Beranda / Romansa / Istriku Tua / Tidak Berguna

Share

Tidak Berguna

Penulis: Naffa Aisha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-25 14:58:18

ISTRIKU TUA

Bab 5 : Tidak Berguna

Seperti hari biasanya, sarapan sudah terhidang di atas meja. Tapi mataku menyipit, cuma ada nasi goreng berwarna pucat dengan setengah potong telor saja. Gelas di samping piring juga hanya terisi air putih, bukan susu seperti biasanya. Dan yang membuat hatiku dongkol, cuma ada tiga batang rokok saja. Mana cukup sehari cuma tiga batang. Jatah rokokku kan dua bungkus sehari, Fani mau korupsi ini.

'Prakkk' kupukul keras meja makan, hingga air minum tertumpah ke dalam nasi goreng.

"Dasar istri tidak berguna, bikin sarapan yang enak saja dia tidak becus," umpatku dengan berang.

Segera kukeluarkan ponsel dan mencari namanya.

"Halo, Assalammualaikum, Mas." Sambut Fani dengan suara sok lembut.

"Dek, sarapan apa ini yang ada diatas meja? Seperti makanan kucing saja!" ucapku dengan suara tinggi.

"Maaf, Mas. Susunya habis, bahan makanan yang lain juga habis. Uang gaji Adek ... "

"Mas mau sarapan bubur ayam, tiga puluh menit lagi harus sudah diantar ke rumah ya!" Belum sempat Fani menyelesaikan ucapannya, aku langsung memotongnya.

"Tapi, Mas ... sekarang Adek sedang mengajar dan ... "

Belum selesai ucapan Fani, aku langsung mematikan telepon. Kulirik jam menunjukan pukul 09.00, berarti pukul 09.30 Fani harus sudah berada di sini. Kuraih handuk di kamar dan bersiul riang memasuki kamar mandi.

Setelah mandi dan berpakaian, terdengar suara motor Fani dari arah depan rumah. Aku ogah membukakan pintu, biar saja dia membukanya sendiri. Kuhidupkan televisi dan duduk didepannya.

"Mas, maafkan Adek, ya. Kayaknya agak lewat dari 30 menit. Ini bubur ayamnya, Adek masukan mangkok dulu, ya," ucap Fani sambil menuju dapur.

Taklama kemudian dia sudah datang kembali dengan semangkok bubur ayam yang aromanya sungguh menggoda.

"Ini, Mas," ujarnya sambil menyodorkan bubut ayam ke tanganku.

"Suapin dong, Sayang," rengekku manja.

Fani sedikit tersipu malu dan kemudian wajahnya berubah bimbang sambil melihat jam di tangannya. Lalu mengeluarkan ponsel dan terlihat sedang mengetik sebuah pesan.

"Ayo, Dek!" aku menatapnya sambil membuka mulut.

Fani terlihat menarik napas dan menyimpan kembali ponselnya. Kemudian menuruti juga mauku, menyuapkan bubur itu sampai habis.

Setelah menyuapiku bubur, Fani malah masuk ke kamar dan berganti pakaian.

"Eh, Dek. Kok gak kembali ke sekolah lagi?" aku menatapnya sedikit heran melihat dia kembali duduk disampingku.

"Adek sudah izin dengan kepala sekolah untuk tidak kembali lagi ke sekolah karena ada urusan mendadak," jawabnya santai.

"Ehm, tapi gaji kamu gak akan di potong, kan?" aku menatapnya sedikit cemas.

Fani tersenyum, "nggaklah, Mas."

"Syukur kalau begitu." Aku meraih tangan Fani dan menciumnya, "makasih ya, Sayang. Mas sayang banget sama Adek."

"Iya, Mas. Adek juga sayang Mas."

Aku sedikit terkejut melihat jemari Fani, cincin emas yang biasa melingkar di jari manisnya kini tak terlihat lagi.

"Dek, cincinmu mana?"

"Barusan Adek jual, buat beli bensin sama bubur ayam buat Mas."

