Suasana rumah yang awalnya begitu harmonis berubah menjadi begitu suram dan dingin. Ayudisha masih kesal dan belum puas setelah berkelahi melawan empat perempuan itu. Ia ingin merobek mulut mereka karena berbicara sembarangan. Hampir sepanjang hidupnya ia mendedikasikan diri dalam sebuah hubungan, bahkan ketika Tanjung tak berperilaku baik padanya ia tak pernah berfikir untuk berselingkuh. Tapi hari ini mendapatkan sebuah tuduhan dari empat wanita yang tidak ia kenal dah mengatakan bahwa ia berselingkuh dengan Tanjung. Hal itu membuat Ayudisha tidak terima dan merasa sangat kesal."Lain kali jika aku mendengar hal yang sama, aku akan merobek mulut mereka."Mendengar hal itu Bayan langsung mematung, awalnya ia sedang memanaskan air untuk mengusap luka Ayudisha. Tapi saat melihat wajah Ayudisha yang terlihat marah, ia segera menciut dan tak berani membuat gerakan yang besar. Akan tetapi saat mendengar omelan Ayudisha saat ini, Bayan menjadi semakin takut.Tak lama suara air yang mendidi
Ayudisha pun menatap Bayan sambil tersenyum dan melambaikan tangan. Iya akan segera pergi menuju pasar dan membeli berbagai kebutuhan rumah tangga. Akan tetapi kereta masih belum juga berangkat karena Bayan sedang berbicara dengan kusir sambil memasang wajah yang serius."Jangan mengemudi dengan kecepatan yang tinggi, cari jalan yang tak memiliki banyak batu. Pastikan semua barang diangkat olehmu. Kalau istriku terlihat berkeringat setetes saja, langsung bawa dia pulang ke rumah.""Siap Tuan."Setelah memberitahu kusir, Bayan langsung mencium kening istrinya melalui jendela kereta. Ia sebenarnya masih enggan melihat istrinya pergi, tapi apa boleh buat transaksi sudah mencapai kesepakatan. Kalau Bayan melanggar janji, siapa yang menjamin berapa lama ia akan tidur di luar setelahnya."Berhati-hatilah.""Kamu sudah mengatakannya puluhan kali.""Aku akan mengatakan ribuan kali jika itu diperlukan. Ingat! Jangan sampai kelelahan.""Siap!" ucap Ayudisha sambil memberi hormat.Bayan langsung
Ayudisha merupakan seorang gadis yang terlahir menjadi bangsawan dari seorang putri bernama Putri Minah. Hidupnya dipenuhi oleh puisi-puisi cinta serta sastra sastra yang bermutu dan berkelas. Hal itu membuatnya menjadi seorang gadis yang besar dengan mimpi-mimpi yang dipenuhi cinta dalam sebuah pernikahan.Akan tetapi pernikahan yang sepanjang hidupnya tak pernah terwujud sesuai seperti apa yang ia minta. Pengorbanan, kesepian dan kematian menyertai pernikahannya. Tak ada lagi tawa ataupun fantasi yang dapat terlintas dalam benaknya. Hanya ada mimpi buruk yang terus menyertai setiap tidur malamnya.Selama satu kehidupan ia menderita dan mengorbankan banyak hal dalam hidupnya. Namun di kehidupan ini berhasil mengubah alur hidupnya menjadi lebih baik dan penuh dengan kebahagiaan. Hal-hal yang tak pernah berani ia impikan kini ia dapatkan satu persatu. Akan tetapi mimpi buruk itu datang kembali. Hidupnya diambang kehancuran mengingat tragedi di kehidupan sebelumnya akan terjadi kembali.
