Share

Pilihan Kedua

Author: Ans
last update Last Updated: 2024-06-16 15:18:23

Langkah Dimas terhenti. Anak-anak? Ingatannya melayang pada Vinara dan Arya. Entah bagaimana, Dimas justru merasa kesal saat mengingat mereka. Jika bukan karena kedua anak itu, pastilah dia sudah sejak lama mendapatkan kebebasan. Dia mungkin telah menceraikan Hayati tanpa perhitungan dan memilih wanita lain yang dia sukai.

Anak-anak itu bukan lagi alasan Dimas untuk bekerja keras, sekarang. Dimas merasa karir dan keberhasilan yang sekarang dicapainya adalah kesempatan mewujudkan kebahagiaan pribadi sebagai pria yang sudah sejak lama Dimas idamkan dalam diam. Namun, bagaimana pun dia tidak bisa mengabaikan bahwa Arya dan Vinara telah hadir dalam pernikahannya sebagai anak mereka. 

Dimas menarik nafas. “Anak-anak akan baik-baik saja. Aku akan bicara dengan mereka bahwa mereka akan memiliki ibu baru yang lebih baik. Ibu yang akan mengajarkan mereka kehidupan yang lebih modern dan berpenampilan layak.”

Seketika mata Hayati terbelalak lebar. Wajahnya memerah, telinganya mencoba berdusta bahwa dia mendengar sesuatu yang salah dari suaminya itu. Sesuatu yang selama ini Hayati takutkan. Sesuatu yang Hayati tahu itu akan menghancurkan rumah tangganya.

Tergopoh Hayati berdiri dan berjalan perlahan mendekati Dimas. Suaminya itu berdiri mematung beberapa langkah dari pintu. Dimas menunggu reaksi Hayati. Walau semua sudah dia perkirakan dan walau Dimas tahu Hayati tidak akan bisa melakukan apa pun, mengatakan hal itu tetap saja membuat Dimas menduga-duga reaksi apa yang akan istrinya itu berikan.

Perlahan tangan Hayati terulur meraih lengan suaminya. Saat telapak tangannya nyaris menempel di kemeja biru langit Dimas, Hayati menyadari bahwa tangannya kotor karena baru saja membereskan kekacauan kue-kue di lantai. Hayati menurunkan tangannya perlahan.

Dia bisa melihat tangannya bergetar. Butiran bening hangat mengalir semakin deras di wajahnya. Beberapa rambutnya yang jatuh menutupi wajah, membuat keadaan Hayati menjadi terlihat sangat menyedihkan. Hatinya bergetar sama hebat. Rasa nyeri menyerang tepat di dalam sana dan membuatnya nyaris kehilangan kekuatan untuk menopang tubuhnya sendiri. Hayati memaksa lidah kelunya untuk mulai berbicara.

“Apa kau baru saja mengatakan  bahwa kau ingin menikah lagi?” Hayati bisa mendengar kesakitan dalam suaranya yang perlahan meluncur luruh runtuh.

Alih-alih berbelas kasihan, Dimas mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Dia mencoba menutupi kejahatannya dengan ekspresi arogansi.

“Ya. Aku perlu dukungan untuk masa depan karirku. Itu tidak bisa kau lakukan. Jadi harus ada orang lain yang melakukan. Lagi pula, aku ingin anak-anak tumbuh lebih baik. Lebih modern dan berpendidikan. Kau tidak akan bisa mengajarkan hal itu pada mereka. Jadi, bagus juga seseorang yang bisa membawa perubahan masuk ke dalam rumah kita untuk mengubah semuanya. Mungkin dia juga bisa mengajarkanmu menjadi wanita yang lumayan. Kalau kau tidak bisa mengimbangi keadaan, jangan salahkan aku kalau kau hanya akan berperan seperti pelayan di rumah ini.”

Bagaimana pun kesiapan hati Hayati menerima kejujuran Dimas, semua kata-kata suaminya itu terasa seperti pisau beracun yang dilemparkan. Hayati bahkan sudah tidak punya kata dan ekspresi untuk memperlihatkan rasa sakit di hatinya.

Ketika Dimas melangkah keluar pintu, Hayati jatuh bersimpuh di tengah ruangan. Dimas bahkan tidak menunggu sebentar sekedar untuk tahu bagaimana reaksi wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu. Sekuat tenaga dia menahan agar tidak ada teriakan yang keluar dari mulutnya. Telapak tangannya bertumpu ke lantai. Matanya berkedip cepat untuk membangun kesadaran penuh. Dadanya sesak dan sulit untuk bernafas.

