Share

Mulai Curiga

Author: Yuni Rosa
last update Huling Na-update: 2023-05-09 18:33:12

"Te- Temen lamaku Mas, waktu masih gadis dulu. Orangnya baik, ramah, dan pekerja keras. Ini ada juga baju baru untuk Mas dan Deta, Ibu juga. Sekali-sekali kok Mas, lagian Julia kan gak ngeluarin uang. Itu aja kok sewot sih Mas," celetuk Julia, tanpa merasa bersalah.

"Tapi Julia, Mas perlu tau kalo kamu itu mau kemana. Acara apa, kan bisa kamu kasih tau lewat hp. Biasanya juga gitu kan," sergahku, sambil berdiri di depan Julia.

"Apaan sih Mas, itu aja jadi masalah buat Mas. Aku juga gak pake uang yang Mas kasih tempo hari, ini tuh semua pemberian teman lamaku. Ngerti!" gertak nya, sambil menerobos masuk ke dalam kamar.

"Julia, buat Mas gak masalah kalau kamu pake uang asal untuk keperluan yang penting dan sesuai waktu dong Julia. Ini, kamu sampai malam baru pulang. Ngapain aja?" protesku, sambil berdiri di depan pintu kamar.

"Ah, terserah. Susah ngomong sama Mas, hidup itu perlu refresing. Bukan di rumah aja, ngabisin waktu!" suara Julia mulai meninggi.

Ku lihat ibu sedang berdiri sedih di belakangku. Aku tak bermaksud membuat hati ibu terluka dengan pertengkaran kami. Aku hanya ingin Julia sadar dengan apa yang ia lakukan.

Tak ada acara makan malam seperti biasanya, aku menyuruh ibu dan Deta makan terlebih dahulu. Rasanya perutku belum terasa lapar, pikiran tak menentu. Kemudian ibu dan Deta beranjak ke kamar yang bersebelahan dengan kamar kami. Sedangkan Julia masih terlihat merapikan meja makan, kemudian mencuci piring bekas makan malam ini.

Malam pun semakin larut, tetapi mata ini tidak mau terpejam. Entah kenapa malam ini aku sangat gelisah, padahal besok harus bangun pagi. Kulihat Julia sudah terlelap dalam tidurnya, hanya terdengar bunyi jangkrik yang sedang bersuara.

Aku pun segera pergi kedapur untuk membuatkan secangkir teh panas, sambil menuju ke dapur aku sengaja melirik anakku ke kamarnya. Ternyata ibu mertuaku yang masih terbangun.

Beliau terlihat sangat sedih, akan tetapi aku enggan menyapanya. Mungkin beliau sedang memikirkan sesuatu, atau merenung tentang kejadian tadi.

"Kasihan Ibu, karena kepolosan dan lugunya sampai-sampai ibu tak bisa menolak inginnya Julia," batinku, sambil memandang ibu dari luar kamar.

Segera aku langkahkan kakiku menuju dapur, ingin sekali aku mengajak ibu mertuaku ikut minum teh hangat ini.

"Bu, mari kita minum teh manis hangat. Biar Ibu gak terlalu mikir, yok Bu, kita duduk di depan tivi," ujarku, sambil mengajak ibu dari pintu kamar.

"Kok belum tidur Nak? Kok pada buatin teh untuk Ibu?" tanya ibu sambil beranjak menuju ke ruang tamu.

"Ah, gak papa kok Bu cuma gak bisa tidur aja. Gak tau kenapa malam ini gak bisa pejamkan mata," jawabku, sembari menyeruput teh buatanku.

"Iya Nak, Ibu juga gitu. Ibu gak bisa tidur, kasihan ingat Neti sama Indra Nak. Belum lagi dengan sipat Julia yang akhir-akhir ini jadi aneh," tukas ibu mertuaku, dengan wajah sedihnya.

"Sabar Bu, udah nasib Ibu punya anak seperti Julia. Ibu kan lihat sendiri, aku gak pernah batasin hubungan Julia sama Mbak Neti toh?" sahutku dengan penuh perhatian.

