Share

Hasrat Terpendam

Beberapa saat mereka kembali pada tempat tidur masing-masing. Disofa itu Bram masih saja tidak bisa memejamkan matanya walaupun dirinya telah berupaya untuk memejamkan matanya tetapi bayangan kemolekan tubuh Dina membuat jantungnya masih saja berdetak kencang.

Sedangkan Dina yang berada ditempat tidurnya juga merasakan hal yang sama. Dirinya tidak bisa memejamkan matanya, dirinya tidak menyangka sama sekali Bram melakukan hal ini kepadanya. Dalam sepuluh tahun ini Bram sangat dingin dan selalu menghindari dirinya.

Dina sangat terkejut dengan perubahan yang terjadi pada Bram dan Dina masih merasakan saat-saat bibir Bram melumat bibirnya,  karena Bram tidak pernah sekalipun melakukan hal itu padanya selama masa pernikahan mereka.

Dina juga masih memikirkan, kira-kira hal apakah yang membuat perubahan drastis pada diri Bram. Ketika Dina masih terus memikirkan hal itu, tiba-tiba Bram telah duduk di pinggir tempat tidurnya dan Dina terkejut dengan apa yang dilihatnya.

“Din... maafkan atas segala kesalahanku pada mu,” Bram mengatakan pada Dina dengan posisi duduk persis disamping tempat tidurnya.

Dimana posisi Dina saat itu tidur menyamping ke arah Bram duduk dan tidak bergeming sama sekali dari posisi tidurnya. Dirinya hanya mendengarkan apa yang di ucapkan Bram.

“Aku tidak seharusnya menyiksa batin mu dan berlaku tidak adil pada mu,” kembali Bram berkata dan masih dengan posisi duduk disisi tempat tidur Dina.

Saat itu Dina tidak tahu harus berbuat apa. Dan Dina tidak tahu apa yang sebenarnya Bram maksudkan. Karena bagi Dina selama ini tidak ada kesalahan Bram padanya. Saat ini detak jantung Dina berdetak lebih kencang, ketika tangan Bram mengambil tangannya.

Hal itu yang membuat Dina akhirnya duduk di atas tempat tidurnya dan saling berhadapan satu sama lain. Dina melihat kearah mata Bram, dilihat matanya Bram mengatakan hal itu dengan tulus padanya. Hingga membuat hatinya berdebar. Terlebih ketika tangan Bram mulai membelai lembut rambut dan wajah Dina. Detak jantung Dina pun semakin kencang.

Tiba-tiba Bram memeluk tubuh Dina dengan sangat erat. Dalam pelukan itu Bram mengatakan, kalau dirinya pernah melihat Dina melepaskan hasratnya sendirian di kamar mandi sehingga hal itu yang membuat Bram merasa bersalah dan terpukul hatinya. Kembali Bram mengatakan kata maaf di telinga Dina dengan masih memeluk erat tubuh Dina.

Seketika merah padam wajah Dina menahan malu. Dirinya tidak bisa mengatakan apapun. Ingin rasanya Dina berlari dari sana untuk menutupi rasa malunya. Karena dirinya tidak pernah menyangka, kalau Bram melihat kegilaannya di kamar mandi kala itu.

Dalam pelukan Bram saat itu, Dina hanya mendengar kata-kata Bram yang dibisikkan ke telinganya hingga membuat hasrat kesendiriannya selama ini kembali bergelora mengalahkan rasa malu dihatinya.

“Dina izinkan aku memberikan kepuasan hasrat itu malam ini,” Bram membisikkan kata-kata itu di telinga Dina.

“Mas Bram ,” sahut Dina lirih sambil melepaskan pelukan Bram.

Belum sempat Dina mengatakan sesuatu pada Bram. Bram telah mencium bibir Dina dengan lembut, serta telah menanggalkan pakaian tidur Dina yang  tipis sambil sesekali menciumi setiap bagian tubuh Dina. Yang dirasakan Dina saat itu adalah kepasrahan dirinya untuk menerima kenikmatan yang telah dijanjikan oleh Bram malam ini.

