Istriku Tak Menarik Lagi

Istriku Tak Menarik Lagi

Oleh:  Fika R   Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
15Bab
40Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Aku hanya lelaki biasa. Seorang manager di perusahaan ekspedisi. Aku sudah menikah dan punya dua orang anak laki-laki yang tampan. Diumur pernikahanku yang ke delapan aku merasakan kepenatan dan kebosanan dengan rumah tanggaku. Istriku, Rina banyak berubah tidak seperti dulu lagi. Kerjaannya hanya bermain hp sampai lupa mandi juga pekerjaan rumah lainnya. Dan Yuni, rekan kerjaku di kantor, seorang janda beranak satu yang masih muda dan cantik semakin gencar mendekatiku. Istri yang susah dinasehati dibandingkan dengan teman kerja cantik yang perhatian siapa yang tidak tergoda? Aku hanya lelaki biasa bukan?

Lihat lebih banyak
Istriku Tak Menarik Lagi Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
15 Bab
Lelah
Pov Andra"Assalamualaikum..."Aku melangkahkan kakiku ke dalam rumah. Kuhembuskan nafas panjang. Lagi-lagi rumah berantakan. Mainan anak-anak dimana-mana, remah-remah makanan berserakan, handuk basah di atas sofa. Rina, istriku selalu bilang anak-anak sedang aktif-aktifnya. Aku tahu menjadi ibu rumah tangga berat. Aku juga bukan tipe suami yang nggak mau membantu. Pada akhirnya, aku juga yang membereskan semua kekacauan ini.Lelah sekali rasanya setelah seharian bekerja sampai rumah masih harus membereskan semua ini. Tapi apa ya sebegitu sibuknya dia sampai benar-benar tidak terpegang semua pekerjaan rumah. Aku mendudukkan diriku di sofa, di samping cucian bersih yang mungkin baru diangkat Rina dari jemuran. Lelahnya."Sudah pulang mas." Rina menyambut dengan senyumannya dan si kecil Reza yang baru dua tahun di gendongannya. Dia mengulurkan tangannya dan mencium tanganku. Reza yang sudah bersih dan wangi, tertawa melihatku dan mengulurkan tangan kepadaku minta digendong. Kuambil Rez
Baca selengkapnya
Kebiasaan Rina
"Segarnya." Setelah keluar dari kamar mandi aku ke ruang makan, lalu kubuka tudung saji. "Kok kosong? kamu nggak masak mah?" Aku melihat ke ruang tamu. Istriku masih tiduran di sofa sambil sesekali tertawa melihat hpnya."Mah?"Rina tidak menengok, asyik sekali sepertinya tontonan di hpnya. Aku hampiri dia lalu mencolek pundaknya."Mah, mamah nggak masak?" Dia pun langsung terduduk. "Oh iya, tadi habis mandiin adek mamah rencana mau masak malah kelupaan," katanya sambil cengengesan. "Kita beli aja ya pah? Udah males mau masak. Aku belum mandi juga," dia berkata sambil menggaruk rambutnya yang berantakan.Kuhembuskan nafas lagi. Perut sudah keroncongan, rumah berantakan, mau makan nggak ada makanan. Sempurna sekali hari ini."Ya sudah mamah mandi sana, biar aku yang beli makanan, aku udah laper banget. Biar kakak sama adek aku ajak sekalian.""Oke bos," katanya sambil cengengesan tak bersalah."Ayam bakar aja ya pah, paha atas, sambelnya yang pedes. Lagi pengen yang pedes-pedes nih."