kematian.Satu kata itu mengkhawatirkannya hingga akhir. Ia tau bahwa kematian hanya tentang waktu, tapi ia meminta waktu lebih banyak. Kebahagiaan ini candu untuknya, setelah banyak air mata yang berderai akhirnya merasakan tawa yang nyaring. Ayudisha tidak ingin mengulang hal yang sama, apa yang dikatakan oleh Tanjung adalah benar bahwa ia memang harus pergi dari tempat ini.Ayudisha pun melihat Bayan yang sedang mengaduk obat untuknya. Laki-laki itu begitu serius dan telaten, hal itu membuat Ayudisha yakin bahwa Bayan pasti mengorbankan pekerjaan barang-barang mereka untuk mereka."Bayan...""Ya?"Setelah sakit Bayan menjadi lebih peka terhadap setiap gerak gerik istrinya, bahkan hembusan nafas itu pun tidak pernah luput dari mendengarkan wanita. Hal itu membuat Bayan langsung merespon panggilan istri lebih cepat dari orang-orang pada umumnya. Ia mendekat sambil membawa obat yang telah ia larutkan."Ada apa?" Suara Bayan begitu lembut saat berbicara pada Ayudisha, ia juga menyodor
Tanjung menatap mayat orang yang ada didepannya sambil bernafas dengan terengah-engah. Ia selalu tau bahwa Bayan lambat laun akan datang padanya. Hal ini membuktikan bahwa Ayudisha telah gagal meyakinkan laki-laki itu. Sejak awal Tanjung merasa bahwa Bayan mungkin akan melalui kejadian yang sama seperti halnya di kehidupan sebelumnya. Hanya saja ia terlalu merasa bersalah dengan keadaan Ayudisha hingga membuatnya nekat memperingatkan gadis itu.Ayudisha mungkin adalah istri dari Bayan tapi Tanjung telah mengenal orang itu selama dua kehidupan. Ia tahu betapa ganas dan mengerikannya seorang Bayan ketika sedang marah dan menghabisi musuh-musuhnya. Awalnya ia berpikir bahwa itu akan menjadi celah untuk kembali lagi dengan Ayudisha. Tapi siapa yang menyangka Ayudisha justru jatuh cinta pada laki-laki itu. Maka dengan berat hati Tanjung pun menyerah untuk mendapatkannya."Sial, jika aku tidak terlahir kembali mungkin aku tidak akan bisa menghadapi pembunuh bayaran ini. Beruntung di kehidup
Bayan tangan Ayudisha dengan lembut, ia ingin meyakinkan Ayudisha bahwa semua akan baik-baik saja. Tidak peduli siapa yang akan mencoba mengganggu mereka, Bayan dapat yakin bahwa ia bisa melindungi Ayudisha seorang diri."Kamu percaya padaku?" "Aku percaya padamu..." ucap Ayudisha lembut.Mereka saat ini berada di atas kereta dan berangkat menuju istana untuk yang kedua kalinya. Kegiatan mereka kali ini menyangkut ulang tahun kerajaan yang akan diselenggarakan dengan besar-besaran. Berbagai tamu dari kerajaan yang berbeda satu persatu telah memenuhi undangan. Hal ini membuat Ayudisha memiliki tugas tambahan yaitu menjamu para tamu terutama para putri-putri kerajaan yang ikut dalam delegasi.Di pulau Mirah Adhi terdapat kerajaan sebanyak 7 bagian. Masing-masing kerajaan memiliki nama sesuai dengan letak mereka berdiri, misalnya Timur, Barat, Tengah, Selatan, Utara dan Pusat. Kerajaan Malaka sendiri terdapat di daerah Utara yang berbatasan dengan Barat, Pusat dan Timur. Utara disebut
Ayudisha terus bermain bersama dengan Sina dan juga Saka. Mereka terlihat begitu harmonis layaknya ibu dan anak kandungnya. Hal itu membuat Bayan sedikit berdelusi bahwa itu adalah gambaran dari keluarga kecilnya di masa depan. Sina yang galak angkuh dan sombong sangat mudah tersulut emosi, sangat mirip dengan dirinya. Begitu pula dengan Saka, anak laki-laki itu terlihat pendiam dan mengikuti kemanapun sinar pergi sambil tersenyum kecil. Sangat mirip dengan Ayudisha.Ketiga orang itu bermain di bawah pohon beringin sambil memainkan boneka yang dibuat dari pohon pisang. Hanya saja pemandangan itu membuat Bayan sedikit iri, karena ia tak bisa terlibat di dalamnya. Ia juga iri karena Ayudisha saat ini lebih memperhatikan orang lain dibandingkan dirinya sendiri."Benar-benar membuat iri."Suara itu berasal dari seorang anak kecil yang duduk di atas tangga sambil melihat ke arah Ayudisha Sina dan Saka. Sangat terlihat jelas bahwa anak laki-laki itu iri dan kesal melihat keharmonisan mereka
Suara gamelan terus terdengar di mana-mana, semua orang sibuk berpesta ria dan menikmati malam dengan menari sambil merayakan keberhasilan dan kejayaan kerajaan Malaka. Suara petasan dan kembang api terdengar dimainkan oleh anak-anak kecil yang berlari-lari dan tertawa. Hal itu terlihat begitu harmonis dan damai hingga membuat Amor tersenyum sinis."Kasihan..."Walaupun Amor terdengar mengatakan sesuatu seolah ia bersimpati, namun terlihat jelas di wajah laki-laki itu bahwa ia sama sekali tidak peduli. Salahkan ia karena telah lama pergi dari tempat ini dan berkelana, sehingga membuatnya tak lagi memiliki rasa nasionalis yang tinggi terhadap kerajaannya sendiri. Saat ini yang ia pedulikan hanya satu orang yaitu adik perempuannya yaitu Ayudisha.Saat semua orang tenggelam dalam kegembiraan, ada orang-orang tertentu yang saat ini berkeringat dingin dan berlari menuju kegelapan. Orang-orang itu terus menelusuri jalan yang gelap sambil mengawasi agar tak ada yang melihat mereka.Setelah i