Hayati tidak ingin pingsan. Tidak ada yang akan menolongnya jika itu terjadi. Dia tidak ingin memberi penjelasan pada para tetangga jika itu terjadi.

Dunianya hancur. Hayati tahu ini telah menjadi akhir dari pernikahan yang lebih dari sepuluh tahun sudah berusaha untuk dia pertahankan. Kenangan lama dan bayangan masa lalu berkilatan di kepalanya.

Itu adalah hari di mana dia dan Dimas disatukan dalam sebuah ikatan pernikahan. Setelah menjalin cinta selama tiga tahun, Dimas dan Hayati memutuskan untuk menikah. Sebuah keputtusan besar dan berani yang dilakukan oleh mereka di usianya.

Saat itu Dimas baru saja memutuskan untuk pindah keluar kota dan mulai sebuah pekerjaan yang lebih baik. Kehidupan desa dengan segala kemiskinannya sama sekali tidak menjanjikan sebuah masa depan.

Tanpa sebuah ikatan yang resmi, nyaris tidak mungkin orang tua Hayati mengijinkan mereka untuk pergi bersama. Karena itulah mereka memutuskan untuk menikah dan memulai kehidupan yang baru.

Ternyata impian tidak pernah seindah apa yang ada dalam impian. Kemiskinan membuat mereka saling mencintai. Namun setelah keadaan menjangkau apa yang menjadi harapan, cinta justru menjadi satu2nya hal yang hilang dari mereka.

Tangis Hayati semakin luluh lantah di antara perasaannya yang penuh luka. Dia beranjak menuju kamar. Photo pernikahannya dengan Dimas seolah tidak berarti lagi. Hanya satu yang Hayati sesali bahwa uang ternyata bukan tujuan bagi mereka.

Langkah-langkah kaki kecil terdengar di ruang depan. Hayati segera mengusap air matanya yang mengalir. Itu sudah pasti Vinara dan Arya. Mereka sudah kembali dari sekolah. Dan Hayati tidak ingin kedua buah hatinya melihat kesedihan yang sedang dia rasakan.

Hayati menarik nafas dan berharap itu akan membuatnya lebih tenang. Sesaat sebelum dia membuka pintu kamar, Hayati memeriksa wajahnya di cermin dan merapikan penampilannya yang berantakan. Berharap anak-anaknya tidak menemukan jejak apa pun dari kejadian yang ayah mereka lakukan. Dia merapikan rambut dan pakaiannya.

“Kalian sudah pulang?” sapa Hayati ketika sampai di ruang tengah.

Vinara berlari kecil menuju arah Hayati. “lihat, Bu. Aku membawa bunga kesukaan ibu. Tadi saat di jalan aku melihat bunga itu.”

Hayati melihat ke arah tangan kecil Vinara. Tatapannya menyipit. “Benarkah ibu menyukai bunga itu?”

Suasana berubah hening. Vinara dan Arya saling bertukar pandang.

“Apakah ibu tidak menyukai bunga itu? Kata Kakak, ibu pasti suka dengan bunga itu.” Vinara melemparkan pandangan mematikan pada Arya.

Sang Kakak yang tidak diberi kesempatan membela diri pun hanya bisa tersenyum. “Aku bilang ibu menyukai warna ungu. Bunga itu berwarna ungu, jadi ibu pasti menyukainya juga.”

Seketika Hayati menyadari apa maksud kedua buah hatinya. Bukan masalah apa yang mereka bawa pulang dan apa yang dia sukai. Hayati hanya mengerti bahwa kedua anaknya itu sangat mencintainya.

Kepingan di hati Hayati berubah menjadi kekuatan. Bukankah cinta mereka adalah alasan yang sangat layak untuk diperjuangkan. Jika Dimas tidak menginginkan dirinya sebagai istri, maka anak-anaknya tidak boleh menjadi korban dari keadaan. Air mata Hayati nyaris jatuh saat dia mendengar Vinara menepuk bahu Arya.

“Kakak bohong! Kakak harusnya bilang bahwa ibu menyukai warnanya dan bukan bunganya!” Vinara merajuk.