Baca selengkapnya
Mulai Goyah
Andra terusik dari tidurnya saat sayup-sayup terdengar suara musik yang lumayan keras. "Mah, Jam berapa sih belum tidur?" Dapat kulihat cahaya dari hpnya yang masih menyala. Dia masih menikmati suguhan di layar gadget bergambar apel digigit itu. "Jam satu pah," jawabnya cuek."Udah malam tidurlah, besok lagi juga masih bisa lihat hpnya," kataku sambil menutupkan selimut ke tubuhnya. "Iyaa, sebentar lagi. Papa tidur aja."Bagaimana aku bisa tidur kalau suara musik itu masih berbunyi. Terpaksa ku tutupkan bantal ke telingaku agar tidak mendengarnya lagi. Kriiiing... Kriiiing... Kriiiing...Alarmku sudah berbunyi. Jam berapa ini? 05.10. Ya Tuhan, ternyata alarm yang kusetel dari jam empat sudah terlewat beberapa kali. Rina masih tertidur di sampingku, sepertinya dia juga tidak mendengar alarmku berbunyi."Mah, sudah jam lima lewat. Bangun," kataku sambil menggoyangkan tubuhnya. "Heeem." Dia hanya menggumam. Entah tidur jam berapa dia. Tentu saja jadi telat bangun kalau dia tidur saja me
Baca selengkapnya
Mencoba Bicara
Aku sampai di rumah tepat saat adzan magrib berkumandang. Saat masuk rumah apalagi kalau bukan rumah berantakan yang menyambutnya. Bisa dia rasakan lantai rumah terasa berdebu. "Bisa-bisa anak-anak sakit karena ini," batinku sambil mendesah lelah.Fikri dan Reza sedang main kejar-kejaran sambil tertawa. Istriku sedang melipat pakaian sambil melihat hp yang diletakkannya di meja, menonton drakor. Sampai nggak nengok saat menjawab salamku. Mungkin aktor korea itu lebih tampan dariku, sampai aku dianggap seperti angin lalu. Sepertinya dia belum mandi kalau melihat penampilannya yang masih awut-awutan. Daster coklat yang sudah robek di bagian ketiak masih dipakainya. Padahal waktu jalan-jalan minggu lalu, aku sudah belikan dia daster baru. "Daster lama itu enak, nyaman dipakai pah, daster barunya biar awet jangan keseringan dipakai lah." Itu alasannya kalau aku memintanya ganti pakaian dengan yang lebih layak.Padahal aku belikan yang baru karena sumpek melihat dia pakai baju robek-robe
Baca selengkapnya
Membandingkan
Prang!Bruk!Mataku terbuka mendengar suara keras. Aku langsung terbangun membuat kepalaku jadi pusing. Aku tertidur setelah subuh karena mengantuk, semalam tidak bisa tidur lagi setelah menenangkan Reza. Jam dinding menunjukkan pukul setengah enam. Reza masih ada di sebelahku, tidak terganggu sama sekali dengan bunyi keras barusan.Aku berdiri dan menuju sumber suara, dari dapur sepertinya. Istriku mencuci piring sambil mendengarkan lagu. Diapun bersenandung kecil mengikuti lirik lagu itu. "Ku menangis, membayangkan. La la la la la..." Mungkin dia tidak hafal liriknya. "Suara apa tadi mah, kok keras banget, papah sampai kaget," kataku setelah sampai di dapur."Piring sama cobek jatuh pah." Jawabnya tanpa menghentikan aktivitasnya mencuci piring. Dari nada suaranya sepertinya dia marah. "Mamah marah ya?""Nggak."Sudah ku tebak. Apalagi kalau bukan marah. Dia yang salah yang harusnya instrospeksi diri, akhirnya aku yang minta maaf juga. Pagi-pagi sudah bikin energiku terbuang untuk
Baca selengkapnya
Masa Lalu Yuni
Lampu rumah masih gelap. Padahal hujan deras begini, mendung menggantung begitu pekat, "Kemana Rina?" Aku mengerutkan keningku saat membelokkan mobilku memasuki halaman rumahku.Setelah memasukkan mobil ke garasi, langsung aku bergegas masuk ke dalam rumah. Kemana istri dan anakku, kenapa rumah sepi sekali. Benar juga tadi aku tidak melihat motor Rina di garasi, berati kemungkinan dia keluar. Apa jangan-jangan dia kabur gara-gara perkataanku kemarin. Kuambil hp di dalam tasku, lalu mulai mencari kontak Rina dan langsung menekan tombol telepon. Tuuut ... Tuuut ... Tuuut ...Tersambung tapi tidak diangkat. Apa dia pulang ke rumah orang tuanya. Tapi nekat sekali membawa kedua anakku naik motor. Kuacak rambutku karena cemas. Apa ku telepon saja mertuaku. Aku harus bilang apa pada mereka. Iya kalau mereka bertiga di sana kalau tidak bagaimana? Malah hanya membuat kedua orang tua itu khawatir saja. Aku masih berusaha menelepon Rina. Sekali, dua kali, tiga kali. Tetap tidak diangkat. Dia k
Baca selengkapnya
Kedatangan Ibu
