Home / Rumah Tangga / Istri yang Terpaksa Kau Nikahi / BAB 4 — PENGUJI KEHAMILAN

Share

BAB 4 — PENGUJI KEHAMILAN

last update Last Updated: 2022-08-12 00:25:29

Dua minggu kemudian.

Di tempat lain.

Seorang perempuan sedang terduduk lemas, bibirnya pucat dan terkatup rapat menahan rasa mual masih mendominasi. Pagi ini sudah terhitung empat kali ia mengunjungi kamar mandi, menumpahkan isi perutnya yang hanya berupa cairan. Sera, merasa aneh dengan tubuhnya beberapa hari terakhir. Terlebih, selepas malam yang suram itu.

Oh, tidak! Itu malam yang menjijikan baginya!

Tangan Sera kini meremas-remas pakaian yang ia gunakan. Berulang kali dirinya menggigit bibirnya sendiri sembari memijit kepalanya yang terasa pening. Apa benar dugaannya, jika ada sesuatu yang tumbuh dalam tubuhnya? Ia gelisah, sungguh. Sudah dua minggu perempuan itu menantikan periode haid yang seharusnya datang satu minggu yang lalu, tetapi sampai hari ini ia tak kunjung mendapatkannya.

"Aku harus bagaimana?" desahnya frustasi.

Daya kerja otaknya untuk berpikir tiba-tiba menurun. Seperti orang bodoh yang tidak tahu harus berbuat apa. Beberapa saat ia termenung, mengambil napas panjang saat rasa mual mulai menyerangnya lagi.

Lalu, dengan sekuat tenaga Sera bangkit berdiri. Kemudian, perempuan itu membawa langkah kakinya ke dalam sebuah ruangan, menghampiri sebuah kabinet kecil berwarna putih. Tangannya terulur mengambil sebuah benda pipih berwarna putih biru yang ia beli di apotek beberapa hari yang lalu.

Sejenak, ia terpejam sebelum melangkah kembali ke kamar mandi. Berharap dalam hati, semoga malam itu tak menjadikan hidupnya lebih buruk.

Perempuan bertubuh ramping itu lantas menuju kamar mandi, menampung urinnya pada sebuah wadah kecil. Setelahnya, ia mencelupkan benda yang ia ambil tadi selama beberapa detik sembari merapalkan doa-doa untuk menyelamatkan hidupnya dari malapetaka.

Namun, sayang. Semua doa yang ia ucapkan itu sia-sia. Mimpi buruk yang takutkan justru terjadi, ketika ia mendapati dua garis merah muncul dalam alat penguji kehamilan itu.

Mata dan bibirnya membulat sempurna. Bibir pucat yang tipis itu bergetar, tubuhnya menggigil dan pandangannya mulai berkabut. "Enggak mungkin! Ini enggak mungkin!"

Kalimat penyangkalan itu terus lolos dari bibirnya. Tetapi, itu tidak berguna karena tak bisa mengubah sebuah fakta. Ada sebuah kehidupan dalam perutnya yang masih rata!

Tanpa aba-aba, segelintir air telah lolos dari pelupuk mata. Meluncur bebas tanpa perintah.

"Kenapa kau harus tumbuh dalam tubuhku? Aku tidak sanggup jika harus menghidupi kita berdua kau, tahu?" ujarnya menatap kosong langit-langit di atas kepalanya.

Menikmati gemuruh dalam dada yang kian menggila. Sekarang, Sera harus melakukan apa? Siapa yang akan bertanggung jawab atas ini semua?

Hidupnya sudah sulit. Dia selalu dipandang sebelah mata, sekarang ia malah menambah masalah. Orang akan mencelanya habis-habisan. Mempermalukan dirinya karena mengandung tanpa suami.

Apalagi, semua orang mengenalnya bekerja di club malam.

Laki-laki itu telah menghancurkan hidupnya! Sudah puaskah ia sekarang? Entah di mana rimbanya pun, Sera tidak tahu. Pun, ia tidak mau menemuinya.

"Dasar laki-laki berengsek!" pekiknya histeris seraya memukul dirinya sendiri. Namun, itu tidak lama karena setelahnya terdengar bunyi bell apartemen miliknya.

