Share

Mulai Goyah

Penulis: Fika R
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-06 09:53:52

Andra terusik dari tidurnya saat sayup-sayup terdengar suara musik yang lumayan keras. "Mah, Jam berapa sih belum tidur?" Dapat kulihat cahaya dari hpnya yang masih menyala. Dia masih menikmati suguhan di layar gadget bergambar apel digigit itu. "Jam satu pah," jawabnya cuek.

"Udah malam tidurlah, besok lagi juga masih bisa lihat hpnya," kataku sambil menutupkan selimut ke tubuhnya. "Iyaa, sebentar lagi. Papa tidur aja."

Bagaimana aku bisa tidur kalau suara musik itu masih berbunyi. Terpaksa ku tutupkan bantal ke telingaku agar tidak mendengarnya lagi.

Kriiiing... Kriiiing... Kriiiing...

Alarmku sudah berbunyi. Jam berapa ini? 05.10. Ya Tuhan, ternyata alarm yang kusetel dari jam empat sudah terlewat beberapa kali. Rina masih tertidur di sampingku, sepertinya dia juga tidak mendengar alarmku berbunyi.

"Mah, sudah jam lima lewat. Bangun," kataku sambil menggoyangkan tubuhnya. "Heeem." Dia hanya menggumam. Entah tidur jam berapa dia. Tentu saja jadi telat bangun kalau dia tidur saja menjelang pagi. Kebiasaannya lama-lama mengganggu siklus tidurnya. Bisa-bisa kesiangan kalau Rina tidak bangun sekarang.

"Mah, cepat bangun. Sudah pagi, belum salat subuh. Nanti kesiangan." Dia belum bergerak. Lebih baik aku bangun dulu dan memulai aktivitas. Setelah selesai salat, aku memasukkan beras ke rice cooker. "Klik" rice cooker sudah dalam proses memasak. Belum kulihat tanda-tanda Rina bangun. "Masih pagi jangan emosi Ndra," kataku pada diri sendiri.

Aku melihat ke kamar kami, benar saja Rina belum bangun.

"Mah, sudah setengah enam. Nanti nggak dapet subuhnya."

Setelah beberapa lama aku membangunkannya akhirnya dia terbangun. Dia kelabakan sendiri bahkan menyalahkan aku kenapa tidak membangunkannya dari tadi. Dia bangun dan mengikat rambutnya asal-asalan.

Setelah salat subuh dia bangunkan Fikri, menyuruhnya salat. Kemudian Rina mulai sibuk di dapur. Kudengar suara Reza yang sepertinya ikut terbangun karena suara berisik mamahnya.

"Anak papa sudah bangun nak?"

Aku menggendong dia dan ku buatkan susu formula agar dia tidak rewel selagi mamahnya memasak. Setelah susunya habis, Reza sudah bisa tertawa dan ingin memainkan mainannya saat melihatnya masih belum selesai ku bereskan dan berceceran di ruang tamu. Ya, masih belum dibereskan dari kemarin. Aku terlalu capek, memutuskan tidur lebih awal, walaupun terganggu di tengah malam dan akhirnya bangun kesiangan.

Ku biarkan Reza bermain sendiri. Aku melihat Fikri sudah selesai mandi, ku bantu dia bersiap dengan seragam sekolahnya. Dan setelahnya memintanya menjaga adiknya sementara aku mandi. Aku mencari pakaian kerjaku di lemari pakaian, ternyata masih kusut semua. Melihat Rina masih sibuk di dapur, aku menyetrika sendiri kemeja dan celana panjangku. Tidak mungkin aku memakai pakaian kusut ke kantor. Nanti dikira sedang ribut sama istri makanya aku nggak diurus. Tapi kalau dipikir benar juga. Aku memang mengurus diriku sendiri.

Aku dan Fikri sudah duduk di meja makan, sedang Reza di kursi bayinya. Makanan sudah siap. Syukurlah kami tidak telat. Masakan buatan Rina memang ku akui sangat lezat. Dia bersungguh-sungguh belajar masak di awal pernikahan kami. Sampai ikut les masak segala, karena aku pernah bilang masakan ibuku sangat lezat. Tentu saja dia merasa tertantang untuk membuktikan dia juga bisa masak.

