Share

Istriku Bar-Bar
Istriku Bar-Bar
Penulis: Mama Lana

Membuat Ulah

Airin meninggalkan kediaman Andreas dengan rasa kesal yang teramat sangat. Bagaimana mungkin ia di lupakan begitu saja saat kedua pasangan sejoli itu telah berdamai. Bahkan ia di usir oleh Roy dan tidak di ijinkan menemui Elisa untuk sementara waktu.

'Kita ingin menghabiskan waktu berdua.'

'Kita ingin melepas rindu.' Atau apalah bahasa orang yang tengah kasmaran, yang kadang membuatnya bingung sendiri.

 Gadis itu terus melangkah hingga ia mendapatkan sebuah taksi yang akan membawanya pergi dari tempat tersebut.

"Jalan, Pak!"

"Baik, Nona." Taksi melaju dengan kecepatan sedang melewati jalanan kota siang ini. Di luar udara semakin panas. Lalu lalang suara kendaraan semakin membuat hiruk-pikuk jalanan.

'Ah, andai saja ia juga punya kekasih, mungkin hidupnya tidak akan sehampa ini.' Tiba-tiba saja ia terkikik geli sendiri, membayangkan apa yang baru saja ia ucapkan dalam hati.

Bagaimana bisa ia punya kekasih. Sifatnya yang bar-bar dan sedikit urakan kerap kali membuat lelaki langsung ilfell dan memilih menjauhinya. Padahal ia juga tak kalah cantik jika di banding dengan Elisa. Bedanya ia memang tidak pernah mengenal sama sekali apa itu make up.

Sudahlah. Toh semua orang punya takdirnya masing-masing. Sekarang ia hanya tinggal menjalani apa yang sudah di gariskan Sang Pencipta.

Airin memandang ke luar jendela, menikmati sekali lagi suasana bising yang keluar dari beberapa kendaraan. Sebenarnya gadis itu masih enggan pulang ke rumah. Tapi, jika ia tidak pulang, akan kemana ia hari ini.

'Apa aku ke cafe milik Nana saja.' 

Gadis itu tersenyum, lalu melirik ke arah supir taksi yang terlihat masih serius menatap jalanan di depan sana.

"Pak. Kita putar arah ya?" ucap Airin pada pria paruh baya itu.

"Lho, memangnya kenapa, Nona? Bukannya sebentar lagi kita hampir sampai?" tanya pria itu dengan wajah bingung.

"Putar arah saja, Pak. Kita ke cafe XX ya?"

"Baik, Nona." 

Akhirnya pria itu memutar arah laju kendaraan menuju alamat yang di tunjuk Airin tadi. Namun saat di persimpangan jalan, Airin merasa mobil kian melambat, dan berjalan dengan perlahan.

"Ada apa, Pak?" tanya gadis itu penasaran. Airin mengira jika taksi yang ia tumpangi tengah terjadi kerusakan, hingga berjalan perlahan seperti ini.

"Di depan ada keributan, Nona?" Supir taksi tadi menunjuk ke arah depan. Di sana terlihat seorang ibu muda tengah memperebutkan sesuatu dengan dua orang pria. Nampaknya ibu itu baru saja pulang berbelanja dari pasar, terlihat dari dua kantong hitam besar yang ada di kedua tangannya. Sedang dua pria tadi seperti orang jahat yang hendak mengambil barang milik ibu itu.

Airin melirik sekitar. Suasana memang sedikit sepi. Pantas saja jika dua pria tadi dengan berani melancarkan aksinya.

"Ayo kita tolong, Pak," ajak Airin tiba-tiba. Gadis itu sudah menyentuh pintu dan bersiap untuk keluar. 

"Jangan, Nona. Ini sangat berbahaya!" cegah sang supir. Pria itu hanya tidak ingin membahayakan keselamatan penumpangnya sendiri.

"Tapi, Pak. Apa kita akan diam saja melihat kejadian seperti itu di depan mata?" ucapnya gusar. Airin jelas sekali melihat ibu muda itu sudah mulai kewalahan menghadapi dua penjahat yang akan mengambil barang berharganya.

"Sebaiknya kita lapor polisi saja, Nona. Biar mereka yang mengurus." Pak Supir meraih handphone miliknya, namun belum sempat tersambung, gadis itu sudah lebih dulu membuka pintu mobil dan bergerak ke arah dua pria tadi.

"Nona. Anda mau kemana!" Pak Supir berteriak mencegah. Sebelum gadis itu benar-benar ikut campur dan akan membahayakan dirinya sendiri.

'Dasar keras kepala!' Pak Supir memaki sendiri. Menyayangkan sikap gadis itu yang sangat buru-buru.

