Home / Historical / Istri manis Jenderal Perang / Kematian yang menyakitkan

Share

Istri manis Jenderal Perang
Istri manis Jenderal Perang
Author: Q

Kematian yang menyakitkan

Author: Q
last update Last Updated: 2022-01-17 20:12:50

Suara hujan serta angin yang menderu terasa perih di telinga, apalagi jika ditambah dengan rasa sakit yang ada di dada. Ayudisha terus memegang dadanya dengan susah payah sambil bernafas dengan suara yang terputus-putus. Mungkin inilah yang dinamakan sakaratul maut. Dimana saat-saat menjelang kematian yang begitu menyakitkan dan tak tertahankan.

'apakah aku akan mati hari ini?'

Saat rasa sakit telah menguasai pikirannya, Ayudisha perlahan menatap keatas dengan putus asa. Bahkan saat sakit seperti ini, tak ada satupun manusia yang datang untuk menemaninya. Itu membuat Ayudisha menangis dan tersenyum miris. Ia kasihan pada dirinya sendiri.

'mungkin ini akhir yang pantas untukku'

Setelah lelah dengan rasa sakit perlahan Ayudisha pun mulai pasrah dan enggan melawan. Ia ikhlas jika harus mati saat ini juga. Lagipula kematiannya tak akan berpengaruh pada hidup orang lain. Bisa dikatakan, mungkin tak akan ada yang menangis untuk kematiannya nanti.

Ayudisha telah hidup sebagai seorang janda tanpa suami dan anak selama berpuluh-puluh tahun. Ia sakit-sakitan dan tak memiliki keterampilan dalam bertahan hidup dengan pekerjaan yang kasar. Ayudisha sangat ingat ketika ia muda dulu, betapa ia dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Hanya saja masa itu telah berlalu dan ia tak bisa mengulang itu kembali. Jadi Ayudisha hanya mampu pasrah dengan semua yang ada.

Saat rasa sakit ditubuhnya perlahan menghilang, matanya pun ikut tertutup. Itu adalah nafas terakhir Ayudisha hembuskan pada masa itu. Atap daun kelapa serta dinding bambu sebagai saksi bisu meninggalkannya seorang wanita yang kesepian. Tanpa sanak saudara disampingnya dan hidup berdasarkan belas kasihan orang lain.

'aku sangat menyedihkan'

Jauh dalam lubuk hati Ayudisha yang paling dalam, ia berharap akan ada orang yang datang ke gubuknya dan menguburkannya dengan layak. Ayudisha tak meminta sesuatu yang lebih, ia selalu percaya pada hukum karma dan menganggap semua yang ia alami saat ini adalah karma dari semua perbuatannya di masa lalu.

Tak ada gunanya menyesali dan berharap akan adanya sebuah perubahan. Ayudisha hanya perlu berjalan dan maju ke depan dengan percaya diri sambil berharap bahwa hukuman dari Tuhan tak akan terlalu berat.

Saat Ayudisha tenggelam dalam kegelapan dan kesepian, suara benturan terdengar di telinganya. Suara itu begitu mengganggu hingga membuat Ayudisha terpaksa membuka mata. Kepalanya yang masih terasa pusing segera Ayudisha abaikan, ia hanya tertarik pada suara benturan itu. Saat Ayudisha menoleh, hal yang pertama ia lihat adalah seorang laki-laki tinggi besar yang sedang memukul seseorang.

"...siapa kam..."

Sebelum pertanyaan Ayudisha berakhir, laki-laki itu maju dan memukul laki-laki lainnya. Hal itu membuatnya kaget dan Ayudisha terdiam untuk sesaat.

Laki-laki itu terlihat begitu bengis dan tak akan segan membunuh orang yang sekarang berada di bawahnya. Itu membuat Ayudisha melotot kaget, ia tak pernah melihat pembunuhan dalam hidupnya.

Bukkk bukkk!

Suara pikulan itu begitu keras hingga membuat Ayudisha merasa ngilu dan prihatin. Ia pun memberanikan diri untuk merelai dua laki-laki itu.

"Hentikan!"

Dengan kekuatan seadanya, Ayudisha meraih ujung celana laki-laki bengis itu sebagai isyarat untuk menghentikan kegiatannya.

Benar saja, laki-laki itu segera menoleh dan menatap Ayudisha dengan tatapan marah. Saat wajah laki-laki itu terlihat, Ayudisha langsung menyadari banyak hal.

'kenapa wajah laki-laki ini terlihat begitu familiar?'

