Share

Ketahuan

Author: Yuni Rosa
last update Last Updated: 2023-05-09 18:33:50

"A- Apa ini Julia! Ternyata selama ini kamu membohongi ku? Ternyata kamu sering pergi keluar untuk menemui lelaki biadab ini!" amarahku tak bisa ku bendung lagi.

Aku pun menarik Julia ke kamar kami, aku tak menyangka Julia tega mengkhianati pernikahan kami. Aku melihat aplikasi hijau yang memperlihatkan chat percakapan mereka berdua. Sapaan mesra dan emoji yang luar biasa tanda merah berbentuk animasi hati.

"Mas, itu bukan selingkuhanku. Kamu salah sangka Mas, gak mungkin aku macam-macam di belakang kamu Mas," rengek Julia, dengan begitu banyak keringat dingin yang bercucuran.

"Apalagi yang mau kamu tutupi Julia, ini juga banyak pesan yang sudah kamu hapus!" sergahku, sambil menunjukkan beberapa pesan dengan tanda hapus.

"Nak, tolong jangan kelewat emosi Nak. Ingat Ibu sama Deta Nak, Ibu mau lakukan apa aja asal kamu gak marah lagi Nak," ibu berjongkok sambil memohon-mohon di kakiku.

"Ibu, ini bukan salah Ibu. Jangan melibatkan diri Bu, tolong bawa Deta ke kamarnya Bu. Cepat," ucapku, sambil menggenggam tangan Julia yang meronta-ronta.

"Ibu, tolong Julia Bu. Julia gak salah Bu," sambung Julia memelas.

"Ibu, tolong bawa Deta dari sini Bu, aku masih waras Bu," ungkapku, dengan penuh keyakinan.

"Istighfar Nak, istighfar. Ibu mohon jangan apa-apakan Julia Nak, Ibu mohon," sahut ibu dengan suara lirih.

Ibu pun keluar dari kamarku, dengan mengajak Deta keluar. Aku pun segera mengunci pintu kamar, dan menginterogasi Julia. Aku tak ingin rumah tanggaku hancur karena orang ketiga.

"Mas, tolong jangan pukul Julia. Aku minta maaf Mas, Julia khilaf. Tolong jangan siksa Julia Mas," Julia memohon dengan bersimpuh di kaki ku.

"Mana semua barang belanjaan mu kemarin! Cepat keluarkan sekarang juga, kemasi kemudian kamu bakar, atau kamu aku talak sekarang!" titahku dengan suara tinggi.

"Tapi Mas itu mahal harganya, sayang bila dibakar Mas," teriak Julia tak kalah hebat.

"Cepat kataku, cepat! Atau kamu mau aku cerai!" bentakku, sambil menunjuk wajah Julia.

Kemudian Julia beranjak ke lemari, dan mengeluarkan semua barang belanjaan yang kemarin ia bawa pulang. Dengan pandangan sayangnya melihat barang-barang baru, ia terpaksa mengumpulkan satu per satu untuk dibakar.

"Bawa keluar, ikuti aku. Jangan ada yang tinggal sedikitpun di rumah ini," titahku lagi.

Tanpa suara Julia menjalankan perintahku. Ia memboyong semuanya ke belakang rumah. Walaupun ia terlihat sangat menyukai barang-barang tersebut, yang bagiku sangat menjijikkan.

Ibu terlihat sedang mengamati kami dari pintu dapur, kulihat ibu memeluk Deta anakku. Anak yang paling kusayangi, yang tidak pernah Julia sadari bahwa Detalah korbannya jika terjadi apa-apa.

"Aku tak tau lagi mau berbuat apa Julia, aku ingin sementara waktu kamu pulang ke kampung atau kemana terserah. Daripada aku khilaf terhadap mu," ungkapku, sambil memijit-mijit kepalaku.

"Mas," seru Julia, sambil memegang pundakku.

"Jangan sentuh aku Julia, tolong menjauhlah dariku!" gertakku, sambil mendorong tubuhnya dariku.

"Tolong Mas, maafin Julia Mas. Aku gak akan mengulanginya lagi Mas," lirihnya memohon.

"Ini keputusanku Julia, tidak bisa aku rubah!" ucapku dengan nada sedikit ketus.

"Tapi Mas, gimana dengan Deta?" sahutnya.

