Makanan di piring tidak mampu membagi perhatian pria tampan ini. Manik hitam pria ini tidak berhenti menatap wajah cantik istrinya.
“Ada apa? Apa ada yang salah sama aku? Atau ada yang menempel di wajahku?” tanya Nata saat mau menyuapkan makanan ke mulutnya.
Nata meletakkan kembali sendok di piring sambil melirik ke arah suaminya.
“Kenapa Mas?” tanya Nata seolah belum puas mendapatkan jawaban.
“Enggak ada apa-apa di wajah kamu. Aku hanya bingung saja sama kamu,” jawab Jett justru mengaduk-aduk makanan di piring.
“Bingung? Apa aku membuat kesalahan?” tanya Nata merasa tidak melakukan kesalahan walau tanpa disadarinya.
“Bukannya kamu selalu membuat kesalahan setiap hari?” tanya Jett bukan tujuan ini menatap istrinya.
“Aku yakin Mas mau tanya sesuatu. Apa yang mau Mas tanyakan?” tanya Nata berpikir apa yang mau diketahui suaminya.
“Mas hanya mau tahu apa tujuan kamu sebenarnya?” tanya Jett juga berpikir pasti ada yang disembunyikan darinya.
“Aku nggak ngerti maksud pertanyaan Mas,” jawab Nata pura-pura tidak tahu.
“Mas enggak minta kamu mengerti. Kamu hanya perlu jawab,” balas Jett melempar sendok ke piring lalu meraih tangkai gelas serta menandaskan segelas air perlahan.
Apa Nata tahu sesuatu atau dia mengikuti ke hotel? Enggak mungkin Nata melakukannya. Jett membatin apa yang dilakukan istrinya.
“Nggak perlu berterima kasih Mas, lagi pula aku melakukannya juga untuk kamu,” kata Nata percaya diri jika suaminya mau berterima kasih sudah membantunya.
“Kamu tahu kalau bukan itu maksud pertanyaan Mas,” ucap Jett enggan berterima kasih walau istrinya sudah membantu meningkatkan karirnya.
“Sebelumnya apa kamu pernah bertemu Pak Broto?” tanya Jett ke inti rasa penasarannya.
“Mas, aku benar-benar nggak ngerti sama pertanyaanmu. Apa Mas pernah mengizinkan aku keluar rumah? Dari mana juga aku bisa mengenal Pak Broto?” tanya Nata balik. Dia harus hati-hati dengan suaminya.
“Siapa tahu kamu keluar diam-diam,” balas Jett memojokkan istrinya.
“Aku baru kenalan di hotel. Itu pun Pak Broto duluan mengajak kenalan. Aku pikir nggak melakukan kesalahan,” jawab Nata jujur walau sebelumnya tahu wajah Pak Broto.
Maaf Dek, Mas enggak percaya begitu saja, tetapi mau gimana mulut ini sulit mengucapkan terima kasih membantu kemarin.
“Mas hanya mau tahu apa tujuan kamu membantu membujuk Pak Broto?” tanya Jett masih diselimuti penasaran.
Kalau mengatakan sejujurnya selesai sudah hidup aku. Nata membatin tidak boleh jujur.
“Maaf Mas kalau nggak nyaman. Di hotel, aku mendengar mereka menjelek-jelekkanmu. Aku nggak mau kamu dijelek-jelekkan. Mereka bilang kalau kamu nggak bisa bekerja hanya modal tampang saja. Mereka juga bilang kalau kamu bermesraan sama wanita lain, tapi aku nggak mau pusing soal itu,” jawab Nata berusaha memancing reaksi suaminya.
Sialan siapa yang membicarakan di belakang aku? Untung saja enggak menyebutkan nama Venus. Jett membatin sambil menata ekspresi wajahnya tetap datar.
“Hanya itu? Enggak ada yang disembunyikan?” tanya Jett berharap istrinya keceplosan.
Mas mau tahu apalagi? Nata membatin bertanya-tanya sudah menduga Jett menyembunyikan wanita itu.
“Iya hanya itu, Mas. Untuk apa juga aku berbohong nggak ada untungnya,” jawab Nata santai. Dia pun hati-hati dalam berbicara.
Jangan harap kamu bisa lepas dari aku. Sehelai rambut pun, aku enggak melepaskan kamu. Jett membatin sambil mengepal tangan.