Memang itu salah satu hal yang membuatku menyukainya. Kalau dia punya kemauan pasti dia akan bekerja keras. Dulu dia adalah juniorku di kampus. Aku salah satu panitia ospek saat Rina baru masuk kampus. Kalau diingat-ingat lucu sekali kami dulu. Aku mulai suka padanya sejak di kampus, tapi tidak ada kesempatan pada waktu itu karena aku sudah mulai disibukkan dengan KKN dan tugas akhir.

Sampai suatu waktu di acara perusahaanku yang lama, aku melihatnya. Iya, dia sekantor denganku waktu itu. Aku masih staff biasa dan belum menjadi manager. Tanpa menunggu lama tentu saja aku langsung mendekatinya. Aku yang pada waktu itu sudah kepala tiga tentu saja sudah tidak ingin main-main lagi. Setelah dekat beberapa bulan aku langsung melamarnya pada ayahnya.

Tanpa terasa sudah delapan tahun usia pernikahan kami. Kata orang masa-masa sulit pernikahan ada di lima tahun pertama. Tapi aku merasa lima tahun pertama pernikahan kami malah adem ayem. Justru di tahun ke delapan ini rasanya agak berat karena aku merasa istriku banyak berubah. Aku mulai merasakan kepenatan dan kebosanan.

Setiap hari aku melihat rekan kerja wanitaku yang masih cantik dan pandai berdandan di kantor. Bahkan tidak sekali dua kali sebenarnya ada beberapa wanita yang terang-terangan menggodaku, bahkan anak baru lulus yang baru mulai bekerja juga ada. Tapi aku mengabaikan mereka demi untuk menjaga keutuhan rumah tanggaku.

Tapi melihat istriku di rumah yang ketika aku berangkat masih belum mandi, bau dapur dan ketika aku pulang dia sibuk dengan gawainya lama-lama aku merasa sedikit goyah. Bahkan kuakui aku merasa kurang tertarik memberinya nafkah batin kalau dia tidak memintanya duluan.

Ya, Rina memang bukan perempuan pemalu untuk urusan ranjang, dia bilang, "Sama suami sendiri kok malu, kalah nanti aku sama pelakor yang nggak tahu malu jaman sekarang mas." Tapi tetap saja anak kedua kami akan lebih mendominasinya di jam malam dua tahun terakhir ini.

Apa mungkin karena itu aku mulai tergoda ketika Yuni, rekan kerjaku yang seorang janda beranak satu itu terlihat memberi kode menyukaiku.

Tentu saja aku tahu dari gelagatnya yang sering mencuri pandang padaku. Dan sering memberikan perhatian padaku, bahkan diluar kepentingan pekerjaan. Apa ku tangkap saja kode darinya dari pada aku galau setiap hari menghadapi kelakuan istriku yang tidak memperhatikanku.

Gila. Memikirkannya saja aku merasa darah lelakiku bergolak. Aku masih muda, kata orang tampan, mapan, bukankah aku memang idaman wanita? "Astaghfirullah." Tiba-tiba aku teringat Reza yang sedang lucu-lucunya. Mikir apa aku dari tadi. Walau bagaimanapun aku seorang imam, aku harus membimbing istriku kalau mau dia menjadi lebih baik lagi. Bukannya beralih pada yang lain.

Kembali nasehat-nasehat ibu terngiang. Ibu selalu menasihati untuk menjadi laki-laki yang bertanggung jawab. "Kamu sudah berani melamar anak orang, harus kamu jaga dan jangan pernah menyakitinya," kata ibuku yang selalu dia ulang-ulang saat aku mengutarakan keinginanku untuk menikah.

Lama-lama aku menjadi terlihat lebih tua dibanding umurku kalau terus kepikiran Rina. Lebih baik aku melipir sebentar untuk menenangkan diri, dari pada pulang dan aku yakin keadaan rumah masih sama belum dibereskan.