"Iya Nak, Ibu tau dengan perhatian kamu ke Ibu sama Mbakmu. Ibu cuma gak habis pikir sama sikap Julia, dan sering pergi entah untuk apa," lirih ibu mertuaku, sambil tatapan kosong.

"Sudah Bu, gak usah jadi beban. Besok Mbak Neti pasti kesini antarin Indra, bisa aja Julia gitu karena sayang sama Ibu. Tapi cara penyampaian nya gak tau," ucapku, untuk menenangkan hati ibu. Dan mengesampingkan perasaanku.

Tak lama, akhirnya mata pun meminta untuk tidur. Aku pun mempersilahkan ibu mertuaku tidur duluan ke kamarnya. Sedangkan aku membereskan gelas terlebih dahulu. Kemudian beranjak tidur.

Pagi-pagi sekali aku pun segera bangun, aku tak melihat Julia ada di dapur memasak. Segera aku mengambil air wudhu, sebelum sholat subuh. Setelah sholat, aku kembali ke dapur tapi tak juga menemukan Julia. Karena terasa asing, tidak seperti biasanya. Aku pun mencari Julia ke kamar ibu dan Deta, ternyata Julia sedang mengutak-atik ponsel ibu.

Julia pun terkejut melihatku datang ke dalam kamar, kemudian ia segera beranjak dari tempat tidur ibu.

"Ngapain sih Dek, akhir-akhir ini kamu sering pegang ponsel nya Ibu?" tanyaku tanpa menyinggung kejadian semalam, sambil melangkah ke dapur.

"Kenapa sih Mas, kepo amat dengan Julia!" gerutunya dengan suara hampir tak terdengar.

"Julia, apapun yang kamu lakukan atau mau kemana, Mas harus tau. Kamu itu istri Mas," ucapku sambil menatap Julia yang berdiri mematung.

Tapi Julia tidak merespon sedikitpun.

Aku segera mandi, tak lama setelah mandi Julia telah selesai menyiapkan segalanya. Karena malam Julia sudah memasak nasi, tinggal menghangatkan ikan yang telah sengaja ia masak, sebelum tidur.

Aku pun segera sarapan dan mengambil bekal makan siang, sambil mengusap rambut Deta, aku pun pamit kerja.

Aku sengaja mengambil lembur, dan tiba di rumah tepat pukul delapan malam. Ibu dan Deta sedang menonton televisi, dan kulihat Julia sedang berbaring membelakangi pintu kamar. Ia asyik memandangi ponsel ibu, entah apa yang ia lakukan di sana.

"Loh, Julia, siapa lagi sih yang hubungi ibu? Kok sering banget ya ibu dapat telpon malam gini," tanyaku, sambil mendatangi Julia yang berbaring.

"Kamu bisa gak sih Mas, gak ngurusin apapun tentang aku!" gertak Julia, sembari bangun dari pembaringan.

"Julia, coba Mas lihat ponsel ibu. Mas pengen lihat, belakangan ini sikapmu sedikit aneh. Coba sini Mas lihat," titahku sambil menggenggam tangan Julia.

"Mas kamu jangan buat malu ya, ini nih hp ibu tau!" bentaknya, sambil mempertahankan ponsel ibu.

"Apanya yang buat malu. Mas cuma pengen lihat, ngapain aja kamu pake hpnya ibu, sini!" gertakku, sambil menarik tangan Julia.

"Riyadi, Julia. Kalian ada apa, jadi bertengkar lagi, nanti tetangga pada tau Nak," tiba-tiba ibu datang melerai pertengkaran kami.

"Ini nih Bu, aku pengen tau hp ibu digunakan buat apa. Aku mulai curiga Bu, jangan-jangan Julia sedang selingkuh pake hpnya Ibu. Salahkah aku kalau menaruh curiga Bu?" tanyaku dengan intonasi sedikit meninggi.

"Ya Alloh Julia, apa yang kamu lakukan Nak?" tanya ibu dengan tersedu-sedu, dan berurai air mata.

"Sini hpnya Julia, cepat!" bentakku lagi, sambil merampas ponsel ibu.

Dan akhirnya ku dapatkan, waktu seolah berhenti berputar. Dan nafasku seolah terhenti dengan sendirinya, seperti busur panah yang menancap tepat di ulu hatiku.

