Suara beradunya sendok dan piring tanpa adanya percakapan di antara mereka saat sarapan walau sesekali Nata melirik ke arah suaminya.
“Ada yang mau kamu tanyakan?” tanya Jett menyadari istrinya melihat terus.
“Mas apa nggak ada yang mau dikatakan?” tanya Nata balik.
Aku mau tahu apa Mas mengajak pergi. Nata membatin.
“Enggak ada,” jawab Jett tegas.
“Kenapa? Apa ada yang mau kamu tahu?” tanya Jett memancing apa yang istrinya mau tahu lagi.
“Apa aku nggak diajak makan malam?” tanya Nata balik.
“Nanti malam?” tanya Jett pura-pura lupa.
Dari mana dia tahu makan malam bersama? Jett membatin tanya.
“Iya nanti malam. Apa aku nggak boleh ikut?” tanya Nata menawarkan diri ikut makan malam. Dia yakin pasti mendapat kejutan besar.
Bukannya kamu enggak boleh ikut. Aku takut kamu mengacaukan segalanya di sana, apalagi ada tamu yang sulit aku taklukan menginap di hotel. Jett membatin ragu jika mengajak istrinya.
“Apa Mas takut kalau aku mengganggu?” tanya Nata memancing. Dia pikir bisa tahu siapa wanita itu yang telah terang-terangan merebut suaminya.
“Enggak juga. Ada angin apa kamu mau ikut?” tanya Jett melotot tajam.
“Mau tahu saja,” jawab Nata menguji kesabaran suaminya.
“Apa yang mau kamu tahu? Kemarin aku menceritakan bagaimana pekerjaan di hotel enggak ada bedanya,” jawab Jett berusaha mencegah istrinya ikut.
“Aku tahu, Mas. Apa Mas nggak mau memperkenalkan aku sama rekan kerja atau junior di hotel?” tanya Nata kembali memancing berharap suaminya mau mengatakan.
Jett terkekeh mendengar pertanyan suaminya.
“Ngapain kamu mau kenal mereka?” tanya Jett mengarah pembicaraan jangan sampai istrinya ngotot mengajak pergi.
“Apa salahnya? Kalau nggak boleh kenal mereka setidaknya apa aku sekali-kali nggak boleh tahu?” tanya Nata mendesak halus.
Kalau dia enggak ikut justru menambah curiga bisa bahaya nanti rumah tangga aku. Jett membatin tidak mau rumah tangganya berantakan walaupun tidak lima puluh persen, tetapi Jett masih mencintai istrinya.
“Kalau kamu ikut ingat jangan buat masalah,” balas Jett mengizinkan Nata ikut dengan syarat.
“Tenang saja, Mas. Aku nggak akan buat masalah,” ucap Nata mengukir senyum kemenangan dalam dirinya.
Berhasil. Tunggu saja nanti aku akan habisi wanita itu. Nata membatin senang.
Kini, Nata berdiri di depan cermin menampilkan seluruh badannya.
“Aku nggak mau tampil biasa malam ini. Makan malam biasanya identik dengan gaun hitam dan aku mau terlihat mencolok,” kata Nata meneliti deretan gaun di lemarinya.
Waktu di jam dinding menunjukkan pukul 7 malam. Jett menunggu gelisah di ruang tamu. Dia berjalan mondar-mandir.
“Dek, Dek,” panggil Jett tidak mendapatkan jawaban.
“Nata sudah selesai belum?” tanya Jett berteriak.
“Iya, sebentar. Sabar kenapa,” jawab Nata mengerucutkan bibir.
Nunggu sebentar saja nggak mau. Aku juga harus tampil cantik malam ini bila perlu semua mata tertuju padaku. Nata membatin penuh harap.
Langkah anggun wanita ini mengenakan gaun hitam mengantarkannya menuruni anak tangga.
“Kamu ini lama betul,” ucap Jett sebelum melihat penampilan istrinya.
“Wajar dong kalau dandannya lama. Aku juga nggak mau buat Mas malu. Apa Mas mau aku pakai daster ke hotel?” tanya Nata gemas melihat sikap suaminya.