Akhirnya merekapun telah melepaskan seluruh pakaian yang telah menutupi tubuh mereka. Dengan kondisi kamar yang masih terang , jelas terlihat bentuk tubuh Dina yang putih mulus dengan area sensitifnya terlihat mulus tanpa ada rambut pada area itu. jelas sekali Dina sangat menjaga kebersihan area sensitifnya, pikir Bram ketika melihat pemandangan yang mengiurkan itu.

Dengan lembut Bram menciumi seluruh lekuk tubuh Dina hingga Akhirnya Bram melihat dengan jelas daging kecil kemerahan yang berada di tengah area sensitif Dina. Daging kecil kemerahan itulah yang dilihatnya waktu Dina melakukan hasratnya dikamar mandi.

Saat ini Bram dengan jelas dapat melihat daging kecil yang tumbuh di tengah area sensitif itu berwarna agak kemerahan, dan hal itu yang membuat dirinya tidak bisa menghalau pikirannya pada Dina beberapa hari lalu.

Diawali dengan lumatan lembut pada daerah sensitif itu hingga hasrat yang sudah lama dipendamnya untuk melumat seluruh daging kecil kemerahan di area senstif itu. Bram membuka area sensistif itu dengan jemarinya, agar Bram bisa melihat dengan jelas area yang akan menjadi sesarannya.

Hisapan hasratnya yang kuat pada daging kecil kemerahan yang ada di tengah area sensitif itu membuat Dina semakin membuka belahan lebar kakinya untuk bisa memberikan keleluasaan pada Bram dalam melakukan hasratnya.

Sesaat Dina seakan terbang melayang di angkasa. Sesekali terdengar desahan dan kata-kata Dina yang di dengar Bram, hingga membuat Bram semakin menggila. Dan kata-kata inilah yang membuat hasrat Bram semakin menggila.

“Mas Bram, terusss jangan dilepas,” kata Dina sambil mengoyangkan bokongnya kekanan, kekiri dan terkadang dengan mengangkat dan menurunkan bokongnya.

Semakin lama Dina merasakan kenikmatan yang teramat sangat, hingga tanpa disadarinya dalam desahannya dia meminta Bram melakukan kenikmatan itu untuk terus berlanjut.

“Eeenak Mas... Eeenaak sekali itu mas... ,” sesekali Dina menekan dengan lembut kepala Bram untuk masuk lebih dalam lagi ke area sensitifnya.

Beberapa kali Dina melakukan gerakan pada bokongnya ke atas dan ke bawah karena rasa nikmat yang luar biasa. Kepala Bram pun mengikuti arah dari bokong Dina yang naik dan turun. Sampai akhirnya, Bram memeluk dan membalikkan posisi tubuh Dina, yang awalnya berada dibawahnya sekarang telah berada diatas tubuhnya.

Dengan lembut Bram memegang bokong Dina dan mengarahkan bokong Dina untuk lebih dekat mengarah ke bibir Bram yang telah menunggu untuk melumat kembali area sensiif Dina dengan posisi yang berbeda.

Kali ini Dina dengan kaki bersimpuh tengah menjejali bibir dan mulut Bram dengan daging kecil kemerahan yang berada di tengah area sensitif miliknya. Saat ini yang dilakukan Dina atas kenikmatan yang dirasakannya hanya dengan mengoyangkan bokongnya.

Sesekali Dina mengangkat dan menurunkan bokongnya, agar seluruh area sesitifnya mengenai mulut dan lidah Bram yang selalu melakukan jilatan serta hisapan yang terus menerus. Dan tidak henti-hentinya daging kemerahan itu terus berada  dalam lumatan Bram. Hingga membuat Dina meronta-ronta akan kenikmatannya.

Akhirnya cairan kenikmatan Dina membasahi mulut Bram. Baru kali ini Bram merasakan rasa cairan kenikmatan itu yang terasa agak asin. Karena belum pernah sekalipun Bram merasakan hal itu.

