Share

Bab 5. Mulai mengambil Langkah.

Author: Tifa Nurfa
last update Last Updated: 2024-05-30 12:38:23

Bab 5. Mulai mengambil langkah.

"Oke, kalau gitu kamu pilih aku atau dia Mas?" tanyaku dengan suara bergetar, menahan sesak yang menghimpit dada ini. Sebisa mungkin aku menahan tangis agar tak sampai tumpah sekarang.

"Aku nggak mungkin ninggalin dia, Yas!"

"Segitu berartinya dia untuk kamu Mas?! Lalu selama ini pernikahan kita kamu anggap apa?!" sentakku tajam.

"Sebenarnya kami ... Ka.i sudah menikah siri seminggu yang lalu.

Bagai tersambar petir di siang bolong. Ternyata sudah sejauh itu hubungan mereka. Aku menatapnya dengan pandangan mulai berkabut.

"Dan sekarang, dia sedang hamil anakku." Lagi-lagi tubuhku seperti di timpa godam yang teramat berat. Aku menggeleng tak percaya dengan apa yang kudengar.

"Aku laki-laki. Apanya yang salah? Laki-laki boleh memiliki istri lebih dari satu. Bukankah itu Sunnah, dan bagimu jaminannya syurga."

Aku menggeleng tak terima. Sunnah yang di maksud dalam berpoligami tentu bukan seperti ini. Posisi Mas Iqbal jelas dia menikahi Amanda karena nafsu. Bukan karena sebuah alasan syar'i.

"Tunggu, apa kamu bilang tadi? Dia sedang hamil? Dan kamu menikahinya baru semingguan yang lalu? Bagaimana bisa?"

"Dia hamil anakku, dan aku harus bertanggung jawab padanya."

Lagi-lagi aku dibuat terkejut oleh pengakuan laki-laki ini. Tak kusangka suami yang kupuja Selema ini ternyata sebejat ini kelakuannya.

Dari ucapannya tadi jelas. Mereka menikah karena posisi wanita sudah hamil duluan. Astaghfirullah!

Aku pejamkan mata ini kuat-kuat. Ini sangat menyakitkan. Suamiku bermain gila.

Dia sudah berzina. Dia sudah melakukan dosa besar, apakah pantas yang seperti itu dia bilang Sunnah? Jelas ini ngawur namanya.

"Apakah sebuah perkara yang kamu sebut Sunnah itu harus di awali dengan sesuatu yang haram? Kamu itu sudah berzina dengan perempuan itu Mas! Dan sekarang kamu menikahi dia dengan dalih Sunnah berpoligami? Dapat ilmu dari mana itu! Kamu benar-benar ja-hat kamu Mas!" teriakku lagi.

"Sekarang lebih baik kamu ceraikan aku." Aku berusaha untuk kuat, meski sebenarnya hatiku sudah berdarah-darah.

"Tyas. Jangan beri aku pilihan sulit seperti ini. Aku janji akan berbuat adil pada kalian."

Ck, dasar laki-laki serakah!

"Nggak! Lebih baik aku memilih pisah dari kamu daripada harus di madu."

Aku meninggalkan Mas Iqbal sendiri di dalam kamar. Aku memilih untuk ke halaman belakang.

Di depan dia aku tampak tegas, tapi sejujurnya hati ini hancur. Aku duduk di kursi dekat kolam renang. Kupejamkan mata ini rapat-rapat seraya menepuk-nepuk dada ini. Rasanya sesak, seperti ada yang menghimpit di dalam dada. Wanita mana yang rela berbagi suami.

"Jangan minta cerai dariku. Aku janji akan berbuat adil." Tiba-tiba saja Mas Iqbal sudah berdiri di belakangku.

Benar-benar brengs3k!

"Kamu nggak bisa giniin aku Mas! Kamu anggap apa aku? Aku punya hati, aku punya perasaan!" teriakku lantang.

Mas Iqbal masih santai berdiri menatap kolam renang yang tenang airnya. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya.