Jett mendongak terpesona saat menatap wajah istrinya cantik sekali, apalagi dengan balutan gaun hitam hingga menyentuh lantai, ditambah tas kecil bermerek menggantung di pergelangan tangannya.
“Mas, Mas, yuk berangkat sekarang,” ajak Nata memanggil suaminya yang masih terpesona.
“I, iya. Kita berangkat sekarang,” jawab Jett tersadar cukup lama menatap istrinya.
“Kalung itu masih kamu pakai?” tanya Jett melirik.
“Iya. Kenapa nggak boleh dipakai lagi?” tanya Nata mengundang Jett menghentikan langkahnya.
“Udah deh kamu ini selalu memancing aku marah,” ucap Jett memperingatkan istrinya.
Nata mengembangkan senyum saat beberapa dari mereka tersenyum ke arahnya.
“Ingat jangan buat masalah,” kata Jett tidak lupa memperingatkan istrinya.
“Iya, ya, Mas,” jawab Nata sengaja mengalungkan tangan pada lengan suaminya.
Mereka bak raja dan ratu semalam. Langkah anggun dan tegap keduanya memicu cemburu barang siapa pun yang melihatnya, termasuk salah satu di antara mereka.
“Dasar ternyata wanita sialan itu ikut juga,” rajuk Venus kesal.
Jett menoleh ke samping didapatinya Venus meneguk wine.
“Aku mau ke sana dulu. Kamu bebas mau makan apa pun di sini, tetapi ingat jangan buat masalah,” kata Jett meninggalkan Nata sendirian.
“Iya, aku akan jadi istri baik,” balas Nata mengukir senyum menggoda suaminya.
Tetapi sayangnya, Jett memilih mempercepat langkah berbaur dengan lainnya, termasuk Venus di sana.
Manik hitam wanita ini sekilas menatap Kakek Dewo bersama rekan bisnis lainnya. Beliau menghentikan langkah, tetapi Nata menggeleng tanda meminta beliau tetap melanjutkan.
“Selamat malam, apa boleh aku temani?” tanya pria paruh baya menyapa Nata ramah.
“Tentu saja boleh,” balas Nata pun ramah.
“Maaf, aku panggil Nona atau Nyonya?” tanya pria yang belum memperkenalkan dirinya.
“Nata,” jawab wanita ini mengulurkan tangan mengajak bersalaman.
“Broto,” ucap pria tersebut akhirnya memberitahu nama.
Ini dia akhirnya datang juga menghampiriku. Aku nggak perlu bersusah payah mencarinya. Nata membatin bahagia.
“Apa Nata datang sendirian ke sini? Ini acara makan malam privat,” kata Pak Broto memberitahu sekaligus penasaran melihat penampilan Nata membuatnya terpesona.
“Nggak penting, aku datang sama siapa yang terpenting bisa berkenalan dengan Pak Broto,” jawab Nata ikut makan malam bukan dengan tujuan tertentu.
“Kalau boleh tahu apa Pak Broto tamu di hotel ini?” tanya Nata memancing pembicaraan.
“Dugaan aku benar. Aku tidak salah menilai orang. Siapa sebenarnya kamu?” tanya Pak Broto seperti bisa menilai orang.
“Pak Broto nggak perlu tahu siapa aku sebenarnya yang terpenting apa bersedia menginap di hotel ini?” tanya Nata to the point tanpa memberi jeda beliau berpikir.
Pak Broto mengukir senyum di sudut bibirnya.
“Apa keuntungan aku jika menginap di hotel ini?” tanya Pak Broto tidak mau rugi. Pria ini harus mendapat untungnya.
“Apa Pak Broto berkenan jika aku menjelaskan detail tentang kelebihan Clarosta Hotel?” tanya Nata secara tidak langsung membantu suaminya.
“Kalau kamu tidak bisa membuat aku tertarik. Mohon maaf aku tidak bisa menginap di hotel ini,” ucap Pak Broto tidak sabar mendengar penjelasan dari Nata.
Nata menjelaskan panjang lebar tentang kekurangan dan kelebihan Clarosta Hotel.
“Pak Broto, aku pribadi sangat berharap Bapak menginap di hotel ini untuk waktu yang lama,” harap Nata mengukir senyum manis andalannya.
Tetapi di sudut lain, Jett mendengus kesal bergerak mendekati istrinya.
