Share

Benih Cinta Kedua

*Bram POV*

Setelah keluar dari kamar itu perasaan ku sungguh sangat kacau. Jantung ku masih berdetak sangat kencang. Bagaimana tidak, untuk kedua kali, aku melihat Dina keluar dari kamar mandi hanya dengan mengunakan selembar handuk yang melingkari ditubuhnya.

Memang tidak ada yang salah dengan semua itu apalagi kami adalah pasangan suami istri. Hanya saja selama ini, komitmen yang sudah kamk ikrarkan menjadi penyebab jantung ku berdetak kencang.

Ditambah kejadian tempo hari yang sungguh menyita sebagian pikiranku, tentang rasa bersalah ku pada Dina. Sampai-sampai aku berpikir, apa rasa bersalah ku pada Dina, yang membuat perubahan pada hati dan pikiranku.

Sedangkan hasrat yang aku rasakan saat ini, menurut ku, hanyalah dari rasa kasian ku pada diri Dina, yang melampiaskan kebutuhan batinnya dengan caranya sendiri.M

"Mas Bram sudah kembali dari kampung halaman Ajeng?" tanya Dina yang tiba-tiba sudah berada di belakang ku.

Aku yang saat itu, sedang berada di ruang keluarga dan sedang memandangi sebuah aquarium yang berada diruangan itu, terkejut dengan kedatangan Dina.

Sebelum aku membalikkan tubuh untuk menghadap ke arah Dina, aku mencoba menenangkan diri dengan berkata kepada Dina sebelum membalikkan tubuhku.

"Iyaa tadi mas mendarat dengan pesawat pertama," sahut ku.

Setelah itu aku membalikkan tubuhku berhadapan dengan Dina, yang kala itu menggunakan kaos dengan lengan pendek dan celana kulot.

"Mas, hari ini tidak ke kantor?" tanya Dina memandang ke arahku.

Dalam hati ku,' Dina pasti tersenyum melihat raut wajahku yang berwarna merah, karena rasa malu karena kejadian di kamar tadi.'

"Ada yang aneh yaa mas, dengan wajah dan dandanan aku? Karena aku lihat mas tadi tersenyum," tanya Dina, karena ia merasa Bram tersenyum ketika memandangnya.

" Ooh...tidak, Din...," jawab singkat Bram.

"Mas...kenapa tidak menjawab aku..," ujar Dina.

"Pertanyaan apa yaa Din?" Aku balik bertanya pada Dina.

"Hehehehe...mas ini lucu, tadi aku tanya...apa mas ke kantor hari ini."

Dengan tersenyum malu, aku yang terus kepikiran atas bentuk seksi tubuh Dina, tidak bisa berkosentrasi. Sampai lupa pertanyaan Dina.

Kemudian, aku pun menjawab,"Nanti siangan, aku akan ke kantor, hanya untuk mengecek beberapa surat yang harus aku tanda tangani," jawab ku.

Kami akhirnya saling berdiam diri, kemudian Dina bertanya padaku.

"Apa mas tadi sudah makan? Kalau belum aku akan siapkan yaa," tanya Dina padaku.

Dan aku seperti kerbau di cocok hidungnya, mengikuti sarannya, dan berjalan menuju dapur mengikuti Dina yang berjalan di depanku, dengan pandangan mataku yang tertuju pada bokongnya yang besar.

Sesampai di meja makan, Dina menyiapkan makanan, kemudian aku langsung menyantap dengan lahap. 

Selesai makan, aku dengar Angel akan keluar rumah, untuk membeli beberapa keperluan bahan pokok.

"Mas...Dina pergi dulu ke Supermarket untuk membelikan keperluan dapur," ucap Dina.

"Yaa...kamu hati-hati di jalan," aku berkata pada Dina, yang akan berbelanja ke supermarket.

Setelah kepergian Dina ke supermarket, aku kini berpikir tentang Dina yang enerjik dan seorang wanita yang santai dalam pemikirannya.

Mungkin saja, itu disebabkan gaya hidupnya ketika sekolah dan tinggal di luar negeri, jadi pemikirannya lebih simple, berbeda dengan Ajeng yang masih menganut tata krama dan segalanya masih di pikirkan.

Dalam hati aku bergumam,' kenapa aku membanding-bandingkan Ajeng dan Dina, ada apa dengan diriku saat ini?'

Kembali aku mempertanyakan perubahan yang terjadi dengan diriku, setelah sepuluh tahun hidup dengam Dina, baru kali ini, pikirannya terganggu dengan hadirnya Dina dalam setiap mimpiku, akhir-akhir ini.