Secepat kilat, Sera mengusap wajahnya, membersihkan jejak-jejak air yang mengalir deras di sana. Perempuan itu mematut dirinya di cermin sebentar. Memastikan bahwa wajahnya tak buruk saat menemui seseorang.

***

Ketika pintu terbuka, seorang laki-laki berstelan jas sudah berdiri di depan apartemennya. Orang itu berdiri tegap, membawa sebuah tas kulit yang terlihat mahal.

'Siapa dia?'

Pria yang membawa tas itu lantas menerbitkan senyum sekilas ke arahnya. Sebelumnya, Sera mengingat-ingat kembali apakah ia mengenalnya? Setahunya, ia sudah melunasi cicilan hutang yang harus dibayarkan bulan ini.

"Selamat pagi, Nona Sera," sapa laki-laki itu seraya menarik sudut bibirnya dengan ramah. Tunggu dulu, Dari mana pria itu tahu namanya? Benak Sera bahkan tak bisa mendapatkan jawabannya.

"Se-selamat pagi ... ada perlu apa, Sir?" tanya Sera dengan kalimat yang terbata-bata.

Lantas, orang itu mengulurkan tangannya untuk dijabat. "Saya William," ujarnya bersamaan saat Sera membalas jabat tangannya dengan ragu. Perempuan itu masih bertanya-tanya, siapa pria bernama William ini, dan apa kepentingan terhadap dirinya?

"Boleh saya masuk?" pinta William setelah Sera melepaskan jabat tangannya.

Sera segera mengangguk dan mempersilakan William untuk mengikuti langkahnya. "Silakan duduk, maaf tempat saya seadanya."

William hanya tersenyum sebagai jawaban memaklumi apa kata-kata Sera. Memang, tempat ini sama sekali tidak mirip dengan Apartemen. Lebih mirip dengan rumah susun. Lelaki itu mendudukan diri pada kursi kosong di depan Sera tanpa rasa ragu.

"Saya asisten pribadi Tuan Gamma. Beliau juga akan kemari, saat ini masih dalam perjalanan sebentar lagi pasti tiba."

Dahi Sera spontan berkerut. Siapa pria bernama Gamma? Sungguh laki-laki ini misterius baginya. "Maaf kalau aku bertanya lancang tapi aku tidak mengenal Anda. Apa sebelumnya kita pernah bertemu?"

"Kita baru sekali bertemu."

Sera hanya mengangguk saja. "Lalu ada perlu apa, sampai Anda menemuiku? Jika bicara tentang hutang, aku sudah membayarnya pada bank bulan ini."

"Ini bukan perkara hutang, Nona Sera. Tetapi, ini menyangkut nama baik Anda dan atasan saya," jawab pria itu lagi membuat Sera makin tidak paham.

"Memangnya siapa atasan Anda, Tuan, William?"

"Sudah saya katakan di awal, beliau adalah Tuan Gamma Pranadipta."

"Maaf, sebelumnya, tapi aku tidak pernah memiliki urusan dengan seseorang bernama Gamma Pranadipta."

Laki-laki itu tersenyum manis. "Setelah Tuan Gamma datang, saya yakin Anda mengingatnya dan tahu dengan jelas siapa atasan saya."

"William benar, kau pasti masih sangat mengingatku!" sahut sebuah suara berat yang menginterupsi pembicaraan mereka dari arah pintu masuk. Sera segera melemparkan pandangannya ke arah pintu. Namun, tatapannya berubah menjadi tajam saat tahu siapa pemilik suara berat itu.

"Kau?" Bahkan, Sera hampir berdiri melihat siapa yang masuk tanpa izin dalam rumahnya.

Seorang pria dengan setelan jas berwarna biru tua sedang berdiri angkuh di depan pintu dengan kedua tangan berada di saku celananya. Oh astaga! Laki-laki ini adalah orang yang tidak pernah ingin Sera temui!

Laki-laki yang tengah menghadirkan bencana besar dalam hidupnya.

“Mau apa kau datang ke sini?” Sera menghadiahi tatapan tajam kepada Gamma.

"Oh, baiklah, kalimat sapaan yang luar biasa. Apa kau tidak mau mempersilakan aku duduk, Nona Manis?"

ASTAGA!!! Batin Sera memaki keras-keras.

Pria ini benar-benar tidak tahu malu! Setelah apa yang ia perbuat malam itu, sekarang pria ini justru bersikap seakan-akan ia adalah orang yang istimewa? Cih! Tak Sudi!