“Dek,” panggil Jett sok ramah memotong pembicaraan mereka.
“Pak Broto kenalkan ini suamiku,” kata Nata memberitahu beliau.
“Aku rasa kita pernah bertemu sebelumnya,” balas Pak Broto bersalaman.
“Kamu beruntung sekali memiliki istri seperti dia. Nata pintar sekali membujuk aku menginap di hotel ini. Aku setuju menginap di Clarosta Hotel untuk waktu yang lama,” kata Pak Broto memuji Nata di depan semua orang mengundang Jett dan Venus saling menatap.
“Aku juga bisa kalau membujuk hanya menggunakan kecantikan saja. Nata bisa apa tanpa Jett?” tanya Venus terang-terangan meremehkan Nata.
Aku pasti membuat kamu menderita. Tunggu saja senyum kamu pasti tidak lama lagi menjadi tangis. Venus membatin dengki.
Meta menatap resepsionis di depannya sambil berpikir keras. Dia tidak mau keputusannya berakhir berat seperti Venus saat itu.“Bu Meta, apa mau diam saja?”“Lihat saja nanti. Kalau melihat Jett datang, minta dia datang ke ruangaanku.” Meta memutar tubuhnya, tapi detik selanjutnya dia menoleh ke belakang. “Bisa kirimi aku video tadi?”“Iya, Bu Meta.”Wanita ini kembali memaksa kakinya bergerak menuju ruang kerja. Dia meletakkan tas sembarang di sofa, lalu menempatkan pantat di kursi putarnya. Dia meletakkan ponsel di atas meja sambil melihat video yang dikirimkan.“Aku nggak yakin dia mau mengakui walaupun bukti di depan mata.” Meta meragukan sikap Jett sambil berpikir kalau hanya surat peringatan dan pengurangan poin. Dia berpikir tidak akan membuat Jett menjadi jera.Seseorang membentuk kepalan tangan saat mengetuk pintu ruangan ini. Si pemilik ruangan sudah menebak siapa pun yang berada di balik pintu ini.“Ya masuk.”Wajahnya muncul di balik pintu, sejujurnya Meta malas bertemu, te
Robert terdiam sambil memikirkan kata-kata yang pas. Dia menyadari kalau suasana hati Nata tidak baik-baik saja.“Apa kamu baik-baik saja di situ? Aku pikir meninggalkan kamu di hotel tidak masalah. Lagi pula, itu hotel kamu sendiri. Apa ada yang bisa aku bantu?”“Aku–aku baik-baik saja.” Meta mengakui dirinya tidak baik-baik saja untuk saat ini.“Kamu sekarang sebagai siapa? Cucu pemilik hotel?” Robert mau memastikan identitas wanita ini supaya dia pun nyaman berbicara dengannya.“Meta.”“Kalau sekarang kamu sebagai Meta. Aku minta kamu tenangkan diri dulu. Kenapa kamu bisa meledak-ledak, hanya mereka berdua check in di sini? Aku lihat bukan karena hotelnya. Apa kamu masih menyukainya?” Robert tahu wanita ini ke mana arah pertanyaannya.“Aku? Aku–aku nggak mungkin masih suka sama dia. Kamu tahu kalau aku muak sama dia.” Meta terkejut bukan berarti masih ada perasaan tersisa dalam dirinya. Dia terkejut tidak percaya jika Jett seo
Jett menangkap kalau wanita yang menghubungi ini mulai ada ketertarikan padanya. Dia tidak berpikir jauh kalau ada seseorang yang mau bertemu.“Sekarang?”“Iya, sekarang. Kamu bilang masih di hotel. Aku ada di restorannya, nggak jauh kan dari sini?”“Iya, enggak jauh. Aku selesaikan pekerjaan ini sebentar, lalu aku datang ke situ.”“Iya, aku tunggu.”Meta mengakhiri percakapan setelah sepakat bertemu.“Apa enggak salah dia mau ketemu di restoran? Aku ikuti pelan-pelan enggak masalah yang penting kita bersama.” Jett bersemangat bertemu Meta.Langkahnya tegap menarik perhatian beberapa tamu wanita yang mengukir senyum padanya. Pria ini pun membalas layaknya karyawan hotel harus ramah pada tamu.Bibir mungil ini mengulas senyum manis membuat jantung pria ini berdegub sangat kencang, tetapi mendadak senyumnya berganti menjadi ekspresi datar saat melihat wanita lain di dekat Meta.Jett membatin seharusnya dari awal sudah curiga, tidak mungkin Meta dengan mudahnya mengajak untuk bertemu. Me
