Share

Bab 2. Keributan.

Author: Tifa Nurfa
last update Last Updated: 2024-05-30 12:36:55

Bab 2. Keributan.

"Tyas! Tunggu dulu, tunggu! Kamu nggak bisa asal langsung masuk gini dong! Tyas!"

Aku memilih diam tak menggubris Mas Iqbal. Lagi pula kenapa pula dia melarangku untuk masuk, aku ini kan istrinya. Kenapa tidak boleh masuk. Jelas sekali ada yang disembunyikan.

"Tyas! Kamu apa-apaan sih!" Mas Iqbal berusaha menghalangiku yang terus melangkah.

"Diam kamu Mas!" bentakku.

Sampai akhirnya kaki ini sampai di depan ranjang berukuran king. Aku terperangah melihat seorang wanita tengah bergelung selimut di atas ranjang.

Bagai di tusuk belati tajam. Hatiku remuk redam. Koyak tak berbentuk, laki-laki yang selama ini begitu aku perjuangkan, ternyata tak lebih dari seorang b4jing4n! Dia bertukar peluh dengan wanita lain.

Air mataku lolos begitu saja. Lidahku kelu, tiba-tiba saja lututku teras lemas sekali. Tapi aku harus kuat, aku tak ingin terlihat lemah di hadapan dua manusia lakn4t ini.

Duniaku seakan runtuh seketika melihat kenyataan di depan mataku. Perempuan itu memegang erat selimut yang menutupi tubuhnya, bahunya yang putih mulus itu terekspos sempurna, seakan memperjelas sebuah kenyataan pahit yang harus kutelan.

"Brengs3k, kamu Mas!" ucapku tajam. Netra ini menatap nyalang laki-laki yang terlihat frustasi di depanku, ia menyugar kasar rambutnya.

"Jadi begini kelakuan kamu? Hah?! Dasar pengkhianat!" Aku melayangkan tamparan keras di pipi laki-laki itu. Itu tak sebanding dengan apa yang aku rasakan saat ini.

Dia diam membisu, seakan ingin menjelaskan sesuatu tapi tak tahu harus mulai dari mana.

"Apa kurangnya aku selama ini? Hah?! Sampai kamu setega ini Mas! Bangs4t! Bajing4n kamu Mas!" Kata-kata kasar keluar semua dari mulutku tanpa bisa kucegah. Demi Tuhan ini adalah kali pertama aku berkata sekasar ini.

Aku berkata dengan dada naik turun, sudah kupastikan sekarang ini wajahku sudah merah padam akibat luapan emosi yang tak mampu terbendung lagi. Aku sangat tak terima menerima kenyataan suamiku telah berbagi raga dengan wanita lain.

Aku mencubit, mencakar, meraih apa saja pada dirinya. Mas Iqbal diam hanya mundur perlahan, menatapku yang seperti orang kesetanan.

"Asal kamu tahu Mas! Semalaman aku nunggu kamu pulang, kemarin adalah hari ulangtahun pernikahan kita! Jadi ini kado yang kamu berikan untuk aku?! Apa jangan-jangan kamu lupa dengan hari bahagia kita?! Tega, kamu Mas!" Aku tak mampu lagi menyembunyikan tangisku. Hatiku hancur. Aku tergugu pilu.

"Semalaman aku menyiapkan dinner party kecil-kecilan di rumah. Aku ingin kita menghabiskan malam bersama, mengenang kembali saat-saat bahagia kita ketika pengantin baru. Saling memupuk rasa cinta agar rumah tangga kita semakin harmonis dan langgeng. Tapi ini–"

Aku sampai tak mampu melanjutkan kata-kataku. Hanya air mata yang berkata. Ini terlalu menyakitkan.

"Tyas! Maaf." ucapnya lirih, merasa bersalah. Mas Iqbal berusaha merengkuhku. Tapi dengan cepat aku menepisnya. Tak Sudi rasanya lengan kekar itu menyentuh tubuhku. Membayangkan tangan itu baru beberapa jam lalu ia gunakan untuk memeluk perempuan lain.

Maaf? Semudah itu kata maaf keluar dari mulutnya. Sayangnya kata maaf saja tak pernah cukup menghapus semua luka yang telah kau torehkan di hati ini.