Ternyata benar, Julia sedang selingkuh. Ingin muntah rasanya, tubuhku mulai bergetar menahan emosi yang sedang memuncak.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Julia datang dan mengharapkan kehadiranku di pernikahannya.

    Sebuah pesan whatsapp pun masuk ke ponselku, sore ini. Aku segera membuka, dan membaca pesan yang ternyata dari Julia. ["Assalamu'alaikum Mas Riyadi, ada di mana sekarang? Kebetulan aku mau ke rumah ..."]Segera aku berlari menjumpai Ririn, untuk memberitahukan kabar ini. Karena aku yakin, inilah kabar yang kami tunggu-tunggu. "Ririn sayang, coba lihat nih. Ada chat whatsapp dari Julia, katanya mau ke rumah sekarang. Gimana ya?" tanyaku, sambil menunjukkan ponselku padanya. "Balas aja Mas, suruh ke sini. Kita ngumpul di sini aja deh," jawab Ririn, dengan ceria. "Iya deh, tapi gak papa kan Rin?" tanyaku balik. "Loh Mas kok nanya gitu sih, bentar lagi kalau kita nikah ,,, rumah Ririn juga jadi rumahnya Mas juga. Kok jadi gitu sih nanyanya?" jawabnya, simpel dan bermakna. "Ya udah Mas balas ya?" saranku, sambil menuliskan sesuatu di sana. ["Waalaikumsalam Julia, Mas sama Ibu dan Deta sekarang di rumah Ririn. Ririn sedang sakit, kamu bisa ke sini ya? Entar kita shareloc aja," pesan

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Ririn sembuh dan boleh pulang ke rumah.

    Setelah tiga hari di rawat, Ririn sudah bisa pulang ke rumah dengan sehat. Dan harus jaga pola makan yang teratur, dan jangan melanggar pantangan makanan. Dari dulu, aku sangat tidak suka dengan penyakit yang berkaitan dengan lambung. Karena sangat menyiksa, dan sering terjadi komplikasi. Tapi, syukurlah aku tidak mempunyai riwayat penyakit lambung. Hanya yang ringan-ringan saja. "Ibu mau masak dulu untuk siang ya? Kamu istirahat aja dulu. Ibu nanti nyusul istirahat kalau udah selesai masak," ucap ibu, setelah sampai di rumah. "Iya Bu, aku kangen masakan buatan Ibu. Tapi jangan yang di pantang kan untuk Ririn ya Bu?" seru Ririn sambil tersenyum riang. "Aman tuh Rin, nanti Ibu yang atur. Biar kamu bisa juga makan tanpa masalah," goda ibu, sambil menggoyangkan kuali di tangannya. "Makasih loh Bu, udah mau repot ngerawat Ririn. Ririn janji pasti akan menyayangi Ibu sampai kapan pun," ucap Ririn sambil berjalan kearah ibu, kemudian memeluk tubuh ibu yang sudah tua. "Ya udah, kamu isti

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Pov Riyadi.

    Bab 30Pov RiyadiRirin mual, dan tambah lemas. Aku tak mau terjadi apa-apa dengannya. Ya Allah, sembuhkanlah Ririn. Kuatkan dia, kembalikan kesehatannya. Aku berkali-kali membatin memohon kesembuhan untuk Ririn, calon istriku. "Rin, pokoknya sekarang juga kita ke rumah sakit ya? Aku gak mau terjadi apa-apa dengan kamu. Badan kamu lemah," saranku, sambil merangkul tubuh Ririn ke posisi duduk. "Gak usah pake tanya-tanya Riyadi, pokoknya kita bawa sekarang Nak. Takutnya nanti, Ririn kenapa-kenapa, gimana?" desak ibu, sambil memijit punggung Ririn. "Terserah kamu Mas, aku merasa tambah lemah sekarang. Tolong Mas ke kamar, ambilin dompet Ririn sama perlengkapan Ririn ya Mas?" pinta Ririn, dengan nada lemah. Ya, Ririn memang memiliki riwayat asam lambung. Sedikit saja salah makan, akan berdampak buruk bagi lambungnya. Tapi, aku yakin kok Ririn pasti sembuh. Aku segera menuju kamar atas persetujuan Ririn. Dan segera menyiapkan segala perlengkapan untuk di rumah sakit. Jujur saja, aku ta

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Mbak Ratna perlahan pulih.