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan anakku, toh selama ini sering kan kamu tinggal. Jadi jangan banyak alasan untuk tidak pergi, aku bisa mengurus Deta!" sergahku, lantang.

"Mas," lirihnya dengan tersedu-sedu, sambil duduk berjongkok.

"Sudahlah, kemasi pakaianmu. Dan jangan juga aku melihatmu di rumah Mbak Neti, aku tidak mau Mbak Neti terbeban dengan kamu!" titahku lagi, sambil menunjuk pintu masuk dapur.

Dan Julia pun beranjak masuk, dengan berurai air mata. Sepertinya saat ini hatiku berubah dingin dan tidak peduli dia akan kemana. Segera aku menghubungi teman kami se komplek, seorang ibu ustadzah yang sering membimbing seseorang yang tergolong menyimpang dari jalan yang benar. Dan Julia pun pernah dekat dengan beliau.

"Assalamu'alaikum, Bu ustadzah. Ini Riyadi, suaminya Julia Bu," ucapku dengan penuh kesopanan.

"Waalaikumsalam, Pak. Iya, saya ingat dengan Bapak," sahutnya, ramah.

"Bisa saya ke rumah Ibu? Ada yang ingin saya bicarakan Bu. Terkait rumah tangga saya, nanti saya jelaskan persoalannya setelah saya sampai di rumah Ibu," tanyaku.

"Oh, silahkan Pak. Dengan senang hati kami menyambut Bapak. Pintu terbuka, hehe," jawabnya dengan tawa ramah.

Aku pun beranjak ke dalam rumah, kulihat ibu mertuaku sedang menasehati Julia, putrinya di dalam kamar kami. Aku tak ingin mengganggu beliau saat ini, aku tau pasti hatinya remuk dengan tingkah Julia.

"Assalamu'alaikum, Bu. Ini saya Riyadi," ucapku ketika sudah sampai di depan pintu rumah bu ustadzah.

"Waalaikumsalam, silahkan masuk Pak. Kebetulan ada suami saya juga di rumah. Mari masuk Pak," sambutnya, sambil membukakan pintu.

"Alhamdulillah Bu, mari," sahutku, sedikit membungkukkan badan sebagai rasa hormat.

"Ada apa Pak, malam-malam gini Bapak paksakan datang menemui saya? Apakah ada masalah yang sedang Bapak hadapi?" tanyanya, sembari duduk di samping suaminya.

"Begini Bu, tapi saya minta maaf sudah lancang menemui Ibu malam ini dan mengganggu istirahat Ibu dan Bapak," ucapku.

"Tidak apa Pak, silahkan," kata Bu ustadzah memberikan waktu.

Kemudian aku menceritakan semua kejadian yang ku hadapi. Setelah beliau tau maksud dan tujuan ku, aku pun pamit pulang. Setelah sampai di rumah, aku masih mendapati Julia di kamar.

"Ngapain lagi kamu berlama-lama di rumahku, Julia!" gertakku, sambil menghempaskan pintu.

"Maafkan aku Mas, aku menyesal. Tolong maafkan Julia Mas," mohon nya.

"Tidak Julia, malam ini juga kamu angkat kaki dari rumahku. Aku tak sudi hidup dengan pengkhianat seperti kamu, silahkan pergi," titahku lagi.

"Mas, kasih aku waktu. Aku pasti berubah, aku akan lakukan apapun yang kamu minta. Kumohon Mas," ungkapnya, hampir tak terdengar suara.

"Aku bilang gak, ya nggak! Pergi kamu!" bentakku.

Kulihat ibu mertuaku menangis sesenggukan di pintu kamar kami, sebenarnya aku kasihan melihat beliau. Tapi, untuk sekali ini aku ingin menghajar istriku agar berubah.

"Ya Allah, beri hamba kesempatan dan hidayah agar bisa menempah istri hamba menjadi manusia yang lebih baik lagi ya Allah," batinku seiring dengan do'aku.

"Mas, setega itukah Mas sama Julia?" lirihnya memohon, sambil menangis.

"Jangan berlama-lama lagi Julia, sebelum kesabaranku habis!" sergahku, sambil membuang pandanganku.

"Ayah, Ibu gak boleh pergi Yah," teriak anakku, Deta.

Sambil memelukku, Deta memohon agar ibunya tidak pergi.

"Nak, luluhkan hati kamu Nak" ucap ibu, sendu.