Setelah Dina pergi, aku pun berjalan menuju kamarku untuk menganti pakaian. Karena aku akan ke kantor siang ini. Ada beberapa hal yang harus aku tandatangani.

Pada saat aku masuk kekamar mandi untuk sekedar mencuci wajah, tiba-tiba pandangan mataku tertuju pada pakaian dalam Dina yang tertinggal di bagian pojok tempat pakaian kotor.

Mungkin saja saat itu pakaian dalam Dina terjatuh ketika dirinya memasukan pakaian kotor lainnya kedalam tempat itu, pikir ku. Selesai aku mencuci mukanya. Aku mengambil pakaian dalam Dina yang terjatuh persis disamping tempat pakaian kotor itu.

Dan entah apa yang ada di benak aku saat itu, tanpa disadari,  diriku sudah menciumi aroma yang ada di pakaian dalam Dina yang aku ambil. Dan aku sangat menikmati aroma dari pakaian dalam Dina.

Bagi aku, aroma khas pada bagian pakaian dalam Dina sangat membuat aku, kembali teringat akan hal yang dilihatnya beberapa hari lalu. Terus saja aku mencium aroma pakaian dalam itu dengan lebih lama dan lebih mendalam lagi, menghirup aroma khas pada pakaian dalam itu hingga aku berkhayal, seolah-olah diriku, bisa merasakan sensasi bagian tengah dari pakaian dalam itu. Tetapi seketika khayalan itu terhenti ketika suara ketukan pada pintu kamarku terdengar. Cepat-cepat aku menaruh pakaian dalam itu ke tempat pakaian kotor dan keluar dari kamar mandi setelah mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya.

"Pak Bram, bunda memanggil," suara dari asisten rumah tangga terdengar memanggil aku.

"BBaik mbok sebetar lagi saya akan kesana," sahut Bram masih didalam kamar.

Selesai aku mengambil pakaian kantor dan memakainya, aku pun bergegas untuk menemui bunda. Sambil berjalan menuju kamar bunda, aku kembali teringat dengan kejadian di kamar mandi tadi dan diriku merasa, seperti orang yang tidak waras saat itu. sambil tersenyum diriku memikirkan hal itu.

"Bram... Sesekali ajaklah Dina pergi jalan-jalan, kasian bunda melihatnya di rumah saja mengurusi bunda," tutur ibunda kepadaku.

"Baik Bunda.... tapi hari ini saya akan ke kantor karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Lagipula saat ini Dina sedang ke Supermarket untuk membeli beberapa keperluan,," jawab Bram.

"Iyaa... maksud bunda, lain kali ketika kalian tidak sibuk, sesekali ajak Dina pergi ketempat-tempat wisata di daerah yang dingin seperti ke puncak," kata ibunda ketika mengatakan keinginan nya.

"Pasti koq Bun...  kami akan mengatur waktu yang tepat,"  jawab Bram memberikan ketenangan atas keinginan sang ibunda.

Akhirnya aku pun pamit pada bunda untuk pergi ke kantor. Aku pun berjanji untuk langsung pulang ketika telah menyelesaikan pekerjaan kantor agar bisa makan malam bersama hari ini.

Aku melangkah keluar kamar bunda menuju ke garasi mobil. Sedangkan asisten rumah tangganya dengan sigap telah membukakan pintu gerbang. Setelah aku masuk ke mobil dan berjalan keluar dari gerbang kembali asisten rumah tangga mereka menutup pintu gerbang.

Perjalanan ke kantor saat ini akan memakan waktu sekitar lima puluh menit di tengah jam sibuk seperti ini, dimana di siang hari kemacetan pasti akan terjadi. Untuk menghalau rasa stress akibat kemacetan di jam sibuk seperti ini, aku mendengarkan beberapa lagu slow rock. Dan aku pun kembali teringat dengan tindakan konyol yang mencium aroma dari pakaian dalam Dina.

‘Hmmm guman Bram dalam hatinya,” Entah kegilaan apa yang telah terjadi pada dirinya.

Mengapa dirinya terlihat begitu bodoh seperti itu. dalam hati dia mengutuk tindakan dirinya sendiri. Sempat terbersit dalam benak nya. Kalau saja Dina tahu akan kekonyolan atau kebodohan yang telah dilakukan dirinya, akan seperti apa wajahnya saat itu. senyum kecil mengingat-ingat hal itu. Aku pun tidak tahu perasaan apa yang sedang dirinya rasakan. Seakan-akan pada hari ini dirinya sangat bahagia hanya saja dirinya tidak tahu mengapa dirinya merasa bahagia.

