Beranda / Rumah Tangga / Istri yang Terpaksa Kau Nikahi / BAB 6 — GUGURKAN JANIN ITU!

Share

BAB 6 — GUGURKAN JANIN ITU!

Penulis: Sinar Rembulan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-19 14:53:12

Gamma berdiri di depan sebuah kamar VIP rumah sakit dengan gelisah. Kedua tangannya masih berada pada saku celananya. Meski raut wajahnya masih tampak tenang dan datar, tak bisa dipungkiri saat ini Gamma sedang memikirkan banyak hal.

Sedangkan Sera masih tergeletak lemas di atas brankar rumah sakit dalam ruangan itu. Perempuan itu harus menjalani rawat inap selama beberapa hari sampai kondisinya pulih dan stabil.

Mau tidak mau Gamma harus menyetujui usulan dokter agar Sera beristirahat total. Lebih parahnya lagi sekarang ia sedang bersandiwara menjadi suami Serra.

Dokter sudah memanggilnya beberapa saat yang lalu dan memberitahunya kabar yang seharusnya membuatnya bahagia— jika saja ia sudah menikah. Tetapi kali ini tidak. Kabar itu justru membuatnya pusing tujuh keliling.

Gamma tidak tahu harus berkata apa lagi. Semua ketakutannya selama dua minggu ini benar-benar terjadi. Malam yang kalap itu menghadirkan sebuah janin yang kini berusia dua minggu dalam perut Sera.

Anaknya. Darah dagingnya, keturunan keluarga Pranadipta.

Berulang kali Gamma memijit pelipisnya. Kepalanya saat ini terasa mau pecah. Pikirannya berkecamuk pada banyak hal. Hal serupa juga dirasakan William yang tengah berdiri mendampingi Gamma.

"Dia hamil," gumam William yang tidak dijawab dengan reaksi apapun oleh Gamma. "Mau tidak mau kau harus bertanggung jawab, Gam."

Sementara Gamma mengacak rambutnya prustasi. "Menikah tanpa cinta kau pikir itu mudah? Lagipula aku sudah bilang padanya aku tidak mau bertanggung jawab atas malam itu."

"Sudah kukatakan kemarin, jika benar dia hamil jangan jadi pria pengecut," balas William lagi.

"Tapi untuk ini—"

"Yang aku tahu, seorang Gamma Pranadipta tidak pernah mundur melawan apapun! Kau harus menikahinya, Gamma."

Laki-laki itu belum menjawab. Hanya terdiam dan bersandar pada dinding berkelir biru muda di belakangnya. Jika benar dia harus menikah, apakah ia siap menjalani rumah tangga itu tanpa cinta?

Sementara William hanya berdiri dengan kedua tangan bersedekap. Tidak tahu lagi harus bagaimana ia menyelesaikan masalah bosnya itu. Kemarin,Gamma memang meminta William untuk memberikan kompensasi sebagai permintaan maaf kepada perempuan itu, Karena ia pikir memang kesalahan biasa yang tidak akan menimbulkan kekacauan.

Tetapi, sekarang, begitu tahu perempuan itu sedang mengandung, William tidak bisa memberikan solusi selain menikahi Sera.

Tak berapa lama kemudian, tiga orang perawat keluar dengan membawa peralatan medis yang sudah mereka gunakan. Lantas Gamma menggiring langkahnya ke ruang bangsal dimana perempuan itu beristirahat. Sementara William mengikuti langkah para suster menuju administrasi.

Saat Gamma menginjakkan kakinya di sana, penampakan Sera yang terkulai lemas adalah hal yang pertama kali dilihatnya. Perempuan itu tidur dengan posisi miring ke kanan, kedua matanya terpejam, dan dahinya berkerut. Satu tangan Sera gunakan untuk menahan perutnya yang terasa mual. Satu tangannya lagi ia gunakan sebagai alas tidur.

Meski begitu, Gamma tahu bahwa Sera masih sadar sepenuhnya.

"Kau perlu sesuatu?" tanya Gamma saat melihat perempuan itu membuka mata. Sepertinya ia menyadari kedatangan Gamma.

Bukannya menjawab Sera justru melemparkan sebuah pertanyaan tanpa menatap Gamma. "Kenapa kau membawaku ke sini?"

Gamma lalu melangkah mendekati Serra dan Berdiri di samping kanan ranjang perempuan itu. "Tak penting. Tugasmu hanyalah beristirahat."

