ISTRIKU TUABab 34 : BertemuPagi ini, Stepy menelponku untuk menemani mamanya menghadiri pentas seni di sekolahnya. Ia akan tampil menari di sana, aku di minta hadir. Tak kuasa menolak ajakan calon putriku itu, maka kuiyakan saja.Beberapa saat kemudian, aku sudah duduk berdampingan dengan Sandra. Ia menolehku sekilas, lalu sibuk dengan ponsel. Apa aku yang harus menanyakan tentang kebenaran ucapan Stepy yang melamarku untuk jadi papa sekaligus suami dari sang mama. Tapi kok, Sandra cuek begini? Tidak ada gelagak kalau ia menyukaiku. Disaat sedang mengamati wajahnya, Sandra menoleh padaku. Wah, apakah ia akan melamarku jadi suaminya."Mas .... ""Iya," jawabku sambil menyunggingkan senyum."Itu, Stepy sudah naik ke atas panggung," ujarnya agak grogi.Aku segera menoleh ke arah panggung sambil mengusap wajah, ah ... padahal aku sudah kePDan.Disaat Stepy menari di atas panggung, tiba-tiba tangan Sandra menggenggam jemariku. Aku tersentak kaget dan mengerutkan dahi."Mas, penampilan S
Istriku TuaBab 35 (Tamat)"Kenapa baru bilang sekarang, Dek?""Aku juga baru tahu, Mas, kalau sudah stadium empat sebab aku tidak pernah mau memeriksakannya pada Dokter.""Kenapa, Dek?" dadaku menjadi sesak, orang yang kucinta, yang sudah lama kucari tapi tak lama lagi ia akan meninggalkanku untuk selamanya."Mungkin ini hukuman dari Allah atas kesalahan dimasa lalu, aku ikhlas menerimanya.""Tapi, Dek .... ""Sudahlah, Mas. Kamu tak perlu bersedih! Mungkin ini azab wanita tukang selingkuh sepertiku, yang suka berzinah hanya demi kepuasan birahi. Aku senang, sebab disaat sakit melanda, aku sudah bertobat. Jadi, kupasrahkan semuanya pada Ilahi," kata Fani sambil menyeka buliran bening yang keluar dari pojokan matanya."Sudah kuputuskan, aku akan rujuk denganmu. Aku akan merawatmu, sayang." Kueratkan pelukan padanya, kami sama-sama menangis."Siapa nama wanita dan anak kecil yang bersamamu tadi, Mas?""Namanya Sandra dan anak kecil itu Stepy.""Setelah aku meninggal nanti, kamu harus m
Istriku TuaPrologHari ini kehidupanku sedikit bewarna, sebab sudah berhasil membeli ponsel. Walaupun jadul, yang penting punya. Dengan ini, aku akan mencari kenalan buat teman sms-an. Siapa tahu juga bisa dapat jodoh yang kaya raya. Aku terus tersenyum sambil rebahan di atas kasur lapuk di kamar jelek milikku ini. Sudah berdoa siang dan malam pengen punya kamar yang bagus dan mewah, tapi belum juga terkabul.Aku masih berbaring dengan kaki kulipat di atas lutut sambil mengacak nomor ponsel buat di miscall, siapa tahu kesasar ke nomor Luna Maya? Kan, asyik. Aku nyengir sendiri."Halo," sapa suara seorang wanita dari seberang sana.Aku langsung duduk, "Ya, Halo.""Ini siapa?" tanya wanita itu lagi."Maaf, apa ini nomor ponselnya Andi, temanku? Dia mana, ya?" aku pura-pura salah sambung sambil menahan senyum."Oh, ini bukan nomor Andi. Mungkin kamu salah sambung.""Oh, gitu, ya. Terus ini siapa, dong?""Saya Fani," jawab wanita itu lembut.Yes, aku yakin sekali, dari suara dan namanya
Istriku TuaBab 1 : Namanya Fani"Mas, Adek berangkat kerja dulu ya! Di atas meja makan sudah Adek siapkan susu panas dan nasi goreng sosis kesukaan, Mas," ucap Fani sambil mencium punggung tanganku."Iya, hati-hati!" jawabku dengan mata setengah terpejam karena masih mengantuk. "Oh, iya. Rokok Mas sudah di belikan belum?""Nanti Adek belikan, sekarang Adek mau berangkat mengajar dulu." Fani mengecup lembut pipiku tanpa protes dengan bau jigong khas bangun tidur."Jangan lupa, Dek. Nanti pas Mas bangun tidur, rokok harus sudah ada di samping sarapan, ya!" ancamku dan kemudian menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh."Iya, Mas," jawab si Fani, istriku yang umur dan wajahnya tua itu.Aku kembali ke dunia mimpi dan terbebas dari pandangan tubuh gendut dan wajah tua si Fani, istri yang cinta mati kepadaku itu. Yang rela meninggalkan segalanya hanya demi menikah denganku yaitu mantan suami dan tiga orang anaknya. Tapi, aku bukan 'Pebinor' ya, dia yang mengejarku dan mengajak menikah