Aku menepikan mobilku di sebuah cafe dengan tema outdoor. Ada live music dan lampu-lampu yang dihias sedemikian rupa agar para pelanggan menjadi lebih rileks dan senang berada disini. Aku memesan es cappucino dan kentang goreng untuk menemaniku melamun.

"Loh, pak Andra." Kudengar seorang memanggil namaku. Aku celingukan mencari sumber suara, ternyata Yuni dan Sari datang berdua untuk nongkrong setelah pulang bekerja.

Mereka berdua menghampiriku, Yuni lalu bertanya, "Bapak sendirian aja pak?"

"Iya nih Yun, Sar."

"Wah ada apa nih laki-laki beristri pulang kantor malah nongkrong sendiri," kata Sari yang kemudian disikut oleh Yuni.

"Maaf pak, keceplosan." Sari sepertinya merasa tidak enak padaku.

"Nggak apa-apa kok Sar, cuma pengen ngadem aja sebentar. Kalian kalau mau pesan silahkan aja mumpung ketemu. Saya yang traktir."

"Waah beneran nih pak? Beruntung banget kita Yun ketemu pak Andra, jadi ditraktir." Sari berkata sambil tertawa.

Kami jadi mengobrol sambil menghabiskan pesanan kami. Tak terasa hari sudah mulai gelap, aku harus segera pulang agar tidak kemalaman di jalan.

"Saya pulang duluan ya Yuni, Sari. Kalian habiskan makanan kalian ya," aku berkata sambil beranjak ke kasir untuk membayar makanan yang kami bertiga pesan.

"Makasih pak Andra," Yuni dan Sari berkata berbarengan.

Aku memutuskan untuk segera pulang, tidak ingin Rina bertanya-tanya karena aku pulang terlambat.

***

"Pak Andra pasti ada masalah di rumah makanya dia nongkrong sendirian begini pulang kantor, pasti karena males pulang," Sari berkata sok tau.

"Sotoy lu Sar." Yuni menanggapi Sari sambil tertawa.

"Ya kali aja lu bisa sekalian mancing di air yang keruh Yun, udah lama kan lu jomblo. Mumpung ada kesempatan sikat ajalah. Pak Andra udah ganteng, pekerjaannya bagus, duitnya banyak, baik lagi. Kurang apa coba dia."

Sari tahu Yuni menaruh rasa pada pak Andra, tapi siapa yang tidak tahu pak Andra seperti apa. Digoda anak magang yang masih muda dan bening aja tetap jejeg tidak tumbang. "Tapi siapa tahu mumpung ada kapal mulai karam sekalian aja lempar batu," pikir Sari.

Yuni pernah beberapa kali kepergok memperhatikan pak Andra tanpa kedip. Mata mereka saling bertemu, Yuni tentu saja salah tingkah. Tiga tahun menjanda, lalu satu tim dengan pak Andra yang tampan, siapa yang tidak suka. Bisa berlama-lama menatap walau pun terpisah kubikel. Memberi perhatian yang sebenarnya tidak perlu. Dia bukan anak remaja tapi tingkahnya tidak jauh beda seperti mereka ketika jatuh cinta.

Tapi Yuni sadar pak Andra sudah dimiliki orang lain. Walaupun kalau menjadi yang kedua dia tidak keberatan sama sekali. "Ah mikir apa aku, jauh sekali," Yuni tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.

