Terima kasih telah mengikuti cerita ini. Yuk dukung terus dengan cara memberikan ulasan bintang lima dan GEMS sebanyak-banyaknya.
POV : Aji.Aku memang bersalah, tapi tak bisakah memberiku kesempatan untuk bertobat. Lidya dan mbak Asma begitu keras kepala, kalau saja mereka diam tentu semua ini tak akan terjadi."Lidya keguguran dan itu kesalahanmu, semoga kau puas sekarang."Ucapan mbak asma memang pelan tapi begitu menyakitkan, seandainya aku tak menuruti permintaan mama untuk memaksa Lidya pulang. Semua ini tak akan terjadi."Sekarang tak ada lagi alasanmu untuk memaksa Lidya. Dia juga bebas menentukan, pada siapa dia menghabiskan hidupnya."Mas Adam juga sama, dia tak memikirkan perasaan adiknya. Aku hanya ingin kembali bersama Lidya."Percuma kau meratapi nasibmu Ji, kenyataannya tak ada lagi yang mengikat Lidya denganmu. Kalau saja kau bisa bersabar tentu semua ini tak akan terjadi."Aku mengacak rambutku karena semua orang seolah menyalahkan aku. Apa tak ada terpikir oleh mereka kalau aku sudah menyesali apa yang terjadi."Penyesalan memang selalu datang terlambat, tapi kami sudah memberimu peringatan, kau
POV : Aji"Cukup Aji, selama ini mbak terlalu menyayangimu. Ternyata kau adalah orang yang tak tau diri, buka matamu dan lihat wanita yang telah kau hancurkan hidupnya. Masih bisa kau menyalahkan orang lain, bahkan dengan kurang ajarnya kau menasehati ibu, yang terluka melihat penderitaan anaknya."Aku mengelus pipi yang di tampar mbak Asma. Apa dia tak mengerti kalau aku hanya ingin mempertahankan pernikahan, agar tidak terjadi perceraian."Sudahlah Ji, sebaiknya kau pergi dari sini. Kalau memang mau mempertahankan pernikahan kalian, kau bisa melalui pengadilan agama. Kami pun akan berjuang untuk membebaskan Lidya dari pernikahan kalian."Aku menatap mbak Asma. Sepertinya dia lupa siapa dirinya, hingga mau menjerumuskan adiknya."Apa seenak itu menjadi janda Mbak. Sampai kau mau adikmu juga menjadi janda, apa begitu menyenangkan berada dalam pelukan satu pria ke pria lain, tanpa ikatan pernikahan. Sepertinya kau lebih memilih bebas daripada rujuk dengan mas Adam. Dari Niko, George, la
"Akhirnya kau datang juga, Sekar."Riska tersenyum menatap ke arah Sekar dan Aji. Bibirnya tersenyum sinis, meski tubuhnya tak bisa bergerak sama sekali."Aku rasa kau datang pasti karena keraguan yang menyiksamu, sama seperti wanita itu. Istri pria bodoh yang rela berbuat apa saja untuk menolongmu. Awalnya aku tak mengenali wanita itu, hingga kedua anaknya menjadi penyebab kehancuranku. Tapi tak apa, aku dengar kalian sedang dalam masalah besar."Sekar mencoba menahan diri agar tak menyerang istri muda suaminya. Jika mampu ingin rasanya dia menghajar wanita itu."Kau tak perlu banyak bicara, katakan saja apakah benar Aji bukan anakku?"Riska tertawa dia terlihat senang, saat menatap wajah Sekar yang terlihat mulai tak sabar. Begitu juga dengan Aji yang berusaha sabar menghadapi tingkah Riska."Kau kaya bukankah akan lebih mudah dengan cara tes DNA. Jadi tak perlu kau bersusah payah mendatangi aku, Sekar."Brak ...."Katakan saja tak perlu banyak bicara."Aji mendorong kursi roda yang
"Tak perlu di pikirkan Ma."Asma mengangkat kepala saat mendengar suara Adam. Pria itu duduk di sampingnya, entah sejak kapan dia datang karena tak terdengar salam ataupun suara mobilnya."Ada apa kemari? Kalau mau bertemu Alkafi dia sedang tidur siang. Aku juga mau kembali ke kantor."Asma berdiri sedangkan Adam mengikuti di belakangnya. Pria itu membuka pintu mobil agar Asma naik."Tak perlu Mas, taksi online yang aku pesan sudah datang."Asma menunjuk ke taksi yang baru datang. Adam berlari dan meminta taksi itu pergi, dia membayar ongkos meski Asma tak jadi naik."Aku antar saja, sekalian ada yang mau aku bicarakan."Adam kembali membuka pintu mobil, Asma segera naik meski sedikit kesal. Adam hanya tersenyum meski terlihat sedih."Mama Riska meninggal."Adam memulai pembicaraan dengan kabar kematian Mama tirinya. Asma menjawab kalau dia sudah tau tentang itu."Apa kau juga tau soal Aji yang hampir di tukar waktu bayi?"Asma menarik napas karena dia juga baru tau tadi dari ibunya. S