Sekilas aku menatapnya. Yang dikatakan Amel benar, melihat Mas Iqbal sekarang, wanita mana yang mampu menolak segala pesona yang ada pada dirinya. Dia laki-laki gagah, tampan, wajahnya putih bersih, dengan hidung mancung, dan alis tebal. Rahangnya kokoh. Tubuhnya tegap atletis. Ditambah dengan kondisi finansial yang memadai, dia punya jabatan.

"Sekali lagi kutegaskan, aku akan berbuat adil pada kalian. Jangan pernah meminta pisah dariku, kalau sampai itu terjadi aku pastikan kamu nggak bisa dapat apa-apa dari semua yang kumiliki sekarang."

Degh!

Dasar laki-laki egois! Dia tak tahu jika bisa punya jabatan seperti sekarang ini, rumah sebesar ini karena peranku di belakangnya.

Sekarang disaat dia sudah merasa enak dengan semua yang di dapatkan, dia melakukan hal semena-mena terhadapku.

Aku tak akan tinggal diam.

"Kamu adalah laki-laki paling brengs3k yang pernah kukenal Mas! Aku menyesal pernah menjatuhkan hatiku padamu," ucapku sinis.

Aku hendak beranjak tapi tanganku di cegah olehnya.

"Tetaplah jadi istriku yang manis, dan jangan cari gara-gara, Tyas!" ucapnya.

Oh, sekarang dia sok jadi orang yang berkuasa. Lihat saja nanti Mas, kamu akan kaget begitu tahu seperti apa sebenarnya istrimu ini.

Aku menatap tajam kedua manik hitam itu dengan sorot mata penuh kebencian. Kamu mengajakku bermain-main? Kalau begitu Mari kita bermain.

"Karena kamu sudah tahu semuanya sekarang, tak ada lagi alasan bagiku menyembunyikan dia. Amanda akan ikut tinggal di sini. Kamu harus bersikap baik pada adik madumu!" Aku terperangah, ini gil4!

"Kamu benar-benar sudah gil4 Mas!" teriakku lantang. Tapi Mas Iqbal tetap diam dan terlihat tenang.

Benar-benar aku merasa dibodohi olehnya. Tanpa sadar telapak tanganku terkepal sempurna. Ini benar-benar keterlaluan.

"Kamu harus menerimanya dengan baik. Bukankah ini adalah sebuah kabar baik, kau bisa ikut merawat anakku, meski dia bukan lahir dari rahimmu."

Pandangan mataku meremang. Apa ini jadi alasan utama bagimu untuk berselingkuh dibelakangku? Karena aku belum mampu memberimu keturunan? Bukankah selama ini kamu selalu bilang tak masalah, dan rela menunggu hingga saat itu tiba. Tapi sekarang kamu justru merasa bangga akan kehadiran keturunan walau bukan dariku.

Hatiku seperti di cengkeram kuat. Ini sungguh menyakitkan.

"Apa karena alasan itu kamu selingkuhi aku Mas?!"

Mas Iqbal diam.

"Jawab Mas!" sentakku lagi sambil menggoncang kemejanya.

"Alasanku lebih dari itu. Dia sangat berarti bagiku. Dan ini sudah menjadi keputusanku, Yas."

Mas Iqbal berlalu begitu saja usai mengatakan itu, apa yang baru saja terucap itu bak sejumput garam yang ia tabur di atas luka yang masih basah dan menganga. Perih tak terkira.

'Dia sangat berarti bagiku' tak kusangka kalimat itu sungguh sangat menyakitkan.

Aku duduk di bibir kolam dengan kaki menjuntai ke dalam air. Aku merasa ini seperti mimpi buruk.

"Aku akan ke rumah ibu untuk mengatakan semuanya."

Mas Iqbal tiba-tiba sudah berdiri dibelakangku. Kemudian berlalu.

Aku hanya diam tak menyahut, menoleh pun tidak. Hingga suara derap langkah kakinya perlahan menjauh dan keluar dari rumah ini.

Kamu yang mengajakku bermain api, maka akan tunjukkan bagaimana Api itu akan membakar semua sikap arogansimu itu Mas!

"Hallo Nando, tolong kamu pantau setiap gerak gerik Mas Iqbal selama di kantor, laporkan semuanya sama saya."