[Aku hanyalah manusia biasa yang tak pernah lepas dari-]Ringtone hp Andra berbunyi pagi-pagi sekali. Andra melihat hpnya, terlihat nama 'ibu tersayang' sedang memanggil. Andra menjawab panggilan ibunya dengan segera."Assalamualaikum bu.""Wa'alaikumussalam Ndra. Lagi ngapain?""Baru mau mandi ini bu. Tumben ibu telepon pagi-pagi bu. Ada apa?""Ibu kangen sama cucu ibu. Ibu pengen kesana ya nanti sore. Jemput ibu di stasiun.""Apa ibu nggak capek nanti kalau kesini? Nunggu weekend aja ya, nanti Andra sekeluarga kesana.""Nggak ah, ibu pengen nginap di rumah kamu, pengen main sama cucu. Kalau nunggu hari sabtu atau minggu nanti nggak puas. Nanti anak-anak malah kecapekan, Fikri kan udah mulai sekolah SD.""Ya sudah, nanti kabarin aja ya bu, Andra bakal jemput ibu di stasiun.""Nah gitu dong. Ya sudah salam buat Rina ya." "Iya bu."Andra mencari Rina untuk memberitahukan soal kedatangan ibunya nanti sore."Mah," Rina menoleh, "Barusan ibu telepon katanya nanti sore mau ke rumah.""Ibu
Baca selengkapnya
Keinginan Kia
Hari-hari ku jalani seperti biasa. Kedatangan ibu membawa berkah pada perubahan Rina. Hampir-hampir aku tidak melihatnya menggenggam hp saat di rumah kecuali sebentar. Saat malam pun dia tidak tidur terlalu larut karena takut bangun kesiangan.Rina juga sepertinya lama-lama capek marah padaku. Mungkin karena ibu juga memberikan satu atau dua nasehat rumah tangga untuk kami, menceritakan rumah tangga beliau dulu dengan almarhum ayah yang bisa awet sampai empat puluh tahun. Lima hari sudah ibu menginap, siang nanti rencananya ibu akan pulang naik kereta. Aku menawarkan ingin mengantarnya pakai mobil tapi ibu menolak. Katanya naik kereta sekarang nyaman dan lebih cepat sampai, naik mobil harus macet-macetan apalagi hari weekend. Kami dari pagi sudah bersiap mau jalan-jalan dulu sebentar dan membawa ibu makan di luar sebelum mengantarnya ke stasiun. Setelah sarapan kami langsung berangkat ke sebuah tempat wisata baru di kota. Banyak permainan anak-anak dan spot foto yang menarik. Setela
Baca selengkapnya
Terlalu Berharap
Setelah terbangun dari tidur soreku, aku keluar kamar dan mendapati Rina sedang tiduran menonton drakor sambil menangis. Drama perselingkuhan suami dengan perempuan yang lebih muda apa iya begitu menyedihkan. Bukannya biasanya ibu-ibu geregetan kalau nonton film genre begitu.Aku menuju ke dapur untuk mengambil minum. Sudah sore begini Rina belum masak. "Nonton orang berantem kok nangis sih." Aku duduk di depan Rina dan berkomentar. Rina hanya melihatku sekilas dan lanjut nonton. "Mamah marah sama papah?" Tidak ada jawaban. "Dek Rina? Jangan begini terus dong. Kalau ada masalah dibicarakan, jangan aku didiamkan begini."Rina bangun dari tiduran dan duduk melihatku dengan sengit. "Yuni itu yang mas maksud rekan kerja cantik ya? Sampai nganterin ke rumahnya segala." Tepat. Itu yang bikin dia marah. "Kan tadi papah udah bilang waktu itu hujan deras. Papah cuma ngasih tebengan aja, kebetulan rumah Yuni searah sama rumah kita. Jadi kan sekalian jalan." "Terus kenapa nggak cerita sama aku
Baca selengkapnya
Pertemuan Tidak Sengaja
Aku kecewa dengan Rina yang semakin hari justru semakin menjadi. Aku pikir kemarin dia kelelahan, ternyata setelahnya dia justru semakin keterlaluan. Awalnya dia bilang capek karena selama beberapa hari ibu di rumah dia tidak bisa istirahat. Tapi ternyata kebiasaannya bermalas-malasan kembali lagi.Benar juga, bagaimana aku bisa berharap dia berubah hanya dalam semalam. “Padahal dia begitu takut aku berselingkuh hanya karena aku mengantarkan Yuni pulang.” Kuhela nafas panjang merebahkan diriku di samping Rina yang sedang meninabobokan Reza.Aku melihat ke langit-langit kamarku, teringat kejadian siang tadi. Aku mendengar Yuni dan Sari yang sedang mengobrol di pantry saat istirahat siang. Sari sedang menenangkan Yuni yang sepertinya sedang sedih, hanya sekilas aku mendengar karena tidak enak berdiri terlalu lama di dekat mereka.“Mas Arya keterlaluan Sar, hari minggu kemarin aku dan Kia bertemu dengannya di mall. Kia langsung berlari ke arahnya dan memanggilnya ayah, tapi bisa-bisanya
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status