membuktikan bahwa ia bukan sopir bus pulang-pergi. Lebih cocok jadi pembalap Formula Satu.Semakin Craig ngebut, semakin cepat Gladys melaju. Bukannya berbaur dengan mobil-mobil lain, Craig terpaksa melesat menyalip mereka. Hilang sudah sifat tidak mencolok minivan-nya.Sialan.Lampu merah. Craig sudah menerobos lampu merah sebelumnya, tapi yang satu ini di persimpangan. Gladys berhasil melewatinya dan ia tidak. Sementara ia menjadi sebintik kecil di kejauhan, ia tak bisa berbuat apa-apa kecuali memaki dan menunggu. Bayangan bahwa ia sudah terbang jauh-jauh kemari hanya untuk kehilangan wanita itu membuat perutnya bergolak.Lampu hijau!Craig menekan pedal gas dan klakson bersamaan, suaranya berdecit. Permainan telah berubah menjadi pengejaran dan menghadapi resiko serius kehilangan dirinya. Craig melirik spedometer. Sembilan puluh, seratus, seratus dua puluh kilometer per jam. Itu dia!Craig melihat mobil Gladys di keja

  • Istri Yang Tidak Dirindukan   46. Dikuntit Dari Bandara

    "Katakan, Ryan, apa yang menunggumu di California hari ini?”“Selusin investor yang berani menanggung risiko. Dan pena.”“Kedengaranya menjanjikan. Kuanggap pena itu untuk tanda tanganmu.”“Semacam itu.”Gladys menduga pria itu akan menelaah dirinya, tapi ternyata tidak. Ia tersenyum. “Padahal aku sudah mengaku aku tukang tumpuk, tapi kau justru bersikap malu-malu terhadapku.”Ryan bergeser di kursi dekat jendela nya, keheranan bercampur gembira. “Untuk yang kedua kalinya, kau benar sekali, oke, tahun lalu aku menjual perusahaan piranti lunakku. Sore ini aku mau membeli perusahaan yang baru. Membosankan sebetulnya."“Kurasa tidak. Ngomong-ngomong, selamat! Dan para investor tadi mereka berani menanamkan modal padamu?”“Menurutku, kenapa harus mempertaruhkan uang sendiri kalau ada orang lain yang bersedia mempertaruhkan uang mereka?”“Setuju sekali.”“Sekarang, bagaimana denganmu, Gladys? Apa yang menunggumu di California hari ini?”“Klien," katanya. “Aku Decorator interior."Ryan meng

  • Istri Yang Tidak Dirindukan   45. Ryan Steward

    Evander Craig pergi untuk beberapa keperluan dan akhirnya kembali ke kantor. Selusin kali sepanjang sisa sore itu, Gladys ingin mengakhiri penguntitannya, dan selusin kali ia memaksa diri untuk tetap berada dalam mobil yang diparkir sekitar satu setengah blok dari kantor Craig.Gladys penasaran mengenai apa yang akan terjadi malam harinya. Apakah Evander Craig memiliki kehidupan sosial? Apa ada yang dipacarinya?Sekitar pukul enam, jawaban mulai muncul. Lampu lampu di Centeniel Life Insurance padam dan Craig berjalan keluar dari gedung itu. Tapi sepertinya ia tidak akan ke bar, atau makan malam di luar, juga tidak menemui gadis mana pun. Paling tidak bukan malam ini. Sebaliknya, ia membeli pizza dan langsung pulang. Pada saat itulah Gladys mendapati bahwa memang ada yang disembunyikan Craig : ia tidak sekaya yang dia ingin disangka orang, kalau melihat tempat tinggalnya. Apartemennya di PleasantVille hanya berupa bangunan kumuh di antara bangunan bangunan kumuh lain, mirip deretan ruk