ISTRIKU TUABab 2 : KesalSegera kukunci pintu kamar, agar Fani tidak bisa masuk dan meratapi dulu kesalahannya. Istri tidak berguna itu sungguh menyebalkan, tak ada lagi yang bisa dibanggakan darinya. Kini dia sudah melarat, pekerjaannya sudah tidak menjamin masa depan lagi. Kenyamananku terancam sirna, aku tidak mau ini terjadi. Aku tidak mau hidup susah."Mas, Mas Fahmi, buka pintunya! Adek mau masuk, Mas jangan marah dong!" terdengar suara Fani dari balik pintu kamar.Aku muak mendengar suaranya, segera ku pasang headset ke telinga dan mendengarkan musik. Memejamkan mata dan merentangkan kedua tangan. Nikmat sekali rasanya tidur di kamar ber-Ac ini, maklum di kampungku cuma ada kipas angin. Itupun rebutan sama saudara-saudaraku.Tanpa kusadari, aku sudah terlelap dan bermimpi bercumbu dengan gadis-gadis cantik. Kala kubuka mata dan menggeliat manja, suara Fani sudah tidak terdengar lagi, mungkin dia sudah pergi mengajar les privat.Aku bangkit dan membuka pintu kamar, dan benar sa
Istriku TuaBab 3 : Masa LaluSuara azdan subuh membangunkan tidurku, ternyata sudah tertidur di depan tv. Kulihat ke sebelah kanan, ternyata Fani juga ikutan tidur di luar bersamaku. Entah kapan juga ia berpindah dari kamar ke sini, aku tidak sadar.Aku menatap wajah yang sedikit berkerut itu, matanya dipenuhi lingkaran hitam. Ia tertidur sangat pulas."Dek, bangun, Dek!" Aku menggoyang punggungnya. "Ayo, kita pindah ke kamar."Fani membuka sedikit mata dan kemudian menggeliat. "Sudah pagikah, Mas?""Masih subuh, kamu kok ikutan tidur di sini sih?""Susah senang kita harus selalu bersama, Mas. Kalau Mas tiduran di lantai, maka Adek juga harus ikut," ucapnya sok bijaksana."Ya sudah, buruan kamu pindah ke kamar! Nanti malah sakit dan gak bisa kerja, kan bikin susah saja," ucapku sedikit ketus.Wajah ceria Fani langsung berubah muram, perlahan ia bangkit menuju kamar.***Hari ini hari minggu, Fani akan libur berkerja. Seharian dia akan full di di rumah, dia pasti akan meminta jatah se
ISTRIKU TUABab 4 : BujukanKuraih ponsel yang berada di samping bantal. Tenyata ada beberapa pesan dari Fani, kuabaikan saja. Jam menunjukan pukul 06.00, perutku terasa perih karena tadi malam belum sempat terisi apapun.Ketika membuka pintu kamar, Fani yang tertidur didepannya langsung terbangun lalu memeluk kakiku."Mas, maafkan Adek, Mas. Semenjak kita menikah, Adek sudah bertobat dan tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh lagi. Adek sangat mencintai, Mas. Bimbinglah Adek ke jalan yang lurus, Mas. Hidup Adek yang terdahulu memang penuh dosa, tapi semenjak kita menikah, Adek sudah berubah," ucap Fani dengan sambil menangis dan masih memeluk kakiku.Astaga, kalau bukan karena aku masih ingin hidup enak dengan ongkang-ongkang kaki saja, sudah kutendang dia. Tapi aku berusaha menahan diri dan ada sedikit rasa kasian juga, walau bagaimana pun juga dia adalah istriku. Si pencari nafkah untukku."Sudahlah, Dek! Jangan berlutut seperti ini, Mas sudah memaafkanmu. Ayo, bangun!" Aku meme
ISTRIKU TUABab 5 : Tidak BergunaSeperti hari biasanya, sarapan sudah terhidang di atas meja. Tapi mataku menyipit, cuma ada nasi goreng berwarna pucat dengan setengah potong telor saja. Gelas di samping piring juga hanya terisi air putih, bukan susu seperti biasanya. Dan yang membuat hatiku dongkol, cuma ada tiga batang rokok saja. Mana cukup sehari cuma tiga batang. Jatah rokokku kan dua bungkus sehari, Fani mau korupsi ini.'Prakkk' kupukul keras meja makan, hingga air minum tertumpah ke dalam nasi goreng."Dasar istri tidak berguna, bikin sarapan yang enak saja dia tidak becus," umpatku dengan berang.Segera kukeluarkan ponsel dan mencari namanya."Halo, Assalammualaikum, Mas." Sambut Fani dengan suara sok lembut."Dek, sarapan apa ini yang ada diatas meja? Seperti makanan kucing saja!" ucapku dengan suara tinggi."Maaf, Mas. Susunya habis, bahan makanan yang lain juga habis. Uang gaji Adek ... ""Mas mau sarapan bubur ayam, tiga puluh menit lagi harus sudah diantar ke rumah ya!"