    Dua hari tak bertemu mas Fajar, batinku seolah hampa. Ada rasa yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Hari ini, adalah hari yang telah aku janjikan untuk bertemu mbak Ratna. Entah mengapa, aku mulai menyayangi mbak Ratna seperti mbak sendiri. Aku pun bersiap, dan kemudian memberikan arahan seperti biasa kepada karyawan restoranku. Aku juga tidak mau ada pikiran yang negatif dari mereka, karna aku sering bepergian. Setelah kurasa sudah klop, aku pun segera pergi. Grabcar pesananku pun tiba di depan halaman restoran sekaligus rumahku. Iya, aku bukan tak punya uang buat beli mobil pribadi untukku. Tapi, aku hanya ingin menyisihkan sejumlah uang untuk kuberikan pada Deta kelak. Dan aku sudah mengalihkan sejumlah uang ke deposito, atas nama Deta. Bagaimanapun, Deta telah lama tak pernah ku rawat. Tak pernah lagi memasak untuknya, tak pernah membelainya sebagai anak semata wayangku. Ini wajar aku lakukan untuk menebus rasa bersalah ku padanya. Tak lama perjalanan yang ku tempuh,

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Mbak Ratna mulai sadar dari koma.

    "Baik Julia, aku akan bersikap baik sama Azizah. Aku akan anggap dia sebagai anakku sendiri. Kamu jangan khawatir ya? Apapun pasti aku lakuin untuk kamu," ungkapnya, dengan bibir tersenyum manis. "Oh ya Mas, setelah perlengkapan Nabilla siap, kita harus cepat ke rumah sakit. Takutnya perawatnya udah jenuh, yok?" usulku, kemudian di anggukkan sama mas Fajar. Segera kubantu Azizah membereskan perlengkapan Nabilla, begitu juga dengan pakaian dan susu formula untuk Nabilla. Tampak Azizah begitu bersemangat melakukan tugasnya. Dengan telaten dan penuh kesabaran ia menimang bayi kecilnya mas Fajar. Ia perlahan mengusap kepala Nabilla. Aku jadi bangga punya keponakan yang sangat bijak. Insya Allah, Azizah betah dan baik ke depannya. Amin. "Julia, ayo kita berangkat ke rumah sakit. Nabilla sudah sangat anteng dengan Azizah. Aku ingin bilang sama Ratna kalau Nabilla sudah berada di tangan yang pas," ajak mas Fajar dengan bersemangat. "Oke, sekarang kita berangkat. Aku juga gak bisa lama-la

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Aku menemukan pengasuh untuk bayinya mas Fajar.

    Akankah aku yang akan mengurus bayinya mas Fajar? Aku belum sanggup untuk mengurus seorang bayi, apalagi sekarang aku sedang merintis usaha baruku. Mana mungkin aku bisa mengambil alih tugas mbak Ratna sebagai ibunya. Bukan maksudku untuk mengelak, tapi aku masih ingin fokus dengan usahaku. Terlihat mas Fajar suntuk dengan pikirannya, dan tentunya berkaitan dengan kondisi anaknya. Ia enggan memintaku untuk mengurus bayinya, sungguh! Aku belum sanggup. "Julia, bisakah kamu mencarikan untuk bayiku pengasuh?" tanya mas Fajar, sambil duduk terpaku. "Nanti aku carikan Mas, insya Allah. Aku akan usahakan yang terbaik untuk anakmu Mas," ucapku memberikan semangat. "Makasih Julia, Mas sudah gak bisa berfikir normal. Mana Mas harus memperhatikan dan mengurus Ratna, nyusul lagi keadaan anakku yang memang harusnya sudah di rumah, Mas stress banget sayang. Mas gak tau harus apa," keluhnya, sambil tertunduk layu. "Udah Mas gak usah terlalu stress, ingat kerjaan Mas. Kalau Mas sakit, siapa ya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status