Renno dan Alina saling memandang penuh cinta. Asma mengelengkan kepala melihat kebucinan itu."Untuk pertamakalinya, aku melihat pria dan wanita dewasa yang sedang jatuh cinta. Kalah anak ABG."Mereka tertawa namun dengan nada berbeda. Alina dan Renno tertawa seolah mengejek Asma, karena mereka tau betapa bucinnya Asma dan Adam."Kami jauh lebih mendingan daripada kau dan Adam Ma, kenapa sih kalian tak rujuk aja? Adam pria yang baik dan setia, dia bahkan rela menunggumu selama ini."Mendengar ucapan Alina hanya membuat Asma terdiam. Cintanya memang masih milik Adam, tapi mereka tak semudah itu kembali bersama."Lidya juga sudah dekat dengan Bima, aku rasa mereka akan cocok untuk menikah, hanya menunggu putusan cerai adikmu kan?"Bukan rahasia umum lagi kalau Lidya sudah mengugat cerai Aji. Hanya saja mereka sedang menunggu sidang."Aku rasa tak akan ada halangan jika Lidya sudah bercerai. Kalian berhak bahagia jangan terus berkorban Ma."Asma tersenyum karena dia tak merasa berkorban k
"Nik ...Niko, mau apa kau kemari? Bagaimana bisa Melisa mengijinkan kau masuk tanpa bertanya padaku?"Asma terlihat marah karena seharian ini dia merasa sekretarisnya menjadi aneh. Sekarang gadis itu dengan kurangajarnya membiarkan orang masuk tanpa meminta ijin dulu padanya."Kau tak perlu marah padanya karena dia tak tau aku masuk ke mari. Dia tak ada di tempatnya saat aku datang, jadi aku masuk saja untuk menemuimu. Aku dengar suara di kamar mandi, jadi tau kalau kau ada di dalam."Niko menjelaskan semua yang membuat Asma kesal. Dia terpaksa duduk untuk bicara dengan Niko."Aku datang dengan damai Ma, aku juga berniat meminta maaf padamu dan Adam. Sungguh aku telah menjadi orang yang jahat dan kejam, alasannya adalah dendam pada mantan suamimu, aku baru tau ternyata dendam itu tak seharusnya ada."Asma menarik napas dia sudah tau soal dendam itu, namun belum tau pasti apa sebenarnya alasan Niko membenci Adam."Ini tentang cinta pertamaku dan juga cinta pertama Adam." ***"Sayang."
"Rujuk lah dengan mas Adam, Mbak. Percayalah aku sudah siap menerima semuanya, apalagi sidang perceraian ku sudah tinggal menunggu putusan pengadilan.Mas Aji tampaknya menerima keputusanku. Dia bahkan tak datang pada persidangan gugatan cerai kami, setelah semua beres mungkin aku akan menerima pinangan mas Bima."Asma menatap mata adiknya, mencoba mencari sesuatu yang di tutupi darinya. Ada rasa bahagia mendengar ucapan Lidya, namun dia tak boleh gegabah dalam mengambil keputusan."Kita bereskan satu persatu Dek. Percayalah apapun keputusan kita itu adalah yang terbaik, kau juga berhak bahagia, jadi jangan hanya pikirkan mbak saja. Pikirkan juga kebahagiaanmu."Asma memeluk adiknya. Dia senang karena Lidya bisa bangkit, setelah begitu banyak rasa sakit akibat perbuatan Aji."Mas Adam pria yang baik mbak, aku melihat bagaimana nasibnya saat kau menghilang. Aku tak mau kau kehilangan dia lagi, satu-satunya keinginanku adalah kalian rujuk lagi."Asma menarik napas lagi. Bukan tak mau ruj
Alam menunduk saat mendengarkan ucapan seorang wanita. Dia juga mendengar ucapan pedas dari orang yang menonton kejadian itu."Alam, brengsek kau!"Alam dan Asma terkejut melihat kedatangan Adam. Pria itu menghajar Mantan suami Asma habis-habisan, Adam berlari kemari setelah melihat Vidio viral di media sosial."Apa kau tak punya malu sama sekali? Lihat kau bahkan sudah viral karena ribut dengan seorang wanita. Asma melindungi anak yang kau sia-siakan, apa kau masih tak malu karena tangungjawabmu di selesaikan oleh mantan istrimu."Asma melihat ponselnya, kemudian melihat kesekeliling ternyata banyak orang yang merekam adegan itu. Alam terdiam karena tak menyangka semua kan menjadi seperti ini."Pergilah dari sini, aku harap kau brrhenti menganggu Asma dan anak-anaknya. Apa kau tau akibat dari perbuatan mu pada Shila, dia sampai tak mau pergi sekolah karena malu punya ayah sepertimu."Alam terkejut mendengar ucapan Adam. Dia tak menyangka anak kecil itu begitu kecewa padanya, dia menat