Namun, saat Gamma sudah berada di hadapan Sera, perempuan itu justru mengangkat tangan dan mengibaskannya pelan. "Menjauhlah, kau membuatku mual," perintah perempuan itu.

Dahi Gamma spontan mengkerut. "Apa maksudmu?" Pria itu kemudian memastikan dirinya sendiri barang kali ada sesuatu yang salah dengannya.

"Bau parfummu membuatku mual," jelas Sera lagi dengan nada yang malas.

Helaan napas kasar keluar dari bibir pria itu. Memangnya bisa begitu? Perempuan hamil selalu ada-ada saja. Gamma lantas menarik kursi di samping Sera dan duduk di sana. Menghiraukan perintah perempuan itu untuk menjauh.

"Setelah ini apa yang akan kau lakukan?" tanya Gamma dengan nada datarnya membuat Sera menatap serius laki-laki di sampingnya.

Perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya. "Memangnya aku harus apa?"

"Seperti yang aku katakan tadi. Aku tidak akan bertanggung jawab atas kehamilanmu itu." Jawaban Gamma mengundang tawa sumbang dari Sera.

"Dan seperti yang aku katakan, aku tidak akan meminta pertanggungjawabanmu!" jawab Sera tak kalah ketus.

Dengan rahang yang masih mengeras, Gamma kembali memuntahkan kalimatnya. "Tapi anak itu hanya akan mempersulit hidupmu!"

Sejurus kemudian, Sera menatap laki-laki yang kini duduk di depannya. Ia akui Gamma adalah sosok pria tampan idaman para wanita. Namun, sayangnya, tindakan yang dilakukan Gamma justru membuat perspektif Sera menjadi berbeda. Tidak ada kekaguman, tidak ada simpati terhadap pria itu. "Lalu? Kau mau aku melakukan apalagi? Sudah kubilang, kau bisa hidup dengan tenang. Biar aku yang mengurus anak ini, aku tidak minta apapun darimu!"

Gamma menghela napasnya kembali. Pria itu lantas mengarahkan pandangannya kepada Sera. Mengamati setiap inci wajah perempuan itu dengan seksama. Lalu setelahnya pria itu berkata, "Gugurkan anak itu!"

Mendengar itu, Mata dan bibir Sera membulat sempurna. Tidak percaya jika Gamma memintanya melakukan hal sekejam itu. Ia memang tidak menginginkan janin itu hadir dalam hidupnya, tetapi bukan berarti ia menjadi seorang pembunuh. Melenyapkan nyawa yang tumbuh tak bersalah.

Sera meremas selimut yang digunakan untuk menutupi tubuhnya. Sungguh ia geram dengan orang-orang seperti Gamma. Menghalalkan segala cara agar namanya terlihat bersih.

"Aku tidak tahu bagaimana ibumu mendidikmu. Tetapi, aku tidak akan pernah menjadi seorang pembunuh, apalagi melenyapkan nyawa anakku sendiri."

"Jangan membawa nama ibuku! Ini masalah antara kau dan aku!" tegas Gamma dengan rahang yang semakin mengetat.

Sera lantas tersenyum miring. "Dengar juga, Tuan Gamma! Aku memang tidak menginginkan anak ini hadir dalam hidupku. Tapi sampai kapan pun aku tidak akan melenyapkan anak ini!"

Di sisi lain, Gamma tidak ingin kalah. Pria itu masih bersikukuh dengan keinginannya. "Kuberi tahu, dia akan membuat hidupmu semakin menderita. Jadi, lebih baik kau gugurkan anak itu, dan masalah antara kita selesai."

Kedua alis Sera kembali bertaut. apakah pria itu tidak berpikir kalau dengan mengugurkan anak ini, masalah tidak akan selesai begitu saja? Bukankah Gamma adalah pria yang berpendidikan?

"Jika kau takut suatu hari nanti anak ini akan mencarimu, kau salah! Aku tidak akan pernah memberi tahu siapa ayahnya. Dia pasti malu kalau tahu ayahnya adalah seorang pengecut!" sentak Sera membuat Gamma melebarkan matanya. Kedua tangan pria itu mengepal sempurna.

"Gugurkan anak itu atau—"

Secepat kilat Sera menggelengkan kepalanya."Tidak! Silakan pergi kalau kau ke sini hanya menyuruhku melenyapkan anak ini!" perintah Sera dengan nada datarnya.