"Semalaman aku menunggu kamu Mas! Tapi ternyata aku hanya seperti orang bodoh, menunggu kehadiran suamiku. Padahal kenyataannya suamiku sedang bersenang-senang dengan wanita jal4ng itu! Keterlaluan Mas! Kamu benar-benar brengs3k! Sialan!" Aku terus berkata dengan berurai air mata. Keadaanku benar-benar kacau saat ini.

"Gara-gara jal4ng ini, kamu sampai lupa pulang! Aku sudah masak makanan kesukaan kamu, kue tart favorit kamu. Tolol memang." Aku tertawa. Lebih tepatnya mentertawakan ketololanku sendiri.

"Ternyata apa? Yang ditunggu sedang bersama wanita murahan ini! Dasar pelacvr!" umpatku seraya menunjuk-nunjuk wajah wanita itu. Ia tengah menjangkau bajunya yang berserakan di lantai.

"Tyas! Jaga mulutmu!" Mas Iqbal sepertinya tak terima pasangan selingkuhnya kubilang pelacvr. Sedari tadi dia diam, tapi ketika aku berkata demikian dia langsung tak terima. Seistimewa itukah dia buat kamu Mas?

Astaghfirullah! Sakit sekali rasanya. Suamiku lebih mengistimewakan selingkuhnya dari pada perasaanku istrinya.

"Oh, nggak terima aku bilang dia itu pelacvr? Kalau bukan pelacvr, lalu apa namanya untuk orang yang merebut suami orang?!" sentakku tajam sambil menoleh ke arah wanita itu.

"Mau kemana kamu, Hah? Sini kamu, sini! Dasar perempuan sundal!" Wanita itu tampak berdiri pelan untuk memunguti pakaiannya di lantai, tapi dengan cepat aku menarik selimut yang membungkus tubuhnya. Terjadilah aksi tarik menarik antara aku dan dia.

"Tyas! Lepas! Lepas aku bilang! Biarkan Amanda pakai baju dulu!" pinta Mas Iqbal.

Amanda. Oh jadi nama perempuan j4lang itu Amanda. Mas Iqbal berusaha mencegah apa yang kulakukan.

"Kenapa? Bukannya tadi habis enak-enak telanj4ng bareng? Kenapa sekarang menyuruhnya pakai baju? Biar aku lihat seperti apa bentuk tubuhnya, apa lebih indah dariku, sehingga kau lebih memilih berselingkuh dengan dia?!" Aku tak mau kalah.

"Gil4 kamu Tyas!"

"Ya! Aku gil4. Aku gil4 karena ulah kamu Mas. Karena kelakuan kamu! Menjijikan!"

"Stop membuat keributan di sini, sekarang pulang! Aku akan jelaskan semuanya di rumah. Ayo!"

"Enggak! Aku nggak butuh penjelasan apapun dari kamu!" Aku menolak.

"Heh, Amel! Apa-apaan kamu? Berikan hape-nya sini! Siniin hape-nya!"

Kini giliran Mas Iqbal berusaha meraih ponsel yang ada di genggaman Amel, rupanya Amel merekam semua keributan ini.

Aku melangkah mendekati wanita itu. Tatapannya seakan menunjukkan keberanian. Tak ada rasa bersalah sedikitpun terlihat di wajahnya. Tetapi justru senyuman tipis terukir di bibirnya, seakan mengatakan ia telah menang, karena telah berhasil mengambil milikku.

Plak!

Sebuah tamparan keras aku layangkan tepat di pipi kirinya yang mulus hingga membekas merah di sana.

Ia meringis. Tapi sesaat kemudian ia justru tersenyum. Memuakkan! Dasar wanita murahan.

"Dibayar berapa kamu untuk melayani suamiku di hotel seperti ini? Dasar perempuan nggak tahu malu. Mu-ra-han!" bisikku tajam.

"Kalau memang kenyataannya suamimu lebih memilihku dari pada kamu. Kamu mau apa? Terbukti dia selalu ketagihan dengan servis yang kuberikan." ucapnya dengan nada nakal dan santai. Tapi mampu membuat darahku mendidih sampai ke ubun-ubun. Dasar perempuan gatal.