"Astaga, emangnya kamu sudah gak punya uang lagi?"

"Gak ada lagi, Mas. Gaji dari sekolah sudah habis, terus gaji mengajar les, minggu depan baru diterimanya."

"Oh, begitu." Aku menarik napas.

"Mas mau kerja gak? Ada tawaran kerja nih?" tanya Fani tiba-tiba.

"Kerja?" aku sedikit kaget. "Kerja apa? Kamu kan tahu, Mas gak punya Ijazah. Semua Ijazah dari TK sampai SMA sudah habis di makan rayap," ujarku sambil membaringkan kepala dipangkuannya.

"Ada suami teman Fani di Sekolah mau berhenti kerja, karena sudah ada kerjaan baru. Terus kalau Mas mau, langsung kerja saja, gak perlu pakai surat lamaran segala. Kerja di Mall, di Bioskop Citimax. Bagian jaga tiket masuk."

"Hem, penjaga tiket bioskop?" aku bangkit dan duduk dihadapan Fani. "Emang gak ada kerjaan yang lebih bagus apa? Jadi manager kek atau direktur kek di perusahaan gitu?" aku menerawang.

Fani terlihat menarik napas, mungkin dia kesal dengan pertanyaaku. Tapi, aku hanya bertanya. Barangkali saja ada lowongan menjadi direktur, pasti langsung kuterima.

"Kerjanya cuma dua kali saja dalam seminggu, Mas. Mas kebagian shif hari rabu dan sabtu, dari jam 12 siang sampai jam 01.00 malam, gajinya Rp 1.500.000,00. Kan lumayan buat tambahan kebutuhan kita sehari-hari, mau gak, Mas?" Fani terlihat antusias.

Aku mengerutkan dahi, "terus nanti kamu pergi mengajar les gimana? Kan motor kita cuma satu."

"Begini saja, Mas. Kalau siang Adek yang antar Mas ke sana, terus kan jam 17.30 istirahat dan masuk kembali jam 18.30 nanti Mas yang bawa motor sendiri. Gimana?"

"Ehm, terus kamu mengajar les malamnya gimana?"

"Adek bisa minta antar Burhan saja, itu lhoh ... mantan staf di kantor dulu. Boleh gak, Mas?"

"Burhannya mau nggak ngantar? Mas sih gak apa-apa, asal jangan yang macam-macam saja."

"Jadi Mas mau terima perkerjaan ini?" wajah Fani terlihat berbinar-binar.

"Mau sih, cuman ... kalau Mas gak betah, Mas langsung berhenti, ya."

"Iya, Mas. Dicoba saja dulu." Fani memelukku dan kemudian mencium pipi kiri kanan.

Aku ikut tersenyum juga, lumayanlah. Kerja cuma dua hari dalam seminggu, gajinya juga lumayan.

Tiba-tiba saja, mataku terhenti pada perut Fani yang semakim gembrot. Benar-benar tidak ada body sedikit pun, bentuk tubuhnya semakin menjadi persegi saja. Aku mendadak jengah, semakin bikin ilfil saja wanita tua ini.

"Dek, kamu kok gak hamil-hamil, ya? Mas kan kepengen punya anak."

"Mungkin Allah belum mempercayakannya rezeky itu pada kita, Mas yang sabar saja. Yang penting setiap malam kita tetap usaha." Fani menatapku genit.

"Kamu gak pakai KB kan, Dek?"

"Nggak, Mas. Kan semenjak kita menikah, kb sudah Adek lepas."

"Apa mungkin kamu sudah terlalu tua untuk punya anak ya, Dek?" ucapku sedikit ketus.

Raut wajah Fani langsung berubah muram, "Adek mau ambil minum ke dapur dulu."

Kenapa dengan Fani? Apa dia tersinggung dengan ucapanku barusan? Emang kenyataannya kok dia tua, emang mau dibilang muda. Itu malah fitnah namanya.