Gamma kembali memejamkan matanya sesaat. "Jadi, kau tetap tidak mau mengugurkan anak itu?"

Raut wajah Sera berubah menjadi dingin, tak gentar dengan sosok Gamma terlihat menakutkan. Perempuan itu memperlihatkan kilatan amarah di kedua bola matanya, lalu dengan sangat tegas menjawab, "Ya! Biar kuurus anak ini sendiri! Kau tidak perlu repot-repot peduli atau khawatir aku akan menuntutmu masalah ini. Jadi pergilah!"

Gamma menuruti perintah Sera. Pria itu bangkit berdiri lalu berjalan menuju ke luar ruangan. Namun, ayunan kakinya terhenti ketika ia berada di ambang pintu. Lelaki itu diam, selanjutnya berkata, "Kalau begitu, kita menikah minggu depan."

Sinar Rembulan

Hai, guys. Ini adalah novel pertama saya, semoga suka ya! Jangan lupa Vote and comment. Sincerely, Sinar Rembulan 🤍

| 99+
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (131)
goodnovel comment avatar
Nazmah Nay
ceritanya aku suka
goodnovel comment avatar
Indrawati
bagus ceritanta
goodnovel comment avatar
حسن الخاتمة خاتم
Suka ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 286 — AKHIR YANG BAHAGIA

    “Apa yang membuat istriku ini melamun, hm?”Suara bariton itu membuyarkan lamunan Alisha. Bersamaan dengan kedua lengan kekar yang kini membelit tubuh rampignya dari arah belakang. Siapa lagi kalau bukan suaminya? Tentu hanya William, satu-satunya lelaki yang berada di rumah ini. Wanita itu hanya pasrah ketika pria itu menekan tubuhnya dan meletakkan kepala di ceruk leher jenjang miliknya. Bahkan Alisha tidak menolak sama sekali saat William mendekapnya begitu intim. Aroma susu yang menusuk indera penciuman sudah cukup memberikan informasi bahwa suaminya ini baru saja membersihkan diri. Ya, beberapa saat yang lalu mereka baru saja tiba di rumah setelah mengunjungi sang ibu mertua. Lexa masih belum bangun dari tidur siangnya. Membuat sepasang suami istri itu bebas melakukan apapun.“Coba katakan, apa yang sedang kau pikirkan hingga melamun begini? Ada sesuatu yang terjadi padamu?” tanya William lagi sebelum mengecup tengkuk istrinya dengan lembut.“Tidak, Will. Tidak ada yang terjadi

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 285 — PANGGIL SAJA DIA PAPA

    “Setelah sekian lama. Aku pikir, tidak akan pernah betemu lagi denganmu, Alisha.”Serra menolehkan kepala ke arah Alisha yang duduk di sebelahnya. Istri Gamma itu lebih dulu memulai pembicaraan setelah sekian lama saling bertukar geming dengan adik iparnya. Sejak mereka bertemu tadi hanya sebuah senyum yang mereka lemparkan satu sama lain. Lama tak bertemu, membuat mereka bingung apa yang harus diobrolkan selain bertukar sapa dan kabar, mungkin saja demikian.Dua menantu itu sedang menunggu di depan kamar Romana, membiarkan para putra Pranadipta menyelesaikan masalah yang terjadi. Tidak ingin ikut campur terlalu jauh dan memilih menunggu sembari mengamati buah hati mereka bermain kejar-kejaran. Padahal, baru beberapa detik yang lalu Sagara dan Lexa berkenalan, tak sampai hitungan menit mereka sudah dekat bagai tanpa sekat. Bahkan layaknya teman lama yang tak lama berjumpa. “Aku juga sempat berpikir begitu, Serra,” jawab Alisha setelah membuang napas panjang. Selanjutnya menguntai sen

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 284 — BERDAMAI DENGAN MASALAH