"Oh begitu ya. Kalau gitu, silakan ambil bekasku. Aku sudah tak butuh lagi. Barang bekas memang pantas di lempar ke tempat loak sepertimu 'kan! Sayang sekali ya, cantik-cantik tapi cuma jadi penampung barang bekas."

Blush!

Raut wajahnya mendadak berubah, yang tadinya senyum jumawa kini berganti memerah.

"Memang pantas kok, kalian berdua sama-sama samp4h! Dan sudah seharusnya aku membuang samp4h itu ke tempat yang yang sudah semestinya. Tapi ingat! Akan kupastukan hidupmu tak kan bisa tenang karena sudah berani bermain-main denganku! Camkan itu!"

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
angel azzahra
jgn cengeng langsung videokan lapor polisi kasus perzinahan,lapor kantor suami,viralkan klo belum punya anak,langsung gugat cerai.
goodnovel comment avatar
Santi Afriani
bravo Tyas......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 148. Ending.

    "Pergi dari sini aku bilang! Pergi!" Sentak Iqbal dengan suara menggelegar."Oke, oke, aku tak akan mengambil Rayyan darimu. Tapi satu hal yang ingin aku sampaikan. Bagaimanapun aku ini adalah ayahnya. Jadi aku bisa sewaktu-waktu kemari untuk menengoknya. Kau tak bisa melarangku, kalau itu terjadi maka aku akan membawanya pergi jauh darimu."Ucapan Juna terdengar seperti ancaman bagi Iqbal."Oke! Tapi jangan pernah kau katakan kau adalah ayahnya. Tunggu sampai saatnya tiba. Saat dia bisa mengerti semua keadaan ini."Juna mengangguk kemudian pergi.Dalam keheningan malam, Iqbal duduk sendiri di kamar Rayyan, memandangi anak itu yang tertidur pulas. Sekarang Rayyan mulai mau menginap di rumah itu dan tidur bersama Iqbal. Tentu saja itu sesuatu yang sangat membahagiakan bagi Iqbal."Aku telah mencintaimu sejak hari pertama aku melihatmu di dunia ini," bisiknya lirih. "Sekarang dan sampai kapanpun ... tidak ada yang bisa mengubah itu." Iqbal mengelus pelan rambut lebat bocah yang tengah

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 157. Kenyataan Menyakitkan.

    Iqbal menunggu dengan penuh rasa penasaran. Jantungnya berdegup kencang.Dan Hasilnya ... TIDAK COCOK. Rayyan bukan darah dagingnya.Iqbal tercengang. Dunia seakan runtuh seketika. Hatinya hancur. Ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Semua yang selama ini ia kira adalah kenyataan hidupnya, ternyata hanyalah ilusi. Amanda–wanita yang ia nikahi, ternyata telah menipunya. Namun yang lebih menyakitkan lagi, Rayyan anak yang selama ini ia anggap sebagai bagian dari dirinya, anak itu ternyata bukan anak kandungnya.Wajah Iqbal mendadak pucat. Ia masih seperti mimpi. Mimpi buruk yang membuatnya seperti kehilangan sebagian dari hidupnya.Meski ia berpisah lama dengan Rayyan karena dia di penjara, tapi dalam hatinya selalu menyakini bahwa Rayyan adalah permata hatinya. Dan sampai kapanpun dia tak merasa sendiri sebab ia punya anak. Tapi ternyata kenyataan berkata lain. Iqbal menggeleng, beberapa kali ia mengusap kasar wajahnya. Masih tak bisa terima dengan apa yang dikatakan dokter, tapi

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 156. Tes DNA.

    Setelah menjalani masa hukuman di penjara selama beberapa tahun, Iqbal kembali ke dunia luar dengan segunung tantangan yang menantinya. Fauzan yang telah menjamin kebebasan untuk Iqbal. Iqbal tak pernah menyangka, orang yang dulu ia tolong, kini telah sukses dan bahkan bisa menolongnya keluar dari penjara. Iqbal sangat berterimakasih pada Fauzan.Bayangan suram masa lalunya membayang-bayangi langkahnya, tapi ia mencoba menghapus semuanya, memulai lembaran baru. Fauzan menjemput Iqbal dengan mobil miliknya. Begitu sampai di halaman rumah Iqbal terkejut Hasna tengah sibuk melayani beberapa pembeli."Hasna," ucap Iqbal dengan senyum tersungging di bibirnya.Bergegas ia turun dari mobil untuk menemui ibunya. Beberapa langkah sebelum sampai di teras toko, ia melirik ke arah pintu rumahnya. Harusnya ada ibunya yang menyambut kepulangannya di sana. Mendadak hatinya gerimis, mengingat kini ibunya sudah tidak ada lagi.Dulu ibunya adalah satu-satunya orang yang selalu ada mendukungnya. Wala