Sera yang tidak ingin berurusan lebih lama dengan mereka, lantas menghela napas kasar. Bahkan, tangan perempuan itu sudah mengepal sempurna. "Cepat, katakan saja apa maksud kedatangan kalian!" katanya tanpa mempersilakan Gamma duduk.

Tidak ada jawaban dari William. Pria itu justru tersenyum dan membuka tasnya selepas itu mengeluarkan beberapa lembar kertas putih yang dipenuhi dengan barisan tinta yang diketik rapi. Sementara itu, Gamma yang tak mendapat sambutan baik dari Sera langsung duduk bergabung dengan William, mengabaikan tatapan membunuh dari perempuan itu.

"Anda tentu bertanya untuk apa kami datang ke sini. Ini bersangkutan dengan insiden yang terjadi antara Anda dengan Tuan Gamma dua minggu yang lalu di Nine Night Club."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Nova Vaw
gamma kamu mau punya baby
goodnovel comment avatar
Nova Vaw
terima ajah ampe anak itu lahir
goodnovel comment avatar
Meida Sitanggang
sudah salah harusnya lebih sopan sikit
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 286 — AKHIR YANG BAHAGIA

    “Apa yang membuat istriku ini melamun, hm?”Suara bariton itu membuyarkan lamunan Alisha. Bersamaan dengan kedua lengan kekar yang kini membelit tubuh rampignya dari arah belakang. Siapa lagi kalau bukan suaminya? Tentu hanya William, satu-satunya lelaki yang berada di rumah ini. Wanita itu hanya pasrah ketika pria itu menekan tubuhnya dan meletakkan kepala di ceruk leher jenjang miliknya. Bahkan Alisha tidak menolak sama sekali saat William mendekapnya begitu intim. Aroma susu yang menusuk indera penciuman sudah cukup memberikan informasi bahwa suaminya ini baru saja membersihkan diri. Ya, beberapa saat yang lalu mereka baru saja tiba di rumah setelah mengunjungi sang ibu mertua. Lexa masih belum bangun dari tidur siangnya. Membuat sepasang suami istri itu bebas melakukan apapun.“Coba katakan, apa yang sedang kau pikirkan hingga melamun begini? Ada sesuatu yang terjadi padamu?” tanya William lagi sebelum mengecup tengkuk istrinya dengan lembut.“Tidak, Will. Tidak ada yang terjadi

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 285 — PANGGIL SAJA DIA PAPA

    “Setelah sekian lama. Aku pikir, tidak akan pernah betemu lagi denganmu, Alisha.”Serra menolehkan kepala ke arah Alisha yang duduk di sebelahnya. Istri Gamma itu lebih dulu memulai pembicaraan setelah sekian lama saling bertukar geming dengan adik iparnya. Sejak mereka bertemu tadi hanya sebuah senyum yang mereka lemparkan satu sama lain. Lama tak bertemu, membuat mereka bingung apa yang harus diobrolkan selain bertukar sapa dan kabar, mungkin saja demikian.Dua menantu itu sedang menunggu di depan kamar Romana, membiarkan para putra Pranadipta menyelesaikan masalah yang terjadi. Tidak ingin ikut campur terlalu jauh dan memilih menunggu sembari mengamati buah hati mereka bermain kejar-kejaran. Padahal, baru beberapa detik yang lalu Sagara dan Lexa berkenalan, tak sampai hitungan menit mereka sudah dekat bagai tanpa sekat. Bahkan layaknya teman lama yang tak lama berjumpa. “Aku juga sempat berpikir begitu, Serra,” jawab Alisha setelah membuang napas panjang. Selanjutnya menguntai sen

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 284 — BERDAMAI DENGAN MASALAH