    “Siapa juga yang mau menyia-nyiakan wanita secantik istriku ini?”Sahutan dari William membuat tautan tubuh dua kaum hawa itu terlepas. Alisha langsung menyurut air matanya dan menyembunyikan wajahnya. Baru setelah semuanya terasa baik, wanita itu menoleh ke arah sumber suara. William sudah berdiri di ambang pintu bersama dengan Lexa yang sedang memegang sebuah cupcake di tangan kanannya. Entah sejak kapan mereka kembali dari dapur, Alisha hanya berharap William tidak mendengar semua kalimat yang dia ucapkan tadi. Tentu ia akan malu setengah mati.Pria itu lantas melanjutkan langkah kakinya, diikuti dengan Lexa yang sadar sang ayah lebih dulu pergi. Selanjutnya menggeser sebuah kursi yang terletak di samping nakas dan mendaratkan tubuhnya di sana.“Aku tidak akan bertindak bodoh seperti dulu,” sambungnya kemudian.“Kalau dia kembali seperti dulu lagi, laporkan padaku, Lisha! Aku yang akan maju memberinya pelajaran!” sahut Romana yang kini menoleh ke arah sang cucu. “Ah, rupanya dia be

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 283 — GET WELL SOON, GRANDMA!

    “Hai, Grandma!”Lengkingan suara itu berasal dari Lexa. Gadis itu kegirangan saat mengetahui dirinya akan menjenguk Romana. Sejak dari rumah tak henti-hentinya mengoceh tidak sabar bertemu Grandma-nya Uncle Painter—yang notabene adalah nenek kandungnya sendiri. Saking senangnya, anak itu pula yang memilihkan bingkisan untuk Romana. Dengan langkah kecilnya, Lexa berjalan menuju ranjang Romana, tempat dimana wanita paruh baya itu beristirahat, meninggalkan kedua orang tuanya yang mengekor di belakang. Tak lupa sebuah senyum tulus dari bibir mungilnya terbit lebih dulu. Tidak ada perasaan takut, meski baru pertama kali bertemu. “Hai, Manis!” sapa Romana usai mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Sedikit terkejut dengan kedatangan seorang anak perempuan yang begitu cantik. Namun, begitu menyadari William juga Alisha muncul di ambang pintu, wanita itu tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Sang Pencipta. Sebab pada akhirnya ia diijinkan untuk bertemu dengan cucu yang selama ini tak

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 282 — I MISS YOU SO MUCH, SON!

    Begitu pintu terbuka, pemandangan yang pertama kali dilihat oleh William adalah Romana yang sedang terbaring di atas ranjang. Dengan infuse cairan berwarna kuning yang terpasang di tangan kirinya. Dua matanya terpejam. Kantungnya begitu besar dan tampak menghitam. Entah sudah seberapa sering wanita paruh baya itu tidak mengistirahatkan diri. William hanya mendengar cerita dari Bi Sumi yang mengatakan bahwa Romana sulit tidur hingga harus diberikan obat agar mendapatkan waktu rehat yang cukup selama beberapa hari terakhir. Dokter telah mendiagnosa bahwa hipertensi Romana muncul karena kelelahan dan banyak pikiran. Seolah menyadari seseorang telah datang di kamar pribadinya, Romana perlahan membuka mata. Wanita itu hampir melompat karena terkejut mendapati putra bungsunya sudah berada di hadapan mata. Bahkan sampai terduduk dan hendak menyingkap selimut guna berjalan menyambut William.Sebesar itu rindunya terhadap putranya.“Jangan bangun dulu, Ibu belum sehat, kan,” tegur William ke

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 281 — KEINGINAN ANEH

    Alisha mengamati setiap detail rumah besar yang baru saja ia pijak ini. Setelah mendarat di tanah air, ia dengan keluarga kecilnya itu segera menuju bangunan mewah yang sempat ia tinggali selama beberapa bulan. Rumah pribadi milik William. Rumah yang menyimpan banyak cerita dan kenangan akan mereka. Mulai dari masa-masa perjodohan hingga mereka menikah. Rumah itu pula yang menjadi saksi bisu kisah cinta mereka.Baru berpijak di halaman rumah saja semua peristiwa yang terjadi bertahun-tahun silam langsung terputar. Peristiwa dimana William tidak mau membantunya menurunkan dan membawa koper. Juga peristiwa William membuang bekal makanan yang dibuat Alisha dengan susah payah. Ah, semua itu masih bisa mencubit hatinya.Alisha memang seperti ini. Terlalu melankolis hingga sulit melupakan hal-hal yang pernah terjadi padanya terutama kejadian buruk.“Biarkan saja kopernya, nanti biar aku dan Pak Man yang membawanya ke dalam.” William berkata demikian seraya membopong tubuh mungil putrinya ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status