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 155. Akhir kisah sang Pelakor

    Amanda duduk duduk di tepi ranjang kecil yang suram, memandangi jendela yang menghadap ke gang sempit di sudut kota Semarang.Diluar kehidupan kota samar-samar terdengar, namun jiwa wanita itu terasa hampa. Tubuhnya lemah, wajahnya pucat dengan tatapan matanya kosong. Sisa kehidupan yang dulu penuh hingar bingar kini hanya menyisakan sebuah penyesalan yang tak tertahankan."Aku muak dengan semua kelakuanmu! Kamu hadapi semua ini sendiri! Aku nggak mau tahu! Ini kan buah dari semua perbuatanmu!" sentak Yusuf sore itu sebelum memutuskan untuk pergi ke Jakarta.Yusuf yang menjadi kakak tiri Amanda, merasa sudah capek menghadapi berbagai model orang yang datang menagih hutang pada Amanda.Yusuf seolah menjadi ATM bagi Amanda, seenaknya dia meminta kakaknya untuk membayar hutang-hutangnya.Yusuf pun merasa capek. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi dan berusaha bersikap masa bodoh dengan Amanda. Karena semakin di turuti keinginannya, Amanda semakin menjadi. Seolah makin banyak saja orang

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 154. Iqbal Bebas

    Salah satu perawat yang tinggal tak begitu njauh dari rumah Hasna datang tergopoh, ia langsung mengecek kondisi tubuh Bu Wina yang dingin."Maaf, Ibu Wina sudah tidak ada," ucap perempuan itu lirih."Innalilahi wa Inna ilaihi Roji'un." Beberapa orang tetangga yang sudah datang turut berduka.Sedangkan Hasna masih tak sadarkan diri."Panggilkan Bapakya Hasna, cepat!" seru salah satu tetangga memberi titah pada tetangga lainnya. Laki-laki yang diberi perintah itu pun bergegas lari ke rumah Bapaknya Hasna, yang tinggal tak jauh dari rumah itu bersama Bu Maryam."Astaghfirullah, ada apa, Hasna! Hasna!" Laki-laki paruh baya itu datang, ia syok melihat Wina istri pertamanya telah berpulang. Dan Hasna masih terbaring pingsan.Dalam hati kecilnya ia sangat sedih, meski semasa hidup dan tinggal bersama Wina ia kerap kali berbeda pendapat, kerap kali bertengkar, tapi perjalanan waktu yang di lalui bersama, tentu menyimpan sejuta kenangan bersama juga bersama anak-anak mereka."Yang sabar Pak! I

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 153. Kepergian Bu Wina.

    Pagi-pagi sekali Hasna sudah bersiap untuk pergi menemui Iqbal."Mbak Santi, tolong titip Ibu sebentar ya. Akan saya usahakan cepat pulang." Hasna meminta bantuan tetangga untuk menjaga ibunya sebentar, selama dia pergi."Iya Hasna, tenang aja. Saya akan di sini sampai kamu pulang.""Terimakasih banyak Mbak Santi.Hasna pun berangkat dengan memakai motor matic second yang dibelinya, untuk di pakai setiap kali berbelanja mengisi tokonya.Saat tiba di Lapas, seketika Hasna merasakan atmosfer yang berat. Rasa rindu, marah, kecewa, dan kesedihan bercampur aduk menjadi satu di dalam dadanya. Saat Iqbal muncul di ruang kunjungan, Hasna melihat perubahan besar dalam diri kakaknya. Wajahnya tirus, tubuhnya semakin kurus, rambutnya sedikit berantakan, dan ada bayangan kelam di matanya."Hasna ..." Iqbal memanggil namanya dengan suara serak, seakan-akan ia tak percaya adiknya benar-benar datang.Hasna duduk di depannya, diam sejenak. Suasana canggung terasa di antara mereka. "Aku datang karen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status