Aku menghubungi Nando orang kepercayaanku di kantor.

"Baik Bu."

"Oke. Terimakasih."

Mas Iqbal tidak tahu kalau kantor tempatnya bekerja adalah milik papaku. Selama aku menjadi istrinya aku memang menutupi semuanya darinya.

Karena kamu berani mengkhianatiku, maka akan aku tunjukkan siapa sebenarnya istrimu ini Mas! Dan bersiaplah untuk menyesal sudah menyia-nyiakan aku.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
angel azzahra
payah masih menye" takut gak laku lagi?!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 148. Ending.

    "Pergi dari sini aku bilang! Pergi!" Sentak Iqbal dengan suara menggelegar."Oke, oke, aku tak akan mengambil Rayyan darimu. Tapi satu hal yang ingin aku sampaikan. Bagaimanapun aku ini adalah ayahnya. Jadi aku bisa sewaktu-waktu kemari untuk menengoknya. Kau tak bisa melarangku, kalau itu terjadi maka aku akan membawanya pergi jauh darimu."Ucapan Juna terdengar seperti ancaman bagi Iqbal."Oke! Tapi jangan pernah kau katakan kau adalah ayahnya. Tunggu sampai saatnya tiba. Saat dia bisa mengerti semua keadaan ini."Juna mengangguk kemudian pergi.Dalam keheningan malam, Iqbal duduk sendiri di kamar Rayyan, memandangi anak itu yang tertidur pulas. Sekarang Rayyan mulai mau menginap di rumah itu dan tidur bersama Iqbal. Tentu saja itu sesuatu yang sangat membahagiakan bagi Iqbal."Aku telah mencintaimu sejak hari pertama aku melihatmu di dunia ini," bisiknya lirih. "Sekarang dan sampai kapanpun ... tidak ada yang bisa mengubah itu." Iqbal mengelus pelan rambut lebat bocah yang tengah

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 157. Kenyataan Menyakitkan.

    Iqbal menunggu dengan penuh rasa penasaran. Jantungnya berdegup kencang.Dan Hasilnya ... TIDAK COCOK. Rayyan bukan darah dagingnya.Iqbal tercengang. Dunia seakan runtuh seketika. Hatinya hancur. Ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Semua yang selama ini ia kira adalah kenyataan hidupnya, ternyata hanyalah ilusi. Amanda–wanita yang ia nikahi, ternyata telah menipunya. Namun yang lebih menyakitkan lagi, Rayyan anak yang selama ini ia anggap sebagai bagian dari dirinya, anak itu ternyata bukan anak kandungnya.Wajah Iqbal mendadak pucat. Ia masih seperti mimpi. Mimpi buruk yang membuatnya seperti kehilangan sebagian dari hidupnya.Meski ia berpisah lama dengan Rayyan karena dia di penjara, tapi dalam hatinya selalu menyakini bahwa Rayyan adalah permata hatinya. Dan sampai kapanpun dia tak merasa sendiri sebab ia punya anak. Tapi ternyata kenyataan berkata lain. Iqbal menggeleng, beberapa kali ia mengusap kasar wajahnya. Masih tak bisa terima dengan apa yang dikatakan dokter, tapi

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 156. Tes DNA.

    Setelah menjalani masa hukuman di penjara selama beberapa tahun, Iqbal kembali ke dunia luar dengan segunung tantangan yang menantinya. Fauzan yang telah menjamin kebebasan untuk Iqbal. Iqbal tak pernah menyangka, orang yang dulu ia tolong, kini telah sukses dan bahkan bisa menolongnya keluar dari penjara. Iqbal sangat berterimakasih pada Fauzan.Bayangan suram masa lalunya membayang-bayangi langkahnya, tapi ia mencoba menghapus semuanya, memulai lembaran baru. Fauzan menjemput Iqbal dengan mobil miliknya. Begitu sampai di halaman rumah Iqbal terkejut Hasna tengah sibuk melayani beberapa pembeli."Hasna," ucap Iqbal dengan senyum tersungging di bibirnya.Bergegas ia turun dari mobil untuk menemui ibunya. Beberapa langkah sebelum sampai di teras toko, ia melirik ke arah pintu rumahnya. Harusnya ada ibunya yang menyambut kepulangannya di sana. Mendadak hatinya gerimis, mengingat kini ibunya sudah tidak ada lagi.Dulu ibunya adalah satu-satunya orang yang selalu ada mendukungnya. Wala