Hayati segera mengambil bunga ungu dari tangan Vinara.  “Ibu menyukai bunganya. Dan kakak benar kalau ibu memang menyukai semua hal yang berwarna ungu.”

Vinara menoleh ke arah Hayati begitu juga dengan Arya. Kedua bocah kecil berusia tujuh dan sembilan tahun itu pun tersenyum. Wajah mereka terlihat bangga karena merasa mereka melakukan sesuatu yang benar. Sesuatu yang ibunya sukai. Pertengkaran yang hampir meledak pun akhirnya diselesaikan.

“Ayo cepat, kalian ganti pakaian lalu berkemas. Siapkan beberapa baju dengan tas ransel kalian.” Hayati memberikan perintah sambil membalikkan badan. Dia yakin kali ini dia tidak akan mampu lagi menahan air matanya.

Vinara dan Arya lagi-lagi bertukar pandang. Keduanya seolah bertanya satu sama lain. Namun mereka tidak menemukan jawaban.

“Kita mau ke mana, Bu?’ Arya memberanikan diri bertanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Teraniaya, Kini Menjadi Kaya   Bagian Yang Tertinggal

    Daren mengangguk, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. "Ya, aku yakin. Saudara tiriku, yang baru saja kuketahui namanya adalah Bastian, punya sejarah panjang dengan Dimas. Mereka pernah bekerja sama di masa lalu, dan mereka berbagi ambisi yang sama untuk menguasai segala sesuatu yang mereka rasa berhak mereka dapatkan. Bastian tahu bahwa dengan bantuan Dimas dan Marina, dia bisa mempercepat upayanya untuk mengambil alih segalanya."Hayati merasa semakin tenggelam dalam kompleksitas situasi ini. "Jadi, itu sebabnya Dimas dan Marina begitu gigih mengejarku? Mereka hanya bagian dari rencana yang lebih besar?""Tepat sekali," jawab Daren. "Mereka mencoba menakut-nakutimu dan menciptakan kekacauan untuk melemahkanku, untuk membuatku tampak tidak kompeten dan tidak layak mengelola perusahaan. Jika mereka berhasil membuatku jatuh, Bastian akan lebih mudah mendapatkan apa yang dia inginkan."Hayati mengangguk, akhirnya mulai memahami betapa seriusnya keadaan ini. "Apa yang bisa ki

  • Istri yang Teraniaya, Kini Menjadi Kaya   Kembalinya Daren

    Daren tetap tenang, pandangannya tak tergoyahkan. "Aku tahu lebih dari yang kau kira, Dimas. Kau lupa, kita pernah bekerja di lingkaran yang sama. Aku tahu caramu berbisnis, bagaimana kau menyembunyikan aset, bagaimana kau menyuap orang-orang untuk menutup mata. Kau selalu berpikir kau di atas angin, tak tersentuh. Tapi kali ini, kau sudah salah perhitungan."Dimas mengerutkan kening, rasa percaya dirinya mulai terkikis. "Kau tak punya bukti," katanya, suaranya melemah.Daren mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, menelusuri beberapa file sebelum menampilkan layar pada Dimas. "Lihat sendiri. Transkrip percakapanmu dengan Marina, dokumen keuangan yang dimanipulasi, dan bukti pembayaran di bawah meja. Semua ini bisa aku serahkan ke pihak berwenang kapan saja."Wajah Dimas semakin memucat, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Marina, yang berdiri di sampingnya, mulai panik. Dia mencoba meraih ponsel Daren, tetapi Daren dengan cepat menarik tangannya kembali."Jangan mencoba merampa

  • Istri yang Teraniaya, Kini Menjadi Kaya   Membalikkan Boomerang

    Dimas menambahkan dengan senyum miring, "Kami hanya berharap kau bisa menerima kenyataan ini dengan anggun."Hayati menahan napasnya, mencoba menekan amarah yang mulai membara dalam dirinya. Dia tahu mereka berusaha meruntuhkannya, menghancurkan martabatnya di depan semua orang. Hayati bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukan.Marina yang melihat kelemahan Hayati merasa semakin senang. Sebuah senyum tipis muncul di wajahnya. Dia berjalan elegan menuju Hayati. Sambil lalu tangannya meraih sebuah gelas berisi minuman berwarna merah dari salah satu pelayan yang sedang berdiri di sekitarnya.Marina mendekat, langkahnya seolah menari di atas lantai yang dingin, sorot matanya penuh kebencian yang dingin. Tanpa berkata-kata, dia dengan anggun namun kejam menuangkan minuman merah itu ke gaun putih Hayati. Cairan dingin itu meresap dengan cepat, meninggalkan noda yang mencolok di atas kain putih yang sempurna. Gaun itu sekarang tampak seperti bekas medan perang—berantakan, kotor, dan basah k