“Kalau Mas nggak yakin bisa tanya mereka di hotel,” lanjut Nata memberi saran supaya Jett bertanya pada rekan kerjanya.
“Kamu tahu kalau Mas enggak sepenuhnya percaya,” ucap Jett mengakui.
“Lalu apa yang kalian bicarakan sampai Pak Broto mau menginap di Clarosta Hotel cukup lama? Apa kamu menggodanya?” tanya Jett mau tahu.
Nata tidak bisa menahan tawa hingga sudut matanya mengeluarkan air mata bahagia.
“Apa Mas berpikir kalau aku menggoda Pak Broto? Kurang kerjaan. Untuk apa juga menggoda pria lain di saat suamiku lebih menggoda,” jawab Nata tidak mau suaminya memandang rendah.
“Ya enggak tahu juga, Mas pikir kamu hanya menggunakan kecantikan untuk menarik pria tua itu,” balas Jett tanpa disadari menunjukkan sikap cemburu.
“Apa Mas cemburu?” tanya Nata sudut bibirnya membentuk senyuman jahil menggoda Jett.
“Enggak,” jawab Jett singkat dan jelas.
Enggak mungkin Dek, kamu bisa membujuk tanpa adanya iming-iming.
“Apa Mas pikir aku nggak bisa melakukannya? Jangan berpikir kalau aku hanya ibu rumah tangga biasa,” ucap Nata tidak mau juga diremehkan suaminya.
“Apa Pak Broto memberikan hadiah?” tanya Jett belum puas mendapatkan jawaban diinginkannya.
Bibir wanita ini membentuk tawa merekah.
“Apa Mas masih nggak percaya sama aku?” tanya Nata menggeleng melihat suaminya tidak berhenti mencari jawaban.
“Tadi Mas bilang kalau enggak sepenuhnya percaya kamu,” jawab Jett belum berubah masih keras kepala.
Di rumah, aku hanya membuang waktu. Jett membatin kesal sambil menandaskan segelas air.
“Berangkat,” pamit Jett singkat sambil beranjak dari kursi.
Nata hanya melirik sekilas saat suaminya mengentakkan kaki. Bibirnya membentuk lengkungan senyuman.
“Aku hanya bisa membantu supaya kamu nggak dijelek-jelekkan Mas,” kata Nata setelah memastikan suaminya tidak lagi berada di rumah.
Kini, Jett berada di hotel, dia celingak-celinguk mencari wanita kesayangannya.
“Sayang, kamu celingak-celinguk cari siapa?” tanya Venus tanpa malu menyandarkan kepala di pundak pria ini.
“Kamu ini senang banget kagetin aku. Aku cari kamu,” jawab Jett memaksa bibirnya membentuk senyum.
“Jangan dipaksain tersenyum. Apa terjadi sesuatu lagi? Oh aku mau tanya bagaimana istri kamu bisa membuat Pak Broto menginap di sini? Sayang tahu kalau Pak Broto orangnya sangat rumit,” kata Venus ucapannya mengandung rasa penasaran tingkat tinggi.
Jett hanya menggeleng.
“Dia enggak hanya cantik, tetapi juga pintar,” puji Jett mengundang cemburu.
“Masak kamu tidak tahu. Kamu ini suaminya, setiap hari selalu bertemu, dan setiap malam kalian selalu bercinta,” ucap Venus akhirnya kesal juga.
“Bertemu setiap hari bukan berarti tahu semuanya, kecuali kamu,” balas Jett menyentil hidung wanita tanda menggodanya.
“Apa serius memuji istri kamu di depan aku?” tanya Venus mengerucutkan bibir kesal.
Jett menyadari kalau wanita di sampingnya kesal. Pria ini merentangkan lengan siap memeluknya. Pelukan hangat tidak mampu ditolak oleh Venus.
“Apa kamu masih marah?” tanya Jett diam-diam mengecup kening wanita simpanan
“Gimana mau marah kalau Sayangku ini langsung meluk,” balas Venus manja sambil melepaskan pelukan Jett.
“Cantiknya hilang nanti kalau marah,” kata Jett menggoda.
Langkah kaki menuntun mereka kembali bekerja walau sesekali saling menggoda.
“Pak Broto,” panggil Venus lirih saat menyadari tamu tersebut datang ke hotel.