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 155. Akhir kisah sang Pelakor

    Amanda duduk duduk di tepi ranjang kecil yang suram, memandangi jendela yang menghadap ke gang sempit di sudut kota Semarang.Diluar kehidupan kota samar-samar terdengar, namun jiwa wanita itu terasa hampa. Tubuhnya lemah, wajahnya pucat dengan tatapan matanya kosong. Sisa kehidupan yang dulu penuh hingar bingar kini hanya menyisakan sebuah penyesalan yang tak tertahankan."Aku muak dengan semua kelakuanmu! Kamu hadapi semua ini sendiri! Aku nggak mau tahu! Ini kan buah dari semua perbuatanmu!" sentak Yusuf sore itu sebelum memutuskan untuk pergi ke Jakarta.Yusuf yang menjadi kakak tiri Amanda, merasa sudah capek menghadapi berbagai model orang yang datang menagih hutang pada Amanda.Yusuf seolah menjadi ATM bagi Amanda, seenaknya dia meminta kakaknya untuk membayar hutang-hutangnya.Yusuf pun merasa capek. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi dan berusaha bersikap masa bodoh dengan Amanda. Karena semakin di turuti keinginannya, Amanda semakin menjadi. Seolah makin banyak saja orang

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 154. Iqbal Bebas

    Salah satu perawat yang tinggal tak begitu njauh dari rumah Hasna datang tergopoh, ia langsung mengecek kondisi tubuh Bu Wina yang dingin."Maaf, Ibu Wina sudah tidak ada," ucap perempuan itu lirih."Innalilahi wa Inna ilaihi Roji'un." Beberapa orang tetangga yang sudah datang turut berduka.Sedangkan Hasna masih tak sadarkan diri."Panggilkan Bapakya Hasna, cepat!" seru salah satu tetangga memberi titah pada tetangga lainnya. Laki-laki yang diberi perintah itu pun bergegas lari ke rumah Bapaknya Hasna, yang tinggal tak jauh dari rumah itu bersama Bu Maryam."Astaghfirullah, ada apa, Hasna! Hasna!" Laki-laki paruh baya itu datang, ia syok melihat Wina istri pertamanya telah berpulang. Dan Hasna masih terbaring pingsan.Dalam hati kecilnya ia sangat sedih, meski semasa hidup dan tinggal bersama Wina ia kerap kali berbeda pendapat, kerap kali bertengkar, tapi perjalanan waktu yang di lalui bersama, tentu menyimpan sejuta kenangan bersama juga bersama anak-anak mereka."Yang sabar Pak! I

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 153. Kepergian Bu Wina.

    Pagi-pagi sekali Hasna sudah bersiap untuk pergi menemui Iqbal."Mbak Santi, tolong titip Ibu sebentar ya. Akan saya usahakan cepat pulang." Hasna meminta bantuan tetangga untuk menjaga ibunya sebentar, selama dia pergi."Iya Hasna, tenang aja. Saya akan di sini sampai kamu pulang.""Terimakasih banyak Mbak Santi.Hasna pun berangkat dengan memakai motor matic second yang dibelinya, untuk di pakai setiap kali berbelanja mengisi tokonya.Saat tiba di Lapas, seketika Hasna merasakan atmosfer yang berat. Rasa rindu, marah, kecewa, dan kesedihan bercampur aduk menjadi satu di dalam dadanya. Saat Iqbal muncul di ruang kunjungan, Hasna melihat perubahan besar dalam diri kakaknya. Wajahnya tirus, tubuhnya semakin kurus, rambutnya sedikit berantakan, dan ada bayangan kelam di matanya."Hasna ..." Iqbal memanggil namanya dengan suara serak, seakan-akan ia tak percaya adiknya benar-benar datang.Hasna duduk di depannya, diam sejenak. Suasana canggung terasa di antara mereka. "Aku datang karen

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 152. Tawaran Bantuan.