"Bu, biarkan Julia pergi dari sini. Ibu tetap tinggal di sini, untuk menemani Deta. Jangan pernah Ibu pergi dari rumah ini," titahku, dengan nada sopan.

Ibu hanya menangis sesenggukan, ia memeluk Deta dengan erat. Julia pun tidak berkata apa-apa lagi, dengan langkah gontai mulai beranjak ke kamar mengemasi pakaiannya.

"Aku pergi Mas, Bu, Deta. Kalian baik-baik ya Nak?" kata Julia sesenggukan dan mata berkaca-kaca.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Julia datang dan mengharapkan kehadiranku di pernikahannya.

    Sebuah pesan whatsapp pun masuk ke ponselku, sore ini. Aku segera membuka, dan membaca pesan yang ternyata dari Julia. ["Assalamu'alaikum Mas Riyadi, ada di mana sekarang? Kebetulan aku mau ke rumah ..."]Segera aku berlari menjumpai Ririn, untuk memberitahukan kabar ini. Karena aku yakin, inilah kabar yang kami tunggu-tunggu. "Ririn sayang, coba lihat nih. Ada chat whatsapp dari Julia, katanya mau ke rumah sekarang. Gimana ya?" tanyaku, sambil menunjukkan ponselku padanya. "Balas aja Mas, suruh ke sini. Kita ngumpul di sini aja deh," jawab Ririn, dengan ceria. "Iya deh, tapi gak papa kan Rin?" tanyaku balik. "Loh Mas kok nanya gitu sih, bentar lagi kalau kita nikah ,,, rumah Ririn juga jadi rumahnya Mas juga. Kok jadi gitu sih nanyanya?" jawabnya, simpel dan bermakna. "Ya udah Mas balas ya?" saranku, sambil menuliskan sesuatu di sana. ["Waalaikumsalam Julia, Mas sama Ibu dan Deta sekarang di rumah Ririn. Ririn sedang sakit, kamu bisa ke sini ya? Entar kita shareloc aja," pesan

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Ririn sembuh dan boleh pulang ke rumah.

    Setelah tiga hari di rawat, Ririn sudah bisa pulang ke rumah dengan sehat. Dan harus jaga pola makan yang teratur, dan jangan melanggar pantangan makanan. Dari dulu, aku sangat tidak suka dengan penyakit yang berkaitan dengan lambung. Karena sangat menyiksa, dan sering terjadi komplikasi. Tapi, syukurlah aku tidak mempunyai riwayat penyakit lambung. Hanya yang ringan-ringan saja. "Ibu mau masak dulu untuk siang ya? Kamu istirahat aja dulu. Ibu nanti nyusul istirahat kalau udah selesai masak," ucap ibu, setelah sampai di rumah. "Iya Bu, aku kangen masakan buatan Ibu. Tapi jangan yang di pantang kan untuk Ririn ya Bu?" seru Ririn sambil tersenyum riang. "Aman tuh Rin, nanti Ibu yang atur. Biar kamu bisa juga makan tanpa masalah," goda ibu, sambil menggoyangkan kuali di tangannya. "Makasih loh Bu, udah mau repot ngerawat Ririn. Ririn janji pasti akan menyayangi Ibu sampai kapan pun," ucap Ririn sambil berjalan kearah ibu, kemudian memeluk tubuh ibu yang sudah tua. "Ya udah, kamu isti

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Pov Riyadi.

    Bab 30Pov RiyadiRirin mual, dan tambah lemas. Aku tak mau terjadi apa-apa dengannya. Ya Allah, sembuhkanlah Ririn. Kuatkan dia, kembalikan kesehatannya. Aku berkali-kali membatin memohon kesembuhan untuk Ririn, calon istriku. "Rin, pokoknya sekarang juga kita ke rumah sakit ya? Aku gak mau terjadi apa-apa dengan kamu. Badan kamu lemah," saranku, sambil merangkul tubuh Ririn ke posisi duduk. "Gak usah pake tanya-tanya Riyadi, pokoknya kita bawa sekarang Nak. Takutnya nanti, Ririn kenapa-kenapa, gimana?" desak ibu, sambil memijit punggung Ririn. "Terserah kamu Mas, aku merasa tambah lemah sekarang. Tolong Mas ke kamar, ambilin dompet Ririn sama perlengkapan Ririn ya Mas?" pinta Ririn, dengan nada lemah. Ya, Ririn memang memiliki riwayat asam lambung. Sedikit saja salah makan, akan berdampak buruk bagi lambungnya. Tapi, aku yakin kok Ririn pasti sembuh. Aku segera menuju kamar atas persetujuan Ririn. Dan segera menyiapkan segala perlengkapan untuk di rumah sakit. Jujur saja, aku ta

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Mbak Ratna perlahan pulih.

