Share

130. Garis Dua.

Lihatlah, Sayang!" Kakak Abian heboh. Suara terdengar sangat bahagia. Dengan takut-takut aku membuka mata.

"Ini bener, Kak?" Aku menatap tak percaya pada alat tersebut. Garis dua terpampang jelas di sana.

Bukan ucapan yang aku dapatkan, namun, pelukan serta kecupan di kening dan pipi bertubi-tubi.

"Kita sudah berhasil, Sayang." Pelukannya semakin erat. Air mata ini pun lolos begitu saja tanpa bisa dicegah.

"Kita akan segera memberitahu eyang, Sayang. Tidak akan lagi ada drama dari eyang."

"Baguslah kalau akhirnya kamu mau memberikan cicit untukku. Memang sudah seharusnya!" Ucapan pedas itu masih terus keluar dari bibir eyang, meski kami telah membawa berita bahagia.

Kak Abian merangkul pundakku. Aku tahu maksudnya, membesarkan hatiku. Memintaku untuk bersabar oleh sikap eyangnya tersebut.

****

Kandunganku sudah berusia 30 Minggu.

"Cantik dan seksi bumilku." Kak Abian memeluk diriku dari belakang.

"Bohong!" bantahku dengan cepat sambil menggoreng sambal teri. Aku tahu dia itu han
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status