Terry mendongak saat melihat teman masa kecilnya ini mencengkram pundaknya. Dia menatap melas berharap Meta membantunya. Dia hanya butuh Jett ada di sini.“Ter, ada apa? Kenapa kamu nggak jawab?” Meta mencoba membaca situasi. “Apa yang bisa aku bantu?”“Apa kamu bisa panggilkan Jett?”“Jett?” Meta bertanya heran. Kenapa harus pria itu di saat dia cucu pemilik hotel ada di sini? Apa kehadirannya tidak berpengaruh di sini?“Iya, aku minta panggilkan dia.”Meta memberi kode pada salah satu security untuk membubarkan mereka yang masih berada di sekeliling meja. Wanita ini merasakan situasi aman dan nyaman dulu.“Ter, apa yang terjadi? Katakan, apa yang bisa aku bantu? Jelaskan dulu pelan-pelan, apa kamu nggak malu banyak yang melihat di sini? Dan, mereka mengambil fotomu.”“Aku tidak masalah, Meta. Aku hanya mau ada Jett di sini.”“Ter, dengarkan. Aku pemilik hotel di sini. Kenapa kamu harus memanggil pria itu? Kalau kamu nggak mau memberitahu apa yang terjadi. Selesaikan masalahmu sendir
Meta tidak mengerti maksud ucapan Robert, wajahnya muncul dibalik pintu. Dia melihat apa ada seseorang yang mengikutinya. Namun, dia tidak melihat ada seseorang itu. sekejap sebentuk tangan ini menariknya kembali ke ruangan ini.“Kamu ini jangan keluar.”“Kenapa? Ada apa? Apa yang terjadi sampai kamu menarik aku?”“Apa kamu tidak merasa ada yang mengikuti?”“Mengikuti aku? Aku nggak merasa. Siapa yang mengikuti aku?”“Kamu jangan keluar dari sini. Sebelum, aku memastikan siapa yang mengikuti.” Robert mengingatkan Meta. Identitas wanita ini tidak bisa semua orang tahu, untuk itulah ada Robert yang selalu menjaga.Robert mencengkram kenop pintu lalu wajahnya pun sama seperti Meta tadi muncul dibalik pintu diam-diam. Manik hitamnya memindai sekitar memastikan tidak ada satu pun di sana.“Robert.” Jett memanggil tidak jauh dari sana.“Hai, kamu ada di sini.” Robert pun menyapa ramah walaupun menyembunyikan rasa gugupnya. Ternyata, benar suami Nata yang mengikuti.“Kamu menunggu siapa di s
Ujung kepala wanita paruh baya ini menunjukkan tanduk, serta tidak ketinggalan mengeluarkan taring. Manik hitamnya pun melotot seolah tidak percaya mendengar dari menantu. Dia pikir semua tentang Jett sudah diketahuinya. “Jett, tidak memberitahu apa-apa. Kamu juga tidak memberitahu, Mama.” “Aku? Untuk apa aku memberitahu mama? Selama ini, mama lebih banyak mendengar dari Jett. Apa pernah mama mendengar ucapanku? Nggak.”“Setidaknya tahu apa yang terjadi dalam rumah tangga kalian.”“Mama, nggak perlu tahu dan ikut campur. Ini rumah tangga kami, mama hanya perlu menasehati, tapi sekarang terserah mama. Hubungan aku dan Jett sudah berakhir. Mama bisa tanyakan lebih lanjut sama Jett, apa yang terjadi sama rumah tangga kami. Itu pun, sesuai ucapan mama kalau mau tahu urusan rumah tangga kami.”“Nata!” Mama Lusi meninggikan suara mengundang perhatian di sekeliling mereka berdua.Kebetulan, Nata berada di lobi menjadi tempat yang pas untuk mereka yang suka bergosip.K