Dina merasakan malu yang teramat sangat ketika cairan itu lepas seketika tanpa bisa ditahannya dan dalam keadaan daging kemerahan miliknya masih berada dalam mulut Bram. Hingga Dina pun berkata pada Bram.

“Maafkan aku mas.... aku tidak bisa menahan rasa enak dan nikmat itu,” dengan polosnya Dina mengatakan hal itu.

Hal itu adalah suatu kepuasan bagi seorang lelaki manapun ketika seorang wanita tidak bisa menahan cairan kepuasan hasratnya terlebih dulu keluar disaat permainan belum selesai. Hingga hal itu membuat hasrat Bram menjadi-jadi.

Pikir Bram saat itu adalah menuntaskan rasa bersalahnya selama sepuluh tahun pada Dina yang selama ini tidak pernah merasakan sensasi sesungguhnya dengan memberikan kepuasaan yang berulang-ulang.

Itulah yang dipikirkan oleh Bram dan hasratnya memuncak ketika memikirkan hal ini. Bram pun meminta Dina agar tetap berada di atas kepalanya.

“Dina.... aku ingin menikmati cairan kepuasan mu sekali lagi,” ujar Bram sambil menjilati dinding area sensitifnya.

“Ououuh... Mas Bram ini masih terasa enaak sekalii,” liriih suara Dina menjelaskan rasa nikmat yang belum hilang dari area sensitifnya.

kemudian Bram kembali mengecup berulang kali pada daging kemerahan yang berada di tengah area sensitif Dina. Belum tuntas sensasi kenikmatan yang Dina rasakan pada saat mengeluarkan cairan itu kini Bram kembali menghisap daging kemerahan itu hingga membuat ukuran yang berbeda dari daging kemerahan yang berukuran kecil  berubah menjadi dua kali lebih besar dari biasanya dan warnanya pun semakin bertambah merah.

Kali ini Dina sudah tidak bisa menahan hasrat nya yang kedua. Dina pun semakin histeris dan terus mengoyang-goyangkan bokongnya sambil kedua tangan Bram memegang bokong Dina dengan mengikuti arah bokong yang terus bergoyang naik turun.

Cukup lama keduanya berpacu dalam hasrat yang melambung, sampai jeritan histeris Dina untuk kedua kalinya membuat cairan kenikmatannya keluar. Goyangannya yang naik turun dan tekanan bokongnya yang lebih mendalam agar area sensitifnya tetap terus terhisap oleh Bram membuat cairan itu memenuhi bibir, mulut Bram. Cairan kenikmatan Dina untuk yang kedua kali ini lebih banyak dari yang pertama dikeluarkan. Dan Bram bangga bisa memuaskan hasrat Dina.

“Ououh Mas.... nikmat sekali rasanya,” Dina mengatakan hal ini sambil mendesah dan merasa detak jantungnya lebih keras dari yang pertama dan terasa denyutan keras ada area sensitifnya pula.

Karena rasa sensasinya melebihi rasa pertamanya membuat Dina sesekali tetap menempelkan bagian area sensitifnya dengan posisi bokong turun naik ke arah mulut Bram. Kenikmatan yang dirasakan oleh Dina pada hasrat yang pertama dan kedua pasti berbeda.

Dan Bram sebagai lelaki merasa sangat bangga dengan apa yang telah di lakukan pada Dina. Dirinya sudah tidak merasa bersalah atas kesepian Dina selama sepuluh tahun ini. Dalam hati Bram, dirinya akan membayar lunas penderitaan batin Dina selama ini dengan memberikan kenikmatan padanya.

Setelah kenikmatan Dina yang kedua telah keluar, Bram mengarahkan bokong Dina mundur hingga Area sensitifnya mengenai Alat vital Bram yang telah lama berdiri tegang untuk bisa merasakan gesekan dari daging kecil kemerahan milik Dina.