Wajah itu adalah milik panglima perang paling kuat dalam sejarah Kerajaan Malaka. Seorang panglima yang gagah dan terkenal kejam di Medan perang. Pamor kepahlawanannya bahkan mengalahkan keagungan sang Raja yang berkuasa saat ini. Dia adalah Panglima Agung Bayan Malaka.

"Kenapa? Tidak tahan melihatku memukul kekasih mu?"

Pertanyaan itu begitu tajam dan dingin, hingga membuat Ayudisha mundur dengan cepat.

Panglima Bayan sebenarnya hanya memiliki satu kata dalam penamaannya. Akan tetapi karena jasanya yang besar terhadap kerajaan, namanya telah ditambah dengan sebutan Malaka. Malaka sendiri adalah nama kerajaan besar tempat Ayudisha hidup saat ini.

Ia ingat sekarang, laki-laki gagah itu adalah orang yang akan dijodohkan dengannya. Dahulu saat orang-orang mendengar nama Bayan, mereka akan bergetar ketakutan dan hal itulah yang Ayudisha rasakan saat ini. Ia langsung menunduk dan menjawab pertanyaan Bayan dengan terbata-bata.

"Bu-bukan itu. Ak- aku hanya tidak ingin kamu menyakiti orang lain."

Ia ingat saat ia masih muda, orang tuanya memberitahukan bahwa ia akan menikah dengan laki-laki bernama Bayan di masa depan. Hal itu membuat Ayudisha takut dan ingin segera lari. Lagipula ia telah lama menjatuhkan pilihan pada seorang sastrawan hebat bernama Tanjung.

Ayudisha yang takut sekaligus putus asa saat itu memberitahu kekasihnya bahwa ia telah dijodohkan dengan Panglima Bayan. Itu membuat Tanjung marah dan menyarankan untuk mereka melakukan kawin lari. Dalam adat kerajaan Malaka, kawin lari bukanlah sesuatu yang dilarang. Selama pengantin perempuan dan laki-laki setuju, maka tak akan ada yang bisa menghalanginya.

Bayan langsung mencibir saat mendengar jawaban Ayudisha. Laki-laki itu terlihat tak percaya dengan semua kalimat yang ia ucapkan. Hal itu membuat Ayudisha menjadi semakin takut, tapi sebelum Ayudisha mengucapkan kalimat yang meyakinkan. Suara Bayan yang berat kembali terdengar.

"Cih, anggap saja aku percaya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
opening yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri manis Jenderal Perang   Bahagia (EXTRA)

    Ayudisha menggendong putrinya sambil melihat Lo Gading yang sedang duduk dan menatap tanah. Hal tersebut membuat Ayudisha merasa heran melihat putranya itu. Apalagi Lo Gading masih tidak bergerak bahkan setelah beberapa jam."Lo Gading, apa yang sedang kamu amati? Hari sudah mulai terik, kemarilah."Akan tetapi Lo Gading masih tetap berjongkok dan terus menatap ke tanah. Setelah beberapa saat ia pun melihat ibunya dan bertanya."Bu, kenapa semut berjalan seperti bebek?""Hah?"Ayudisha pun langsung heran, sejak kapan semut berjalan seperti bebek?Lo Gading selalu bertanya pada sesuatu yang sulit ia mengerti. Akan tetapi rasa ingin tau anak itu begitu besar, sehingga ia selalu menanyakan sesuatu yang bahkan tidak pernah ditanyakan oleh orang lain."Bebek tidak berjalan seperti semut anakku. Mereka berbeda, bebek memiliki dua kali sedangkan semut memiliki lebih.""Tapi aku melihat cara mereka berjalan sama."Untuk beberapa saat Ayudisha terdiam, dan akhirnya mengingat kembali kenangan k

  • Istri manis Jenderal Perang   Kelahiran Putri (EXTRA)

    3 tahun kemudianBayan menatap putranya dengan tatapan tak percaya. Ia panik saat ini karena Ayudisha akan melahirkan seorang anak, tapi lihat putra nya yang berbakti itu. Dia bahkan sempat menguap saat mendengar jeritan ibunya yang kesakitan."Apakah kamu tidak khawatir ibumu kenapa-napa?"Mendengar pertanyaan Ayahnya, Lo Gading pun mengangguk."Aku khawatir." ucap Lo Gading dengan suara kecilnya.Akan tetapi raut wajahnya masih terlihat santai dan malas. Hal tersebut membuat Bayan menjadi semakin kesal."Lalu kenapa kamu terlihat seperti itu? Tidak ada raut khawatir di wajah mu, biasanya anak-anak akan menangis jika mendengar jeritan ibunya.""Apakah menangis itu berguna saat ini? Apakah tangisan ku dapat mengurangi rasa sakit yang ibu rasakan? Kalau memang begitu, aku akan menangis sekarang."Bayan pun terdiam, ia merasa putranya tidak normal. Terlalu malas dan tidak ada jejak kekanakan yang tersisa. Padahal jika diingat saat ia masih bayi, Lo Gading cenderung imut bahkan ketika di