Akhirnya aku sampai pada sebuah Gedung bertingkat di kawasan Perkantoran di kota itu. setelah dirinya memarkir kendaraannya. Dirinya bergegas menuju lantai lima, dimana disana tempat dirinya berkantor. Setelah memasuki lift dan menekan tombol angka lima pada bagian lift tersebut aku pun sampai pada sebuah kantor. Aku melewati ruangan customer service. Beberapa karyawaan disana memberikan salam padanya. Dan ada beberapa teman yang menyalaminya sambil menanyakan perihal kesehatan bunda.

Aku pun masuk ke ruangan, dan mulai duduk di kursi sambil membuat laporan. Sambil sesekali dirinya menghubungi beberapa staff disana, aku membaca beberapa surat yang harus di tanda tanganinya. Ada beberapa surat yang di ambil kembali oleh staff nya karena ada kekurangan data validasi pada surat tersebut. Beberapa staff pun ada yang menghadap dan memberikan beberapa surat di dalam map yang harus di tanda tanganinya atau sekedar melaporkan beberapa permasalahan yang sedang di tangani oleh staff tersebut guna meminta saran darinya.

Karena kesibukan ku membaca beberapa surat dan menanda tangani beberapa surat yang telah valid, tanpa terasa waktu pun bergulir dengan cepat dan  saat itu telah pukul enam sore. Aku teringat akan janji pada ku, lalu aku pun menghubungi bunda dengan telpon yang ada di kantor. Setelah tersambung aku langsung mengatakan nya, untuk menunggu dirinya sekitar satu jam lagi Karena pekerjaannya baru saja selesai.s

Aku bergegas bergegas menuju lift dan turun mengambil mobil yang di parkir untuk segera meluncur ke rumah. Aku sangat tahu persis tentang karakter dari bunda.

Ketika dirinya telah berjanji untuk makan malam bersama, maka semalam apapun bunda akan menunggu dirinya. Untung saja saat ini jalan tidak seramai pada saat siang tadi hingga aku hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk sampai ke rumahnya dari waktu yang telah dikataka berkisar satu jam.

Sesampai di depan rumah,  pintu gerbang telah dibukakan oleh asisten rumah tangga. Lalu aku pun memarkir kendaraan dan langsung masuk kedalam rumah. Di lihat olehnya ibunda telah menunggu di ruang makan bersama Dina. Sesaat ibunda tersenyum melihat kehadiran aku.

Kemudian aku pun pergi ke kamar untuk menganti pakaian kerjanya dengan pakaian lainnya. Saat ini aku berjalan menuju ke ruang makan. Sesampai disana kami akhirnya bisa makam malam bersama.

Terlihat kebahagiaan di mata bunda ketika dirinya bisa makan malam bersama. Saat – saat ini jarang terjadi mengingat kesibukan ku selama ini. Sebenarnya aku menghindari untuk makan malam bersama, bukan hanya kesibukannya semata tapi lebih untuk menghindari kedekatannya pada Dina.

Selesai makan malam bunda, minta di antar oleh ku ke kamarnya dengan mendorong kursi roda yang dikenakan bunda.

Selesai mengangkat bunda ketempat tidur, aku mengambil beberapa obat yang harus di minum oleh bunda. Lalu bunda menanyakan perihal pekerjaannya di kantor tadi. hingga akhirnya Obat yang diminum oleh bunda mulai bekerja dan telah membuat rasa mengantuk  bbundanya. Hal itu telah mengakhiri pembicaraan antara ibunda dengan Bram. Lalu Bram pun meninggalkan ibundanya dengan memberikan ciuman pada kening nya.

Bram lalu berjalan ke teras untuk bisa menghubungi Ajeng yang ada di kampung halamannya. Untuk menanyakan perihal diri Ajeng dan keadaan pamannya saat ini. Pada sambungan telponnya dengan Ajeng saat ini,  Bram mendapatkan kabar kalau saat ini paman Ajeng telah memasuki masa pemulihan. Dan Ajeng pun mengabarkan kalau dirinya baik-baik saja. Terasa lega hati Bram ketika mendengar keadaan Ajeng dan keluarga disana baik semuanya.

Setelah itu Bram bergegas ke kamarnya untuk segera pergi ke kamar mandi. Mengingat dirinya hari ini hanya mandi di pagi hari pada saat dirinya pergi ke Bandara untuk pulang menuju ke rumahnya. Dan pada saat akan kekantor tadi siang, dirinya pun tidak mandi terlebih dahulu. Hingga Bram merasa seluruh badannya terasa tidak nyaman. Setelah masuk ke kamarnya dilihat Dina sedang rebahan sambil menonton film lewat DVD.