Venus mempercepat langkah supaya bisa mendekati beliau.
“Selamat datang di Clarosta Hotel,” sapa Venus sok ramah. Padahal, dia menyimpan sejuta rencana jahat.
“Di mana wanita kemarin yang berhasil membujuk aku menginap di sini?” tanya Pak Broto mau bertemu dengan Nata.
“Kalau boleh tahu kenapa Bapak mencari wanita kemarin? Apa saya tidak bisa menggantikan wanita kemarin?” tanya Venus mengetatkan deretan giginya tanda kesal.
Amalan apa yang Nata perbuat membuat Pak Broto mengingatnya? Venus membatin kesal.
Sekejap, Pak Broto menarik langkah mendekati Venus, beliau menatap manik hitam wanita di depannya, lalu tertawa terbahak-bahak.
“Apa saya terlihat mudah di mata kamu?” tanya Pak Broto melotot.
Panggilan telepon masih tersambung dengan Robert, Nata berlari kecil menuju kamar kakeknya.“Kek, Kakek.” Nata memanggil sambil mengetuk pintu tidak ada jawaban. “Ke mana, Kakek?”“Kakek kamu ada di sini. Kamu cari di mana pun tidak ketemu.”“Kamu serius kalau kakek ada di situ?”“Apa aku pernah berbohong sama kamu? Tidak dapat untungnya juga berbohong. Kamu siap-siap, sebentar lagi aku jemput.”“Nggak usah. Aku bisa pergi sendiri. Bert, apa kakek pergi sama Pak Slamet?”“Iya, aku lihat berdiri di belakangnya.”“Aku lega kalau kakek nggak pergi sendiri.”“Kamu jangan lama-lama. Ada Jett di sini, kamu tahu kalau dia selalu mencari celah membujuk kakak Dewo.”“Aku tahu. Nanti atau kalau ada waktu luang aku ceritakan. Sekarang, aku mau siap-siap.”Percakapan mereka berakhir. Nata merasa lega ada seseorang yang mengikuti kakeknya, mengingat beliau baru saja siuman. Dia tidak mau kakeknya sakit lagi, hanya karena memikirkan masalah sepele.Nata mempercepat langkah kakinya, mempersiapkan di
Jett hanya bisa tertunduk, tidak bisa berkata-kata. Apa pun ucapan yang keluar dari mulutnya, hanya terdengar sebagai alasan saja. Jadi, lebih baik tidak mengatakan apa pun. Sejujurnya, dia juga tidak mau melakukan ini, tetapi Jett kasihan dengan Venus.“Pak, aku juga enggak mau melakukannya, tetapi junior aku banyak membantu. Aku enggak tahu bagaimana membantunya.“Jett, aku lihat di hotel. Junior di bawah bimbingan kamu tidak hanya siapa namanya Venus.”“Iya, Pak.”“Kamu bisa menolong dengan cara yang lain.”“Cara lain? Maksud, Pak Dewo ada cara lain?”“Ya, hanya menebak saja. Tidak tahu juga apa cara lain itu.”“Aku hanya terpikir cara ini, Pak. Aku hanya mau balas budi padanya.”“Balas budi? Aku pikir di zaman sekarang sedikit orang, yang berpikir mau balas budi.”“Dia selalu membantu dalam kesulitan apa pun. Aku enggak tega melihatnya berada di hotel cabang. Aku tahu kalau Bu Meta sudah berbaik hati masih memperkerjakan dia. Aku seharusnya berterima kasih masih mempertahankan Ven
Nata melirik ke arah kakeknya, bisa jadi diam-diam di belakangnya menghubungi Jett. Kata beliau segala kemungkinan tidak bisa dikesampingkan. Ada saatnya semua benar.“Kakek meminta dia untuk datang?”“Tidak. Kakek tidak punya urusan dengan Jett, untuk apa memintanya datang.”“Kenapa dia datang ke rumah ini?”“Kakek juga tidak tahu. Apa mau bertemu dengan kamu?”“Aku? Aku sebagai istrinya atau cucu kakek?”“Sudah pasti sebagai cucu kakek.”“Meragukan kalau dia datang ke sini mau bertemu aku sebagai cucu kakek. Apa mungkin dia mengikuti aku selama ini?”“Mungkin saja, bisa jadi.”“Kek, apa nggak sebaiknya tanyakan dulu. Mau apa bertemu dengan kakek tanpa membuat janji dulu. Apalagi, bertemu di rumah. Aku yakin ada hal penting mau dibicarakan di luar pekerjaan. Kakek jangan lupa kalau Jett punya seribu satu cara, mendapatkan apa yang diinginkan.”Beruntungnya, Kakek Dewo memiliki pemikiran yang sama dnegan Nata. Beliau minta menanyakan mau ada urusan apa mencarinya. Beliau minta juga ka