"Hei. Lepas!" teriakan Airin membuat dua pria tadi langsung menoleh ke arahnya. Dua pria berbadan besar yang tengah mencoba merampas tas yang di bawa oleh ibu muda tadi hanya menatap gadis itu dengan senyum mengejek, "Kau siapa!"

"Lepaskan dia! Dasar, tidak tahu malu!"

"Jangan ikut campur!" teriak salah satu dari mereka. Wajahnya yang garang semakin terlihat menakutkan.

"Pergi kalian! Atau,.....?" Airin melirik sekitar. Melihat keaadan yang lumayan sepi. Bahkan tidak ada satu orangpun yang tengah melintas, kecuali supir taksi yang sengaja ia tinggalkan di dalam sana.

"Atau apa? Kau ingin berteriak? Hahahah.....!" Tawa kedua pria itu terlihat mengerikan. Apalagi sekarang matanya menatap ke arah Airin dengan pandangan yang lapar.

"Polisi akan segera datang. Jadi, cepat kalian pergi!" Gertakan Airin ternyata tidak menbuat para pria itu takut, tapi malah semakin terbahak menyaksikan pemandangan didepannya.

"Kau.... lumayan cantik," ucap salah satu pria itu sembari mendekatinya.

Airin beringsut mundur, mencari posisi aman untuk mengambil langkah selanjutnya.

'Aku harus lebih waspada jika tidak ingin kejadian waktu itu terulang lagi.'

Airin membatin. Mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Saat dirinya hampir di rampok dan di lecehkan di dalam taksi.

"Bagaimana kalau kita bersenang-senang saja?" Pria tadi semakin mendekat dan mengikis jarak antara dirinya. Membuat wajah Airin terlihat memucat, mengingat kembali kejadian waktu itu. Kejadian yang hampir saja membuatnya menyesal seumur hidup.

Akhhh, pria itu benar. Harusnya aku tidak terlalu terburu-buru. Harusnya aku menunggu sampai polisi datang. Kalau sudah seperti ini, bagaimana? 

Tidak! Jika ia menunggu lebih lama lagi, mungkin dua penjahat tadi sudah melukai ibu muda itu. Ia harus berani. Harus!

Airin mengepalkan kedua tangannya. Ia sudah bertekad, apapun yang terjadi nantinya, ia tetap akan mencoba menolong perempuan tadi.

Bugh....!

Akhhhh....!

Satu tendangan sudah mendarat tepat mengenai perut pria itu, seketika membuatnya meringis dan menggeretak gigi-giginya.

"Kurang ajar! Gadis tak tahu diri!" Memaki penuh kesal. Pria bertubuh besar itu kembali melangkah ke arah Airin, dan....

Bughhhh....!

Airin kembali menghujaninya dengan pukulan bertubi-tubi, hingga tubuh pria itu tersungkur ke tanah dengan luka di beberapa bagian tubuhnya.

"Ayo maju, kau mau ku hajar lagi!" Gadis itu masih siaga dalam posisinya, waspada jika pria itu nantinya bangkit lagi dan menyerang.

"Hei, bangun. Sialan! Dasar pengecut!" teriak Airin sekali lagi. Namun pria itu masih terkapar kepayahan di atas tanah.

"Baru beberapa pukulan saja sudah kalah. Dasar ban***!" Kali ini Airin merasa sudah menang dan di awang-awang. Ternyata ilmu bela dirinya dapat di gunakan saat keadaan terdesak seperti ini.

Gadis itu tidak sadar jika masih ada satu pria lagi yang belum ia lumpuhkan. Pria yang sejak tadi hanya menonton keduanya berkelahi sembari memperhatikan keaadan sekitar. 

Dan benar saja, saat Airin lengah tiba-tiba saja dari arah belakang satu pukulan mendarat di tengkuk gadis itu.

Akhhhh....!

Gadis itu meringis, merasakan nyeri yang amat sangat di bagian belakang kepala.

"Kurang ajar!"

Bukan hanya sekali, pria itu kembali memberi tendangan ke arah kaki dan perut gadis itu, hingga membuatnya benar-benar tak berdaya.

"Jangan sentuh aku, sia****!" Airin menepis tangan pria itu yang hendak menyentuh wajahnya. Sebisa mungkin ia ingin kabur dan menyelamatkan diri, namun...

Ahkkkk! Gadis itu menatap ke arah taksi yang tadi ia tumpangi. Berharap Pak Supir turun dan mau membantunya.

 kemana lelaki itu!

"Hahaha... mau kemana kau!"

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Adisty Aprilia Hikmah
seru sekali ceritanya
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
masih bab aqal sudah seru
goodnovel comment avatar
Afnasya
Airin berani betul dia, hahahahahaha lanjuuuuttttt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status