Bram pun mengambil pakaian tidur yang akan dikenakan dan pakaian dalam tentunya. Sambil melintas dihadapan Dina yang sedang rebahan, dilihat Dina saat ini mengunakan pakaian tidur berwarna hitam dengan satu tali tetapi tertutupi dengan pakaian tidur tambahan untuk menutupi pakaian tidurnya yang telihat tipis. Dengan warna hitam yang dipakai Dina saat ini, terlihat menambah jelas warna putih mulus pada kulitnya.

Bram pun masuk kamar mandi dan mulai dengan aktifitas mandinya. Sekitar dua puluh menit Bram pun keluar dari kamar mandi. Dirinya sudah merasa lebih segar dan lebih nyaman setelah mandi. Dilihatnya Dina masih melihat film yang ada di dalam DVD tersebut. Akhirnya Bram memutuskan untuk rebahan di sofa yang biasa Bram gunakan sebagai tempat tidurnya selama sepuluh tahun ini yang berada di kamar mereka. Bram mengambil buku yang waktu itu dibeli olehnya tetapi baru saat ini baru sempat dibaca. Tanpa terasa rasa kantukpun tidak bisa dihindarinya dan akhirnya Bram pun tertidur dibarengi dengan jatuhnya buku yang dipegangnya ke lantai.

Bunyi buku yang jatuh itu menghentikan arah mata Dina yang awalnya tertuju ke film yang ditontonnya mengarah ke Bram yang telah tertidur. Dina tetap focus dengan menonton film yang tinggal beberapa menit lagi akan berakhir. Setelah sepuluh menit kemudian film yang di tontonnya pun berakhir. Dina pun sudah merasa mengantuk. Karena dirinya akan beranjak tidur, Dina pun membuka baju bagian luar dari pakaian tidurnya yang hanya satu tali itu, sambil mengambilkan selimut yang ada di lemari mereka untuk menyelimuti tubuh Bram yang sudah tertidur disofa. Pada saat Dina menyelimuti Bram, tanpa sengaja kaki Dina mengenai bagian kaki Bram yang menjulur kebawah.  Karena pada saat tertidur tadi posisi kaki Bram tidak menjulur lurus pada sofa. Tetapi satu kakinya menjulur agak kebawah hingga mengenai kaki Dina. Seketika Dina pun kaget melihat Bram terbangun.

“Maaf aku tidak sengaja mengenai kaki mu padahal aku hanya ingin menyelimuti dirimu,” Dina mengatakan ini sambil menutupi bagian atas dari tubuhnya.

Aku tidak bisa mengatakan apa-apa, hanya termangu melihat Dina telah berada tepat di wajahnya menghadap kearahnya dengan pakaian tidur yang transparan.

Seketika aku pun terbangun dan tanpa berkata apa-apa pun,  aku langsung memeluk tubuh Dina dan mulai  mencium bibir Dina dengan hasrat yang tinggi. Sesaat Dina terdiam, karena tidak menyangka dengan hal yang terjadi pada diriku saat itu.

Yang ada dalam pikiran Dina saat ini hanya menikmati apapun yang ada saat itu. Dina akhirnya membalas ciuman ku. Dan Dina mencium ku dengan hasrat yang mendalam juga.

Kami saling membalas ciuman masing-masing dan sampai akhirnya bibir ku, kini sudah berada di bagian dada Dina. Dengan penuh kelembutan aku mencium bagian dada itu dengan posisi merundukan kepala.

Akan tetapi tiba-tiba Dina pun tersadar dengan ikrar kami atas pernikahan yang terjadi antara kami,  Lalu dengan lembut Dina mendorong ku, sambil membisikan kata yang mengingatkan ku pada ikrar yang telah di lakukan sepuluh tahun yang lalu.

Akhirnya aku pun melepaskan pelukanku,  dan meminta maaf pada Dina atas apa yang telah terjadi. Dina pun berlalu dari hadapan ku, untuk beranjak ke tempat tidurnya sedangkan diriku, kembali ke sofa dengan pikiran dan hasrat yang masih berkecamuk dalam batinku.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Keni Sihyanti
Tersiksa kan Bram ? Jadilah laki² sejati Bram ! Kau tidak mengenal Dina dengan benar karena kamu sllu menghindarinya... Kau harusnya malu sebagai laki² tapi tidak bertanggung jawab dengan pernikahan mu...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status