Share

Kelahiran kembali

Di masa lalu, saat proses kawin lari berlangsung, Tanjung dan Ayudisha harus bersembunyi selama satu malam. Setelah itu mereka akan memberitahukan pada keluarga pihak laki-laki bahwa ia akan menikah. Keluarga laki-laki akan memberi kabar pada pengurus adat untuk melanjutkan ke pihak perempuan tentang anak perempuan mereka yang akan menikah. Jika keluarga perempuan menolak maka itu akan buruk pada reputasi mereka. Apalagi mengingat anak gadis mereka telah bermalam diluar dengan laki-laki lain.

Adat dan budaya telah berhasil menyelamatkan Ayudisha dari cengkeraman orang seperti Bayan.

Tapi saat ini tatapan bengis Panglima Bayan membuat Ayudisha tersadar.

'Kenapa aku melihat wajah Panglima Bayan terlihat begitu muda?'

Itu membuat Ayudisha bertanya-tanya, bukankah Panglima Bayan telah berumur 70 tahun saat ini?

Saat itu juga segerombolan ingatan langsung menyerbu pikiran Ayudisha. Ia ingat kejadian saat ini adalah saat ia melarikan diri bersama Tanjung. Saat mereka di tengah jalan, mereka bertemu dengan Bayan yang membawa golok dan siap untuk mencincang habis mereka.

Kejadian itu begitu mematikan dan membuatnya mimpi buruk selama beberapa hari. Ayudisha selalu ingat bagaimana Tanjung babak belur karena dihajar oleh Bayan. Beruntung Bayan tak terlalu kasar pada perempuan, jadi Bayan mengabaikannya selama pertarungan. Saat itu ia melihat ada celah dan Ayudisha langsung mengambil batu besar dan melemparnya tepat di tengkuk laki-laki itu. Bayan langsung pingsan di tempat dan ia pun berhasil kabur dengan Tanjung setelahnya.

Saat Ayudisha mengingat hal itu, Ayudisha langsung menelan ludahnya dengan susah payah. Ia pun menatap Panglima Bayan dengan putus asa. Tapi itu tak membuat Bayan menjadi berbelas kasihan, ia tetap menatap Ayudisha dengan wajah marah.

"Kamu ingin melarikan diri dengan laki-laki lain, padahal pernikahan kita akan dilaksanakan sebentar lagi. Apakah kamu ingin membuat keluarga mu tenggelam dalam air ludah dari gunjingan orang lain?"

Saat Ayudisha mendengar Bayan mengatakan hal itu, Ayudisha langsung tersadar akan sesuatu. Walaupun kawin lari bukan sesuatu yang salah, tapi itu tak akan membuat pernikahannya jauh dari gunjingan orang lain. Apalagi ia berasal dari keluarga bangsawan. Akan terlalu beresiko jika melakukan hal di luar batas etika dan norma.

Ayudisha selalu ingat betapa bodohnya ia di masa lalu. Ia pergi kawin lari tanpa memperdulikan reputasi dan rasa malu keluarga nya. Itu membuat Ayudisha mengutuk dirinya sendiri karena terlalu egois dan tak punya hati.

Sekarang saat melihat Bayan berdiri di depannya. Ayudisha dapat memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi. Walaupun ini merupakan kejadian yang tidak masuk akal, tapi Ayudisha dapat dipastikan telah terlahir kembali ke masa saat ia masih muda dulu. Masa sebelum ia menikahi seorang bajingan bernama Tanjung.

Tak ingin membuat keputusan yang sama. Ayudisha langsung menggenggam celana Bayan dengan lebih erat. Ia mendongak dan memasang ekspresi putus asa.

"Aku minta maaf. Aku tak bermaksud untuk menghianatimu, aku hanya ingin menemuinya untuk memutuskan hubungan. Tapi siapa yang menyangka dia akan mengajakku kawin lari. Aku sempat hilang akal karena menyetujuinya, aku benar-benar sadar sekarang. Jadi tolong maafkan aku."

Ayudisha segera menjadikan Tanjung sebagai kambing hitam. Lagipula laki-laki itu telah menganiaya selama bertahun-tahun, jadi ia tak merasa bersalah saat mengatakannya. Walaupun kejadian itu terjadi di masa depan, tapi rasa sakit dan kekecewaan Ayudisha untuk Tanjung adalah sesuatu yang nyata.

'Ayudisha! Apa yang kamu katakan, kenapa kamu mengatakan hal yang tidak benar?' Ucap Tanjung berteriak dalam hati.

Tanjung yang mendengar pernyataan Ayudisha itupun langsung melotot kaget. Ia tak menyangka Ayudisha akan berkhianat padanya. Apalagi jika mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, saat Ayudisha menangis di depannya dan mengatakan tak ingin menikah dengan laki-laki bengis itu. Tapi apa daya, rasa sakit di tubuh dan bibirnya, membuat Tanjung tak memungkinkan untuk berbicara dan menyangkal.

Suara Ayudisha terdengar fasih walaupun sedikit bergetar. Itu membuat Bayan langsung mencibir, ia tak menyangka gadis seperti Ayudisha akan berbohong padanya dengan begitu lancar.

Bayan adalah seorang prajurit handal. Ia telah bertemu banyak orang dengan berbagai macam karakter. Jadi ia tak akan mudah percaya pada omong kosong yang Ayudisha ucapkan saat ini. Akan tetapi ia memilih untuk mengabaikannya. Selama Ayudisha berada di sisinya dan tak berbuat macam-macam, ia akan bersedia membohongi dirinya sendiri dan berpura-pura seakan semua hal yang terjadi tak pernah ada.

"Aku tak peduli siapa yang kamu sukai. Tapi kamu perlu ingat, saat kamu telah ditetapkan menjadi istriku di masa depan. Maka kamu tak diperbolehkan untuk menoleh pada laki-laki lain. Itu adalah syarat mutlak yang tak boleh dilanggar. Kali ini aku memaafkan mu, tapi jika kejadian semacam ini terulang kembali. Maka aku tak akan segan untuk mengirim kepala mu dan memajangnya di alun-alun kota."

Ancaman itu bukanlah isapan jempol belaka. Ayudisha selalu ingat kejadian saat seorang musuh datang ke Malaka sebagai mata-mata. Bayan tak segan menyiksanya dan memajang mayat itu di tembok perbatasan sebagai bentuk peringatan. Itu membuat musuh menjadi takut dan segan padanya.

Ayudisha segera menelan ludah dengan takut, lalu mengangguk dengan cepat. Itu membuat kemarahan Bayan  sedikit mereda, dan ia pun langsung menyeret Ayudisha untuk menjauh dari tempat itu. Hal itu membuat Ayudisha menghembuskan nafas lega, setidaknya satu masalah telah berhasil ia selesaikan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status