Dina pun atas permintaan Bram kembali duduk diatas tubuhnya. Sebelum area sensitifnya bertemu dengan alat vital Bram, yang dilakukan oleh Dina adalah mencium dan menjilati area vital Bram hingga Bram merasakan sensasi mendalam dan tidak kuat lagi menahannya dan meminta Dina untuk memasukan alat vitalnya ke area sensitif Dina.

Dan Dina pun mengesek-gesekan area sensitifnya ketubuh Bram, mulai dada, hingga turun kebawah mendekati kedua pangkal paha Bram. Terdengar desahan Bram ketika meminta hal itu pada Dina.

“Ououh Dina.... Enaaak sekali, masukan Din,” erang Bram ketika Dina memberikan rangsangan pada area vital dan tubuh Bram.

Setelah mengikuti keinginan Bram, seketika Dina pun merasakan sesuatu yang keras dan nikmat menjalari seluruh bagian sensitifnya. Dina merasa Seperti sedang menunggangi kuda liar, dirinya memacu dengan hentakan-hentakan yang cukup dalam pada area sensitifnya.

Setelah terasa cukup dalam hingga tidak terlihat alat vital Bram, maka dirinya mulai menggoyangkan bokongnya dengan menekan area sensitifnya, tidak sedikitpun area vital Bram yang tidak dirasakan oleh area sensitifnya. Diawali dengan menggoyangkan bokongnya  secara perlahan hingga akhirnya Dina menggoyangkan bokongnya dengan kecepatan yang luar biasa sambil menekannya lebih dalam.

Terasa hangat dan panas diarea sensitif mereka. Sensasi yang dirasakan kini jelas berbeda. Ada rasa geli dan nikmat yang luar biasa. Ditambah sisa-sisa denyutan pada area sensitifnya yang seolah-olah memijat alat vital Bram. Demikian pun dengan Bram yang sesekali meminta pada Dina untuk melakukan sesuatu karena rasa kenikmatan  yang sedang dirasanya.

“ Ouuoh terus tekan dan goyang lebih keras Din.... ,” permintaan Bram terdengar di tengah helaan napasnya sambil terus melumat buah dada dihadapannya.

Setelah setengah jam mereka berpacu dalam kenikmatan yang semakin menjalar pada setiap jengkal tubuh mereka. Bram yang saat itu masih berada dibawah Dina, mencoba bangun dan duduk bersandar pada sandaran tempat tidur mereka untuk saling berhadapan satu sama lain.

Saat ini Dina semakin menggila karena merasakan alat vital Bram semakin lama semakin menegang dan membesar hingga Dina sangat merasakan sekali perubahan yang terjadi pada alat vital Bram ketika berada didalam area sensitifnya.

Bokong Dina terus bergoyang kekanan ataupun kekiri dan menekan sedalam mungkin. Setika rasa kenikmatan memuncak hingga hampir mencapai klimaks, mereka pun saling bergoyang dan menekan area sensitif mereka masing-masing.

Bram terus menekan bokong Dina untuk menekannya lebih dalam lagi hingga sensasi yang mereka rasakan semakin bertambah. Sampai akhirnya mereka bersamaan melepaskan cairan kenikmatan mereka dengan posisi berhadapan dan saling berpelukan.

Setelah sama-sama terduduk lemas atas kepuasaan hasrat yang telah mereka lepaskan, Bram dengan kasih sayangnya mencium kening Dina dan mengelus rambut dina sambil mengatakan.

“Terimakasih sayang untuk sensasi yang luar biasa.”

Lalu dina pun membalas dengan kecupan di bibir Bram dengan mengatakan.

“Mas, akulah yang harusnya berterima kasih atas kenikmatan yang berulang kali aku rasakan.”

Mereka pun berpelukan dan sama-sama menuju kamar mandi untuk membersihkan diri mereka. Akhirnya untuk pertama kalinya mereka tidur bersama setelah sepuluh tahun mereka menikah. Dalam hati Bram saat ini, memberikan kebahagiaan batin untuk Dina adalah tugasnya.