  • Istri manis Jenderal Perang   Perdamaian

    Hari begitu cerah dan kehidupan di Malaka menjadi begitu membahagiakan. Tak ada lagi perselisihan dan keributan yang berarti dan kehidupan masyarakat jauh lebih sejahtera dari sebelumnya. Sejak kelahiran Pangeran mahkota keberuntungan selalu menghampiri Malaka tidak ada akhirnya. Seolah bayi lucu itu memang ditakdirkan untuk membawa banyak keberuntungan untuk semua orang.Ayudisha menggendong putranya sambil menatap ke arah pohon mangga tempat ia biasa duduk bersama dengan Bayan. Tempat yang biasa ia gunakan untuk mengelus perutnya yang sekarang nyeri dan tak nyaman. Akan tetapi kali ini ia sudah tak merasakan sakitnya lagi dan menikmati kebahagiaan tanpa beban yang berarti."Kamu adalah anugerah terindah yang diberikan tuhan padaku di kehidupan ini." ucap Ayudisha pada anaknya.Entah anak itu mengerti apa yang diucapkan oleh ibunya, atau dia terlalu senang dalam gendongannya, tapi dapat Ayudisha melihat dengan jelas bahwa anak itu tersenyum. Sangat tampan dan manis. Hal tersebut memb

  • Istri manis Jenderal Perang   Matahari Malaka

    Suara tangisan seorang bayi yang terdengar nyaring telah berhasil membuat semua orang di istana merasa bersyukur. Mereka pun langsung tersenyum dan mengucapkan selamat pada masing-masing anggota keluarga. Tak lupa mereka mengucapkan syukur yang mendalam pada Tuhan yang telah menitipkan sebuah kehidupan baru untuk keluarga mereka.Setelah itu pintu ruang persalinan pun terbuka dan Bibi Bayan menatap semua anggota keluarganya dengan senyum merekah. "Seorang bayi laki-laki telah lahir dengan selamat.""Bayi laki-laki?!!"Setelah itu ibu Ayudisha pun keluar dan membawa bayi di pelukannya yang telah bersih oleh air hangat. Hal tersebut membuat semua orang langsung bersorak bahagia. Bayi itu berkulit putih dengan hidung yang mancung. Mengingatkan Putri Minah dengan Amor ketika dilahirkan pertama kalinya.Sian, Daka dan Jiru pun tak kalah girang. Mereka melihat keponakan mereka untuk pertama kalinya dan itu membuat mereka bersyukur dengan suara yang keras."Syukurlah dia tidak mirip Kakak B

  • Istri manis Jenderal Perang   Terimakasih

    Semua orang khawatir akan keadaan Ayudisha, mereka takut karena merasa Ayudisha lemah dan tak tahan dengan rasa sakit. Akan tetapi hanya Ayudisha yang tau bagaimana ia menikmati rasa sakitnya dengan perasaan bahagia. Rasa sakit itu membuatnya sadar bahwa bayi di dalam perutnya benar-benar hidup. Bayi itu benar-benar ada dan itu terjadi dalam hidupnya di kehidupan ini.Hampir setiap detik dalam hidup Ayudisha di kehidupan sebelumnya, ia merasa kesepian dan cemburu melihat anak orang lain. Ia mengalami banyak kesedihan dan rasa sakit hanya karena ia tidak bisa memiliki anaknya sendiri. Terkadang wanita menjadi begitu tidak berharga ketika mereka tidak bisa memiliki seorang anak untuk suaminya. Seolah mereka adalah sebuah benda yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Seolah ia adalah benda yang cacat dan mereka sangat menyesal setelah membelinya.Akan tetapi sekarang ia memiliki seorang laki-laki yang menerimanya bahkan jika ia tidak akan memiliki anak seumur hidupnya. Ia memiliki lak