    “Siapa juga yang mau menyia-nyiakan wanita secantik istriku ini?”Sahutan dari William membuat tautan tubuh dua kaum hawa itu terlepas. Alisha langsung menyurut air matanya dan menyembunyikan wajahnya. Baru setelah semuanya terasa baik, wanita itu menoleh ke arah sumber suara. William sudah berdiri di ambang pintu bersama dengan Lexa yang sedang memegang sebuah cupcake di tangan kanannya. Entah sejak kapan mereka kembali dari dapur, Alisha hanya berharap William tidak mendengar semua kalimat yang dia ucapkan tadi. Tentu ia akan malu setengah mati.Pria itu lantas melanjutkan langkah kakinya, diikuti dengan Lexa yang sadar sang ayah lebih dulu pergi. Selanjutnya menggeser sebuah kursi yang terletak di samping nakas dan mendaratkan tubuhnya di sana.“Aku tidak akan bertindak bodoh seperti dulu,” sambungnya kemudian.“Kalau dia kembali seperti dulu lagi, laporkan padaku, Lisha! Aku yang akan maju memberinya pelajaran!” sahut Romana yang kini menoleh ke arah sang cucu. “Ah, rupanya dia be

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 283 — GET WELL SOON, GRANDMA!

    “Hai, Grandma!”Lengkingan suara itu berasal dari Lexa. Gadis itu kegirangan saat mengetahui dirinya akan menjenguk Romana. Sejak dari rumah tak henti-hentinya mengoceh tidak sabar bertemu Grandma-nya Uncle Painter—yang notabene adalah nenek kandungnya sendiri. Saking senangnya, anak itu pula yang memilihkan bingkisan untuk Romana. Dengan langkah kecilnya, Lexa berjalan menuju ranjang Romana, tempat dimana wanita paruh baya itu beristirahat, meninggalkan kedua orang tuanya yang mengekor di belakang. Tak lupa sebuah senyum tulus dari bibir mungilnya terbit lebih dulu. Tidak ada perasaan takut, meski baru pertama kali bertemu. “Hai, Manis!” sapa Romana usai mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Sedikit terkejut dengan kedatangan seorang anak perempuan yang begitu cantik. Namun, begitu menyadari William juga Alisha muncul di ambang pintu, wanita itu tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Sang Pencipta. Sebab pada akhirnya ia diijinkan untuk bertemu dengan cucu yang selama ini tak

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 282 — I MISS YOU SO MUCH, SON!

    Begitu pintu terbuka, pemandangan yang pertama kali dilihat oleh William adalah Romana yang sedang terbaring di atas ranjang. Dengan infuse cairan berwarna kuning yang terpasang di tangan kirinya. Dua matanya terpejam. Kantungnya begitu besar dan tampak menghitam. Entah sudah seberapa sering wanita paruh baya itu tidak mengistirahatkan diri. William hanya mendengar cerita dari Bi Sumi yang mengatakan bahwa Romana sulit tidur hingga harus diberikan obat agar mendapatkan waktu rehat yang cukup selama beberapa hari terakhir. Dokter telah mendiagnosa bahwa hipertensi Romana muncul karena kelelahan dan banyak pikiran. Seolah menyadari seseorang telah datang di kamar pribadinya, Romana perlahan membuka mata. Wanita itu hampir melompat karena terkejut mendapati putra bungsunya sudah berada di hadapan mata. Bahkan sampai terduduk dan hendak menyingkap selimut guna berjalan menyambut William.Sebesar itu rindunya terhadap putranya.“Jangan bangun dulu, Ibu belum sehat, kan,” tegur William ke

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 281 — KEINGINAN ANEH

    Alisha mengamati setiap detail rumah besar yang baru saja ia pijak ini. Setelah mendarat di tanah air, ia dengan keluarga kecilnya itu segera menuju bangunan mewah yang sempat ia tinggali selama beberapa bulan. Rumah pribadi milik William. Rumah yang menyimpan banyak cerita dan kenangan akan mereka. Mulai dari masa-masa perjodohan hingga mereka menikah. Rumah itu pula yang menjadi saksi bisu kisah cinta mereka.Baru berpijak di halaman rumah saja semua peristiwa yang terjadi bertahun-tahun silam langsung terputar. Peristiwa dimana William tidak mau membantunya menurunkan dan membawa koper. Juga peristiwa William membuang bekal makanan yang dibuat Alisha dengan susah payah. Ah, semua itu masih bisa mencubit hatinya.Alisha memang seperti ini. Terlalu melankolis hingga sulit melupakan hal-hal yang pernah terjadi padanya terutama kejadian buruk.“Biarkan saja kopernya, nanti biar aku dan Pak Man yang membawanya ke dalam.” William berkata demikian seraya membopong tubuh mungil putrinya ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status