Hari ini dirinya telah memberikan kepuasan pada hasrat Dina hingga berulang kali. Dirinya pun berjanji dalam hati untuk tidak membiarkan Dina dalam kesepian atas pilihan dirinya. Bram merasa  egois dengan ikrar yang waktu itu agak dipaksakan pada Dina. Karena tidak ada seorang pun yang ingin mengalami hal seperti yang di alami Dina saat itu.

Bram saat ini hanya ingin memulai dengan bertindak adil pada diri Dina. Walaupun terbesit di dalam hati Bram mengapa baru kali ini terpikir olehnya untuk bisa membahagiakan batin Dina. Hingga akhirnya mereka pun tertidur saling berpelukan.

Pagi hari mereka terbangun dengan posisi tanpa sehelai kain pun menutupi tubuh mereka. Bram melihat Dina masih tertidur lalu mengecup kening Dina.

“ Selamat pagi sayang...,” ucap Bram.

Dina membuka matanya. Dalam hatinya ini seperti sebuah mimpi, karena kata-kata sayang Bram yang tidak pernah di dengarnya. Dina takut ini hanya mimpi, maka Dina mencubit bagian dari tangannya.

“ Ini bukan mimpikan Mas...,” ujar Dina seolah tidak percaya dengan yang dilihatnya.

Dina mengingat-ingat kembali kejadian semalam yang telah mereka lakukan. Terasa hatinya di penuhi dengan rasa bahagia yang teramat sangat.

“ Ini bukan mimpi sayang...,” Bram mengatakan hal ini sambil memeluk Dina.

Bram akhirnya menarik Dina untuk turun dari tempat tidur mereka menuju sofa yang ada disebelah tempat tidur mereka. Bram duduk di sofa itu dan meminta Dina untuk duduk dipangkuannya.

Mereka pun kembali terpancing dengan hasrat di pagi ini. Bram melumat buah dada Dina dengan lembut lalu Bram meminta Dina untuk berdiri diatas sofa itu, sedangkan Bram masih dalam keadaan duduk.

Setelah Dina telah berdiri dihadapan Bram, kini bibir Bram kembali melumat perlahan daging kemerahan yang terlihat kecil dibandingkan semalam dengan memegang bokong Dina. Lalu satu dari kaki Dina ditaruh persis di bagian atas sofa, membuat terlihat jelas area sensitifnya.

Dengan satu kaki di sofa dan satu kaki lainnya berada di atas sofa itu membuat Dina lebih mudah melakukan gerakan memutar dan menekan ke arah mulut Bram yang terus saja menghisap daging kemerahan miliknya. Sesekali desahan Dina terdengar oleh Bram.

“ Aduhhh mas enak sekali, terusss hisapp mas... ,” Jerit Dina hingga membuat Bram lebih kuat menghisap area sensitifnya.

Akhirnya Dina pun tidak sanggup menahan hasratnya ketika Bram terus menerus menghisap dan sesekali lidahnya masuk kedalam area sensitifnya, Dina langsung turun menduduki alat vital Bram yang telah menunggunya untuk turun.

Bokong Dina pun mengoyangkan alat vital milik Bram ke kanan, ke kiri, naik dan turun hingga menekan lebih kencang. Dengan posisi ini terasa sekali alat vital Bram masuk secara utuh ke dalam area sensitif Dina. Sedangkan Bram  saat ini sedang melumat buah dada Dina dengan sesekali menekan bokong Dina dan meminta Dina untuk lebih kencang lagi bergoyang.

“ Auauhh... Din nikmat sekali milikmu, terus bergoyang lebih dalam sudah semakin enaakkk ,” desah Bram sambil memegang dan menekan bokong Dina ke alat vitalnya.

Setelah hampir satu jam mereka melakukan hasrat mereka dengan jeritan Dina dan desahan Bram, akhirnya kenikmatan yang mereka lalui mencapai klimaks bersama. Terlihat kecupan merah yang membekas di bagian dada Dina tanda kenikmatan atas hasrat mereka berdua. Akhirnya mereka pun terkulai lemas di serangan fajar Bram pagi ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status