Bersambung ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istriku Tua   Tamat

    Istriku TuaBab 35 (Tamat)"Kenapa baru bilang sekarang, Dek?""Aku juga baru tahu, Mas, kalau sudah stadium empat sebab aku tidak pernah mau memeriksakannya pada Dokter.""Kenapa, Dek?" dadaku menjadi sesak, orang yang kucinta, yang sudah lama kucari tapi tak lama lagi ia akan meninggalkanku untuk selamanya."Mungkin ini hukuman dari Allah atas kesalahan dimasa lalu, aku ikhlas menerimanya.""Tapi, Dek .... ""Sudahlah, Mas. Kamu tak perlu bersedih! Mungkin ini azab wanita tukang selingkuh sepertiku, yang suka berzinah hanya demi kepuasan birahi. Aku senang, sebab disaat sakit melanda, aku sudah bertobat. Jadi, kupasrahkan semuanya pada Ilahi," kata Fani sambil menyeka buliran bening yang keluar dari pojokan matanya."Sudah kuputuskan, aku akan rujuk denganmu. Aku akan merawatmu, sayang." Kueratkan pelukan padanya, kami sama-sama menangis."Siapa nama wanita dan anak kecil yang bersamamu tadi, Mas?""Namanya Sandra dan anak kecil itu Stepy.""Setelah aku meninggal nanti, kamu harus m

  • Istriku Tua   Bertemu

    ISTRIKU TUABab 34 : BertemuPagi ini, Stepy menelponku untuk menemani mamanya menghadiri pentas seni di sekolahnya. Ia akan tampil menari di sana, aku di minta hadir. Tak kuasa menolak ajakan calon putriku itu, maka kuiyakan saja.Beberapa saat kemudian, aku sudah duduk berdampingan dengan Sandra. Ia menolehku sekilas, lalu sibuk dengan ponsel. Apa aku yang harus menanyakan tentang kebenaran ucapan Stepy yang melamarku untuk jadi papa sekaligus suami dari sang mama. Tapi kok, Sandra cuek begini? Tidak ada gelagak kalau ia menyukaiku. Disaat sedang mengamati wajahnya, Sandra menoleh padaku. Wah, apakah ia akan melamarku jadi suaminya."Mas .... ""Iya," jawabku sambil menyunggingkan senyum."Itu, Stepy sudah naik ke atas panggung," ujarnya agak grogi.Aku segera menoleh ke arah panggung sambil mengusap wajah, ah ... padahal aku sudah kePDan.Disaat Stepy menari di atas panggung, tiba-tiba tangan Sandra menggenggam jemariku. Aku tersentak kaget dan mengerutkan dahi."Mas, penampilan S

  • Istriku Tua   Nasib Baik

    ISTRIKU TUABab 32 : Nasib BaikTiga hari sudah aku menjadi pengasuh si Fani kecil. Ia selalu kubawa ke mana pun, bahkan ketika memasukkan lamaran kerja. Semoga dia bisa membawa hoki bagi kehidupanku. Naluri kebapakanku begitu menyeruak ke permukaan. Aku mulai menyayanginya dan menganggapnya anak.Kini langkah kami terhenti di depan sebuah Pabrik Kertas."Permisi, Pak. Saya mau melamar pekerjaan, di koran katanya Pabrik kertas ini sedang butuh beberapa karyawan bagian pengolahan," ujarku sambil menunjukkan koran yang kubawa."Iya, betul. Masuk saja, langsung antar lamaran anda ke HRDnya." Satpam itu terlihat ramah. "Tapi, gak boleh bawa anak, maaf.""Oh, ya sudah. Saya titip anak saya sama Bapak, boleh?"Satpam itu mengangguk dan menarik tangan Fani kecilku tapi ia malah menolah dan bersembunyi di belakangku.Satpam itu menatap Fani sampai keningnya terlihat berkerut, "Sepertinya saya pernah melihat anak ini? Apa dia benar anakmu?""Iya, dia anak saya. Ya sudah, saya permisi saja dan