Sari hanya senyum-senyum melihat Yuni yang salah tingkah setelah mendengar kata-katanya. Bukankah laki-laki boleh poligami, apalagi Pak Andra yang baik dan mapan pasti kalau beristri dua dia bisa adil. Dia tahu kisah perkawinan Yuni sebelumnya dimana Yuni diselingkuhi suaminya bahkan tidak diberikan nafkah. Bukankah tidak berdosa kalau dia mendoakan kebaikan untuk sahabatnya agar mendapatkan suami yang baik, yaitu pak Andra.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ulyana
Hayoloh Rina... suamimu itu idaman loh, sedang diincar. Cakep-cakep gih Rin
goodnovel comment avatar
Cindi
Hati-hati Rina suamimu diincar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istriku Tak Menarik Lagi   Bagian 24

    Perasaan Rina semakin tidak enak karena suaminya belum kunjung datang. Padahal jarak kantor Andra ke rumah sakit tidak sampai setengah jam. "Mampir kemana sih Mas Andra." Rina melihat hpnya lagi. Reza tertidur di pangkuannya setelah lelah menangis. Dia diminta keluar untuk menenangkan putranya. Apalagi Reza masih kecil tidak seharusnya diijinkan masuk ke ruangan. Rina mengawang, menatap dinding dan plafon rumah sakit. "Rina!" Lamunan Rina buyar saat mendengar suara yang memanggil namanya. "Pah. Kamu kenapa?" tanya Rina. Dengan susah payah dia bangkit dari kursi sambil menggendong Reza. "Ada insiden di jalan. Aku nabrak." Andra tampak meringis sambil mengelus kepalanya. Andra datang dengan dahi memerah. Penampilannya juga acak-acakan, kemejanya sudah keluar dari celana dan lengan kemejanya sudah tergulung sampai ke siku. "Ya ampun kok bisa sih Pah." Rina ingin menyentuh luka di dahi Andra tapi ditepis oleh Andra. "Ibu gimana?" tanya Andra. "Barusan sudah di

  • Istriku Tak Menarik Lagi   Bagian 23

    'Permintaan pertemanan diterima'Sebuah notifikasi muncul di hp Rina. Baru saja Rina akan membukanya, suara Bu Aisyah terdengar memanggilnya. "Iya bu." Rina meletakkan hpnya, segera mendekat pada bu Aisyah. Ibu mertuanya terlihat kesakitan terduduk di lantai teras. "Ibu kenapa bu?" Rina buru-buru berlari mendekati Bu Aisyah. Bu Aisyah memegangi dadanya, keringat dingin mulai terlihat di dahinya, pertanda dia sedang menahan sakit. "Sa...kit Rin." Rina panik dan segera meminta tolong tetangga samping rumahnya. "Bu Vina, tolong bu. Mertua saya sakit, bisa tolong antar ke rumah sakit." Rina sudah tidak bisa tenang, dia kembali ke rumah setelah Bu Vina menyanggupinya."Ibu tahan ya, kita ke rumah sakit sekarang." Bu Aisyah yang duduk bersandar ke dinding hanya mengangguk lemah.Rina ke dalam rumah dan menggendong Reza yang sedang tidur dan bersiap ke rumah sakit. Dalam perjalanan, dia sudah mencoba menghubungi suaminya tetapi tidak juga diangkat. "Kemana aja sih nih orang, kenapa

  • Istriku Tak Menarik Lagi   Bagian 22

    Yuni tersenyum saat melihat status yang dia posting dilihat oleh Andra. Tidak biasanya atasannya itu melihat statusnya."Pak Andra pasti sadar kalau itu buat dia. Hihi." Yuni bicara sendiri."Mama ngapain sih?" Kia mendekatinya. "Cantik nggak mama sayang?" Yuni memperlihatkan foto yang dia posting. Kia mengangguk, "Cantik. Kalau Kia cantik nggak?" "Cantik dong, anak mama." Yuni mencium kening Kia. "Om Andla nggak ke sini ya ma? Kia kangen pengen main baleng.""Hari ini om Andra nggak bisa ke sini sayang, neneknya Fikri datang jadi om Andra nggak bisa main dulu sama Kia." "Oh ada nenek." Kia diam tidak berkata lagi."Kia kenapa?" "Nggak apa-apa ma, aku masih sebel sama temenku di sekolah. Dibilangin Kia punya ayah dia nggak pelcaya." "Biarin aja ya sayang, anak nakal nggak usah ditemenin. Kia main sama yang lain aja ya." Yuni sebenarnya kesal juga dengan anak-anak itu. Mungkin kapan-kapan dia harus datang ke acara sekolah anaknya dan menegur anak yang bicara tidak baik pada Kia.