  • Istri Yang Tidak Dirindukan   44. Menguntit Orang Asuransi

    "Aku menghargai nya, Mr. Craig. Ini kejutan yang menyenangkan.”“Please, panggil aku Evan.”“Kalau begitu panggil aku Gladys“Baiklah, Gladys.” Ia melirik dari balik bahu Gladys ke Mercedes merah miliknya di jalan masuk. Dengan tutup bagasi masih terangkat. “Mau bepergian?”“Ya, sebenarnya..."“Ada tujuan yang menarik?”“Tergantung pada pendapatmu mengenai Florida selatan.”“Seperti kata orang, tempat yang menarik untuk dikunjungi.Tapi aku tidak tertarik tinggal di sana.”“Harus aku katakan itu kepada client ku di California. Atau mungkin juga tidak?”“Kau bekerja di bidang apa kalau aku boleh tahu?”“Aku Decorator Interior.”“Yang benar saja. Pasti menyenangkan. Maksudku, tidak banyak pekerjaan yang memberikan kesempatan menghabiskan uang orang lain, bukan?”“Tidak, kurasa tidak. Kalau di California,...” Gladys melirik arlojinya. “Ups, ada yang terlambat ke bandara.”“Silakan, silakan berangkat lah.”“Well, sekali lagi Mr. Craig--- ia menahan diri Evander, Evan. Terima kasih sudah m

  • Istri Yang Tidak Dirindukan   43. Ada Sedikit Masalah

    Alis mata berkerut. “Dia benar-benar mencantumkan namaku sebagai pewaris?”“Iya betul.”“Kapan itu?”“Maksudmu kapan polis disahkan?”Ia menggangguk.“Ternyata belum lama. Lima bulan yang lalu.”“Sekarang baru jelas. Sekalipun saat itu kami baru mulai berhubungan.”Craig tersenyum. “Dia jelas memiliki perasaan yang dalam terhadapmu sejak awal.”Gladys mencoba untuk balas tersenyum, tapi airmata yang mengaliri pipinya menghalangi. Ia mengusap sambil meminta maaf. Craig menyakinkannya bahwa hal itu tidak jadi masalah, bahwa ia mengerti sebenarnya, dan itu boleh dikata menyentuh. Atau dia memang benar-benar mahir.“Armadillo sudah memberiku begitu banyak, dan sekarang ini.” Ia kembali mengusap air matanya. “Aku rela berkorban apa pun agar dia bisa kembali kepadaku.” Gladys menghirup kopinya. Craig juga. “Apa yang harus dilakukan? Aku rasa ada yang harus aku...Sebelum pembayaran dilaksanakan betul?”Craig agak mencondongkan tubuh di atas meja dan menggenggam cangkirnya dengan dua tangan.

  • Istri Yang Tidak Dirindukan   42. Evander Craig

    Evander Craig baru saja membersihkan lensa digicamnya ketiga kalinya dalam waktu dua puluh menit.Disela-selanya, ia menghitung jumlah jahitan pada bungkus kulit roda kemudi(402), memprogram ulang posisi jok pengemudinya (agar naik dan sedikit lebih maju), lalu mempelajari tekanan optimal untuk jenis ban yang ada di BMW 330i (tiga puluh PSI di depan dan tiga puluh lima di belakang, menurut buku panduan di laci dashboard). Rasa bosan pun muncul.Mungkin seharusnya ia menelepon terlebih dahulu, tapi ini sudah menjadi keputusannya. Perkenalan ini harus dilakukan secara langsung. Bertatap muka. Berbicara langsung. Bahkan dengan resiko ia tertidur sementara menunggu mobilnya datang.Seandainya tahu bahwa kegiatan hari ini ternyata berubah jadi pengintaian, ia pasti sudah bawa donat atau camilan apapun itu. Di mana dia?Sepuluh menit kemudian ia melihat dari seberang Central Drive, sebuah Mercedes merah menyala memasuki jalan masuk rumah mendiang tunangannya itu. Mobil berhenti di depan, da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status