    "Selamat sore, Mbak Hasna," sapa pria itu.Hasna sedikit terkejut. Ke apa laki-laki itu bisa tahu namanya. Dari gelagatnya dia seperti tidak berniat untuk membeli sesuatu di toko."Sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu?""Saya teman lama Iqbal. Namaku Fauzan. Saya baru dengar tentang kejadian yang menimpa keluargamu."Hasna terdiam sejenak. Ada rasa kekhawatiran, jangan-jangan kakaknya punya hutang pada temannya ini dan sekarang dia datang untuk menagih hutang. Begitu pikir Hasna."Oh, begitu. Ada yang bisa saya bantu? Maaf Mas Iqbal tidak ada di rumah."Fauzan mengangguk pelan. "Aku hanya ingin tahu bagaimana kabar ibumu. Aku tahu bahwa apa yang terjadi dengan Iqbal pasti bagi kalian."Hasna memandang pria itu dengan sedikit rasa waspada. Ia memang pernah mendengar nama Fauzan dari Iqbal, tapi mereka tak pernah bertemu sebelumnya. Tentu saja, setelah semua yang terjadi dengan kakaknya, ia sulit untuk langsung mempercayai siapa pun, terutama orang yang datang tiba-tiba tanpa diduga.H

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 151. Jalan terjal kehidupan Keluarga Iqbal.

    POV Author. Jalan Terjal Kehidupan keluarga Iqbal."Makan dulu Bu." Hasna menyuapi ibunya–Wina dengan telaten.Nasi putih dengan tekstur sedikit lembek dan sayur Sop ayam. Biasanya ibunya akan sangat suka dengan menu satu ini. Tapi hari ini Bu Wina seperti tak ada nafsu makan."Bu, lagi ya." Bu Wina menggeleng. Hasna menghela napas."Ya sudah sekarang minum obatnya, ya." Hasna bergegas menuju ke kamar ibunya, membuka laci nakas tempat ia menyimpan obat.Setelah kejadian Bu Wina jatuh stroke, Hasna memilih resign dari kantor dan fokus di rumah mengurus ibunya.Ia membawa Wina kembali ke rumah lamanya. Sedangkan Bu Maryam dan Bapaknya pindah dari rumah itu, tinggal tak begitu jauh dari rumah Bu Wina."Ini Bu obatnya." Setelah selesai mengurusi ibunya, Hasna membawa ibunya ke depan teras rumah, udara pagi yang sejuk, juga sinar matahari pagi bagus untuk kesehatan ibunya."Hasna buka warung dulu ya." Bu Wina hanya mengangguk. Sebenarnya Bu Wina masih bisa bicara walau ada sedikit terb

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 150. Jebakan untuk Om Martin.

    "Halo Sayang, aku sekarang bagi diperjalanan pulang ke Jakarta." Aku mengabari Tyas melalui sambungan telepon."Iya Mas hati-hati. Gimana tadi ketemu sama Pak Bambang?""Ketemu Sayang.""Terus?""Nanti aku ceritakan di rumah ya. Assalamualaikum."Panggilan selesai. Aku fokus mengemudi dengan karena jalan berbelok-belok dan berbatu.Aku kembali ke Jakarta dengan menggenggam luka. Kesaksian Pak Bambang, tentu memberi titik terang sekaligus memberikan luka. Betapa Martin sangat jahat. Padahal Papa sudah sangat percaya padanya.Ternyata dia tega mengkhianati kepercayaan Papa. Sungguh ini sakit sekali."Ya Allah Pa. Lihat kan Pa, orang yang selalu Papa bela mati-matian, orang selalu menjadi diri diantara hubungan kita. Ternyata dia adalah orang yang sangat busuk! Brengsek! Awas saja Kau Martino, aku pastikan kau akan mendekam di balik jeruji besi untuk waktu yang sangat lama," geramku, sambil memukul stir mobil beberapa kali.Aku berhasil keluar dari jalan desa, kini melewati jalanan yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status