  • Istriku Tak Menarik Lagi   Bagian 21

    “Pak Andra,” Yuni memanggil. Andra menoleh pada Yuni, “Ya?” Yuni terlihat salah tingkah, “Em, saya mau ngundang bapak makan malam di rumah saya nanti malam. Bapak bisa kan? Sebagai ucapan terima kasih saya sama bapak. Bapak udah baik banget sama anak saya, ucapan terima kasih saja saya pikir nggak cukup pak.” “Sepertinya nggak bisa Yun.” Jawaban Andra langsung melunturkan senyum Yuni. Padahal dia sudah berpesan pada ibunya untuk memasak makan malam spesial karena dia ingin mengundang Andra makan malam. Bahkan dia berdebat dengan ibunya karena itu. Bu Maryam tidak setuju dengan Yuni yang ingin merebut perhatian Andra. Setelah meyakinkan ibunya beberapa lama, barulah bu Maryam mau mengalah walau berat hati.Tapi Andra menolaknya langsung tanpa berpikir terlebih dulu. “Ibu saya mau datang Yun. Jadi saya nggak bisa, maaf ya.” Walaupun alasan Andra karena ibunya, tetap saja Yuni merasa kecewa. Dia pikir mereka sudah lumayan dekat, dan dia tidak mau membuang kesempatan lagi. Dia juga mu

  • Istriku Tak Menarik Lagi   Bagian 20

    “Ih kok nggak dibales sih sama pak Andra.” Yuni cemberut. Dia merebahkan dirinya di sebelah putrinya masih dengan melihat hpnya. Berharap Andra akan segera membalasnya. "Huh. Pak Andra lagi ngapain sih?" Yuni meletakkan hpnya.Yuni menatap buah hatinya sambil tersenyum. Kia terlihat senang sekali malam itu, tidak berhenti tersenyum karena Andra begitu baik padanya. Yuni mengelus rambut Kia, “Sebentar lagi Kia punya ayah yang sayang sama Kia. Mama janji sama Kia, Kia bakal dapat kasih sayang seorang ayah seperti yang Kia mau selama ini." Yuni mengubah posisi tidurnya menjadi telentang, dia memejamkan matanya dan membukanya kembali. Wajah Andra terbayang di pelupuk matanya. Dia mengusap wajahnya, "Kenapa aku ini." Napasnya terlihat memburu. Yuni seorang wanita biasa. Dia yang sudah menjanda selama tiga tahun tanpa pria disisinya, entah kenapa tiba-tiba malam ini hanya dengan memikirkan Andra membuat dirinya merasa panas.***Rina membuka matanya saat mendengar bunyi berisik dari ara

  • Istriku Tak Menarik Lagi   Bagian 19

    Rina duduk di sofa ruang tamu dengan gelisah. Sudah setengah sembilan malam tapi suaminya belum sampai rumah. Tidak ada notifikasi di hpnya dari suaminya, tapi Rina tidak ingin menghubungi lebih dulu. Dia gengsi karena sedang marah. “Lebih baik aku nonton drakor saja lah dari pada kepikiran mas Andra terus,” kata Rina sambil membaringkan dirinya di sofa. Anak-anaknya sudah tertidur lebih awal. Sepertinya mereka kecapekan karena tadi siang dia mengajak mereka ke playground. Dia sangat suntuk seharian di rumah. Pekerjaan rumah yang banyak dan itu-itu saja membuatnya bosan dan ingin menikmati waktu di luar rumah. Sambil menunggu Fikri dan Reza bermain dia memesan minuman di cafe yang berada di depan playground.Rina asyik bermain hp dan menikmati waktu sendiri. “Rina.” Dewi, temannya Rina terlihat menggandeng anaknya dan mendekat ke arahnya. Mereka heboh sendiri saat bertemu, tidak lupa cipika cipiki. Dewi meminta anaknya untuk bermain di playground bersama Fikri dan Reza, sedangkan De

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status