  • Istriku Tua   Merantau

    Istriku TuaBab 31 : MerantauSesampainya di penginapan, segera kubersihkan tubuh. Tampang dekil ini harus kembali berubah rupawan. Kupandang pantulan diri di depan cermin, wajahku sudah kembali mulus. Bekas pukulan waktu di penjara juga sudah menghilang.***Pagi ini aku terduduk bingung dengan apa yang pertama akan kulakukan. Mencari keberadaan Fani atau mencari perkerjaan dulu? Ah, tingkat kecerdasanku memang minim, hanya tingkat kegantengan saja yang tinggi. Begini saja aku bingung, kan ... hanya bermodalkan wajah ganteng tanpa memiliki kecerdasan itu serasa menjadi perhiasan imitasi. Hanya indah tampilan, tapi tak ada gunanya. Sebab gak laku kalau di jual kembali. Aku memukul kepala dan kemudian bangkit menuju pintu.Kudekap beberapa map yang sudah berisi surat lamaran kerja, walau hanya bermodal ijazah SMA. Aku berbohong pada Fani kalau ijazah sudah di makan rayap, sebenarnya ada di simpan sama Ibu. Waktu itu aku sudah merasa enak bersamanya, sebab semua terpenuhi tanpa harus ke

  • Istriku Tua   Bebas

    Istriku TuaBab 30 : BebasHari ini aku sudah bebas dari penjara, tekatku sudah bulat. Setelah ini akan mencari Fani. Dua bulan sudah kami berpisah, waktuku untuk bisa rujuk dengannya hanya tinggal sebulan lebih.Pakaian sudah kumasukkan ke dalam koper, tapi kemudian. Aku terpikir sisa uang, ternyata bukan tiga juta lagi, hanya dua juta lebih saja. Sebab sudah kupakai buat berobat juga tempo hari. Sebaiknya sebelum menemui Fani, aku konsul ke doktet lagi. 'Si otong' harus sembuh, dia adalah mahkota keperkasaanku. Kusimpan kembali koper dan bersiap untuk ke rumah sakit. Demi Fani, sekarang aku sudah tidak takut lagi ke Dokter. Demi dia, aku harus sembuh dan bisa memberinya anak agar hubungan kami tak terpisahkan lagi."Bagaimana, Dokter? Kira-kita kapan saya bisa sembuh?" tanyaku pada Dokter ketika ia sudah selesai memeriksa senjata pamungkas."Hem, gak bisa langsung sembuh, Pak. Penyembuhannya bertahap, saya resepkan obat lagi saya, ya!" jawab sang Dokter sambil menuliskan sebuah rese

  • Istriku Tua   KDRT

    Istriku TuaBab 29 : KDRTMalam berikutnya, lagi-lagi Dinny menuntut hak sebagai istri. Berbagai alasan sudah kulontarkan, tapi ia masih ngotot mengajak berhubungan."Gak nyangka aku, Bang. Ganteng-ganteng kok, malah impoten!" ucapan itu keluar juga dari bibir tipis Dinny. Ia menatapku tajam, tatapan merendahkan.Tanganku langsung terangkat mendengar ucapannya, pukulan mendarat di wajah mulusnya. Hatiku murka."Aaaagghh," jeritnya histeris sambil memegangi wajah."Jaga ucapan, Dinny! Aku ini suamimu, aku pria normal. Hanya saja sekarang aku sedang sakit, kuharap kamu bisa bersabar." Tanganku terkepal dengan masih menahan amarah yang membuat tubuh ini gemetar."Sakit apa, Bang? Sakit Himpoten, kan? Aku menyesal menikah dengan pria sepertimu, aku jijik! Cih!" Dinny meludahi wajahku lalu keluar dari kamar.Setan! Awas saja kamu! Kukejar Dinny hingga ke depan pintu tapi ia sudah keburu keluar. Ah, aku gak mungkin menghajarnya di rumah ini, ini rumah orang tuanya.Seminggu sudah pernikahan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status