    Dua hari tak bertemu mas Fajar, batinku seolah hampa. Ada rasa yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Hari ini, adalah hari yang telah aku janjikan untuk bertemu mbak Ratna. Entah mengapa, aku mulai menyayangi mbak Ratna seperti mbak sendiri. Aku pun bersiap, dan kemudian memberikan arahan seperti biasa kepada karyawan restoranku. Aku juga tidak mau ada pikiran yang negatif dari mereka, karna aku sering bepergian. Setelah kurasa sudah klop, aku pun segera pergi. Grabcar pesananku pun tiba di depan halaman restoran sekaligus rumahku. Iya, aku bukan tak punya uang buat beli mobil pribadi untukku. Tapi, aku hanya ingin menyisihkan sejumlah uang untuk kuberikan pada Deta kelak. Dan aku sudah mengalihkan sejumlah uang ke deposito, atas nama Deta. Bagaimanapun, Deta telah lama tak pernah ku rawat. Tak pernah lagi memasak untuknya, tak pernah membelainya sebagai anak semata wayangku. Ini wajar aku lakukan untuk menebus rasa bersalah ku padanya. Tak lama perjalanan yang ku tempuh,

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Mbak Ratna mulai sadar dari koma.

    "Baik Julia, aku akan bersikap baik sama Azizah. Aku akan anggap dia sebagai anakku sendiri. Kamu jangan khawatir ya? Apapun pasti aku lakuin untuk kamu," ungkapnya, dengan bibir tersenyum manis. "Oh ya Mas, setelah perlengkapan Nabilla siap, kita harus cepat ke rumah sakit. Takutnya perawatnya udah jenuh, yok?" usulku, kemudian di anggukkan sama mas Fajar. Segera kubantu Azizah membereskan perlengkapan Nabilla, begitu juga dengan pakaian dan susu formula untuk Nabilla. Tampak Azizah begitu bersemangat melakukan tugasnya. Dengan telaten dan penuh kesabaran ia menimang bayi kecilnya mas Fajar. Ia perlahan mengusap kepala Nabilla. Aku jadi bangga punya keponakan yang sangat bijak. Insya Allah, Azizah betah dan baik ke depannya. Amin. "Julia, ayo kita berangkat ke rumah sakit. Nabilla sudah sangat anteng dengan Azizah. Aku ingin bilang sama Ratna kalau Nabilla sudah berada di tangan yang pas," ajak mas Fajar dengan bersemangat. "Oke, sekarang kita berangkat. Aku juga gak bisa lama-la

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Aku menemukan pengasuh untuk bayinya mas Fajar.

    Akankah aku yang akan mengurus bayinya mas Fajar? Aku belum sanggup untuk mengurus seorang bayi, apalagi sekarang aku sedang merintis usaha baruku. Mana mungkin aku bisa mengambil alih tugas mbak Ratna sebagai ibunya. Bukan maksudku untuk mengelak, tapi aku masih ingin fokus dengan usahaku. Terlihat mas Fajar suntuk dengan pikirannya, dan tentunya berkaitan dengan kondisi anaknya. Ia enggan memintaku untuk mengurus bayinya, sungguh! Aku belum sanggup. "Julia, bisakah kamu mencarikan untuk bayiku pengasuh?" tanya mas Fajar, sambil duduk terpaku. "Nanti aku carikan Mas, insya Allah. Aku akan usahakan yang terbaik untuk anakmu Mas," ucapku memberikan semangat. "Makasih Julia, Mas sudah gak bisa berfikir normal. Mana Mas harus memperhatikan dan mengurus Ratna, nyusul lagi keadaan anakku yang memang harusnya sudah di rumah, Mas stress banget sayang. Mas gak tau harus apa," keluhnya, sambil tertunduk layu. "Udah Mas gak usah terlalu stress, ingat kerjaan Mas. Kalau Mas sakit, siapa ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status