  • Istri yang Teraniaya, Kini Menjadi Kaya   Pesta Peralihan

    Hayati menggenggam ponselnya erat, suaranya sedikit gemetar saat dia berbicara dengan Linda, pengacaranya yang sudah bertahun-tahun menangani semua urusan hukum keluarga dan bisnisnya."Linda, aku sudah memutuskan," Hayati memulai dengan tegas. "Aku ingin semua harta dan saham perusahaan dialihkan kepada Dimas. Aku lelah dengan semua ini. Aku hanya ingin hidup tenang bersama Arya dan Vinara."Di ujung telepon, Linda terdiam. Keputusan Hayati membuatnya tercengang. Dia tahu betapa pentingnya perusahaan ini bagi Hayati—itu bukan hanya soal bisnis, tapi juga simbol perjuangan dan kebebasan dari bayang-bayang pernikahan yang gagal. "Hayati, kau yakin? Ini bukan keputusan yang bisa diambil dengan mudah.""Ya, Linda. Aku yakin," Hayati menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan air mata yang menggenang di matanya. "Aku sudah lelah. Semuanya... terlalu berat untukku. Dimas dan Marina bisa mengambil semuanya, aku tak peduli lagi. Yang penting, aku bisa fokus pada Vinara."Meskipun memahami ke

  • Istri yang Teraniaya, Kini Menjadi Kaya   Mengambil Alih Perusahaan

    Anggara tidak segera membalas pesan Hayati, membuat kecemasan di hati Hayati semakin membuncah. Dia mencoba menenangkan dirinya, tetapi pikirannya terus berputar, memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Marina, wanita yang dulu dia anggap sahabat, kini menjadi ancaman terbesar dalam hidupnya.Saat itu, Vinara bergerak sedikit di ranjangnya, membuat Hayati langsung kembali fokus pada putrinya. "Bunda, kenapa Bunda terlihat sedih?" tanya Vinara dengan suara lirih, menyadari perubahan emosi ibunya.Hayati segera menghapus air matanya yang hampir jatuh. "Tidak, Sayang. Bunda hanya sedikit lelah. Kamu istirahat saja, ya. Bunda di sini."Namun, sebelum Hayati bisa kembali menenangkan dirinya, ponselnya bergetar lagi. Pesan dari Anggara masuk, dengan singkat namun menegangkan:‘Dia sedang mencari cara untuk menggugat hak kamu atas perusahaan. Kita harus bertindak cepat.’Hayati merasa darahnya mendidih. Bagaimana bisa Marina berani sejauh itu? Menggugat haknya yang sudah jelas dip

  • Istri yang Teraniaya, Kini Menjadi Kaya   Rencana Pengalihan Saham

    Hayati merasa hatinya tersentuh mendalam mendengar nama yang disebut oleh Vinara, meskipun dengan suara yang lemah. Dia merasakan tumpukan emosi yang sulit untuk dijelaskan. Selama ini, Dimas adalah nama yang penuh dengan rasa sakit dan kenangan pahit baginya, namun bagi Vinara, Dimas adalah ayahnya yang masih memiliki tempat di hatinya.Dengan lembut, Hayati merapatkan tubuhnya ke samping ranjang Vinara, menggenggam tangan putrinya yang lemah. “Sayang, Ayahmu sudah… sudah pergi ke kamar yang lain. Dia sedang beristirahat di sana. Tapi kamu tahu, dia mencintaimu, dan dia sangat bangga padamu,” ujarnya dengan suara bergetar, berusaha menahan air mata yang hampir tumpah.Vinara membuka matanya sedikit, meskipun kelopak matanya masih tampak berat. “Tapi… Bunda bilang… ayah…” Vinara tidak bisa melanjutkan, suaranya melemah kembali, terhenti oleh kelelahan dan rasa sakit.“Ya, Bunda tahu. Bunda tahu ada banyak hal yang sulit untuk dimengerti sekarang,” Hayati berusaha menjelaskan dengan le

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status