Tanpa Nata tahu, Jett mengepal tangannya sangat kuat, hingga memperlihatkan urat-urat di telapak tangannya.“Nata! Jaga bicara kamu. Selama ini, aku pikir kamu wanita berpendidikan. Kenapa sekarang cara bicara kamu seperti preman?”“Apa maksudmu, Mas? Aku tanya sesuai kenyataan. Kalau kamu nggak terima terus salahku? Salah pernikahan kita? Sudah pasti salah kamu memilih wanita jalang itu.”“Detik ini, aku tanya. Apa kita bisa bertemu?”“Nggak, Mas. Aku nggak mau ketemu sama kamu. Untuk apa juga ketemu, ujung-ujungnya kamu hanya memukuliku. Kita akan ketemu di pengadilan. Aku pikir itu waktu dan tempat yang layak.”“Kamu serius jawabnya?”“Iya, aku serius. Bahkan, sangat serius!”Jett menggaruk-garuk kepalanya walau tidak terasa gatal. Dia berpikir jalan apa yang harus ditempuh, untuk menemuinya. Jett hanya … mau memastikan bukan istrinya pelaku menyebarkan video panas itu.“Nata, apa enggak ada lagi cinta di antara kita?”“Nggak ada, Mas!” Bia sangat kecewa suaminya tidak sedikitpun m
Robert melihat layar ponsel yang ditunjukkan padanya. Lalu … dia menatap wajah cantik ini.“Terserah kamu. Aku tidak berhak, melarang.”Meta di sini ragu, apa dia harus menjawab panggilan telepon ini.“Kalau kamu ragu, tidak perlu diangkat. Kalau sekiranya, kamu menjawab panggilan ini, kamu bisa mendapatkan informasi. Aku pikir tidak masalah,” saran Robert.“Ada benarnya, ucapanmu. Aku jawab saja panggilan ini.”“Ingat, jangan sampai identitas kamu diketahui.”Nata mengangguk. “Iya, Bert.”Nata menyentuh layar ponsel, berniat menjawab panggilan di ponselnya, sedangkan Robert menarik diri. Laki-laki ini menjauh dari Meta, memberikan ruang supaya wanita ini menjawab panggilan.“Semoga saja, Nata tidak mengatakan identitasnya siapa,” harap Robert.Laki-laki ini menempatkan pantatnya di sofa depan, menunggu siapa tahu ada yang mendesak masuk.Wanita ini menempelkan ponsel di samping telinganya. Sej
Nata memutar tumitnya, lalu mengayunkan langkah lembut. Dia menangkup tangan keriput ini.“Kek, aku mau pergi ke hotel dulu. Aku menyelesaikan, masalah yang ada. Aku harap, keputusan ini nggak merugikan banyak orang. Kakek, tunggu sebentar ya. Aku nggak akan lama kok di hotel.”Nata hanya bisa merasakan, kalau Kakek Dewo memberinya izin.“Jujur, aku juga berat Bert, pergi di saat kakek terbaring.”“Tetapi … kamu tetap harus pergi bukan.”“Iya, aku harus memberikan hukuman, sama Venus. Kalau aku nggak melakukan, aku diprotes lainnya.”“Aku menyadari, posisi kamu sangat sulit.”“Kek, terima kasih sudah bertahan. Tunggu … Nata ya, nggak lama.”“Bert, aku pikir menyelesaikan urusan, di hotel dulu. Setelah itu, aku pasti punya banyak waktu, menemani kakek.”“Aku, tidak bisa mencegah kamu pergi.”Nata menatap cukup lama wajah keriput di dekatnya. “Kek, aku siap-siap pergi, ke hotel dulu ya.”Beliau seperti menggerakkan pelupuk mata, tanda setuju.“Terima kasih, Kek.”Nata merasa lega, kakek