  • Istri manis Jenderal Perang   Rasa sakit

    Bayan memeluk Ayudisha dan membuat tubuh Ayudisha lebih nyaman saat berbaring. Setiap malam Bayan akan mengatur cara Ayudisha tidur karena Ayudisha sudah tidak nyaman dengan perut besarnya. Terkadang Ayudisha akan memiliki nafas yang sedikit pendek karena kesulitan saat bernafas."Lebih nyaman?" tanya Bayan lembut.Ayudisha pun mengangguk dan tersenyum. Ia benar-benar dilayani oleh suaminya dengan sangat baik. Setiap ketidaknyaman yang ia alami selalu Bayan perhatikan. "Kalau begitu selamat tidur istriku yang cantik." ucap Bayan sambil mencium kening istrinya."Selamat tidur juga suamiku yang tampan."Keduanya saling merayu tanpa ada rasa malu terlihat di wajah mereka. Sangat berbeda ketika mereka masih pengantin baru. Sekarang mereka lebih leluasa dalam mengungkapkan rasa cinta hingga tidak ada kecanggungan.Setelah itu keduanya tertidur sambil berpelukan. Malam ini sangat ramai mengingat hampir setiap anggota keluarga berada di tempat yang sama. Ayudisha sebenarnya tidak terlalu ny

  • Istri manis Jenderal Perang   Keluarga

    Para anggota keluarga kini telah berkumpul. Walaupun tidak semuanya tapi itu cukup ramai mengingat sebentar lagi mereka akan menyambut kedatangan anggota keluarga yang baru. Apalagi anak Ayudisha dan Bayan akan menjadi cucu pertama di keluarga masing-masing.Umur kandungan Ayudisha sudah sembilan bulan dan tinggal menghitung hari untuk melihat bayi itu dilahirkan ke dunia. Hal tersebut membuat anggota keluarga sangat antusias untuk mempersiapkan banyak hal untuk kelahiran nanti. "Apakah persiapannya sudah cukup?"Mendengar pertanyaan ibunya, Amor pun menggelengkan kepala dengan pasrah."Ibu telah menanyakan itu sebanyak tiga kali dan jawabannya masih tetap sama. Persiapan sudah cukup dan kita hanya tinggal menunggu Ayudisha melahirkan."Putri Minah yang melihat Amor dengan tatapan tidak suka. Ia sering bertanya-tanya terus menerus karena ia sebenarnya sangat gugup. Maklum saja ini pertama kalinya ia akan menjadi nenek, walaupun ia sangat berharap bahwa cucu pertamanya akan berasal da

  • Istri manis Jenderal Perang   Istana kerajaan

    Di Senggrala hampir semua tabib dikumpulkan untuk menyembuhkan penyakit Raja. Akan tetapi hingga kini masih belum ada solusinya. Menurut keterangan tabib, hal tersebut dikarenakan ada ulat bulu langka yang menyerang burung Yang Mulia. Hal tersebut membuat Sang Raja pun tak terima dengan tuduhan itu. Ia sangat yakin bahwa wanita itu menaruh racun di tubuhnya hingga membuat tubuhnya menjadi seperti ini."Maaf Yang Mulia, tapi hasil dari pemeriksaan saya hampir sama dengan tabib yang lainnya."Mendengar hal tersebut, Raja Senggrala langsung berteriak marah. Ia memarahi semua orang, akan tetapi ia masih terbaring lemah dan tak bisa bangun untuk melampiaskan nya secara fisik.Tak lama Raja merintih lagi, ia kesakitan dan hal tersebut membuat para tabib menjadi panik dan khawatir. Ulat bulu memang dapat membuat gatal-gatal, akan tetapi entah kenapa sangat sulit disembuhkan hingga membuat bengkak dan panas. Jadi para tabib semakin bingung bagaimana cara menyembuhkannya. Mereka pun berusaha u

  • Istri manis Jenderal Perang   Menghadapi Bayan

    Matahari telah terbit dibalik bukit perbatasan Malaka. Akan tetapi mereka masih berdiri sambil menunduk dan berdoa pada orang-orang yang telah meninggal di bukit ini.Ratusan prajurit telah gugur di medan pertempuran tanpa ada kemenangan yang mereka bawa. Keduanya meninggal tangis dan luka pada orang-orang yang telah mereka tinggalkan.Keempatnya menangis dalam diam sambil mengingat kakak mereka yang telah meninggal dengan cara yang begitu menyakitkan. Setelah itu, Yuda pun menatap ketiga adik Bayan sambil mengucapkan perpisahan."Senang berkenalan dengan kalian.""Kami juga senang berkenalan denganmu.""Ya, aku harap kita akan bertemu lagi tapi tidak di medan perang."Jiru, Daka, Sian dan Yuda. Mereka adalah calon prajurit tangguh yang akan memimpin pasukan di kerajaan mereka masing-masing. Selama perjalanan mereka telah berkenalan dan sudah saling mengenal. Akan tetapi mereka selalu tau bahwa persahabatan mereka ditakdirkan untuk berlalu dalam waktu yang sangat singkat.Keempatnya a

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status