Share

Bertemu Yasmin

Author: Reinen
last update Last Updated: 2023-04-05 06:01:41

7. Bertemu Yasmin

-Kalau dia secantik ini, kenapa kamu menerimaku?- Ailuna Cintia Permadi

Sepeninggal Raisa, aku masih berusaha memejamkan mataku barang sebentar saja. Tubuh, otak, bahkan hatiku benar-benar letih secara bersamaan. Otakku terus saja bekerja memutar-mutar memori kelam yang sangat ingin aku hilangkan dari hidupku, membuatku kesusahan masuk ke dalam alam mimpi.

Tok. Tok. Tok.

Samar aku mendengar suara ketukan dari arah pintu, tak biasanya para koas mengetuk pintu saat berniat memasuki ruang koas, terlalu sopan. Karena penasaran, dengan malas aku beranjak dari ranjangku dan membuka pintu perlahan.

“Hai Lun..” Sapa laki-laki berkacamata yang tidak lain tidak bukan adalah Keanu.

Aku menegang seketika mengingat kejadian tak mengenakan tadi pagi saat aku menolak ajakannya untuk mengobrol berdua. Apa dia belum menyerah juga?

“Hm, ada perlu apa dokter datang kemari?”

Dia menengok Panerai yang melingkar di tangan kirinya. “Aku tahu kebiasaanmu melewatkan waktu makan, belum terlambat. Ayo makan siang bersamaku, sekalian sebagai permintaan maaf karena sikapku tadi pagi.” Dia tersenyum padaku.

Oh, ayolah, disini aku yang bersalah, mengapa kamu yang meminta maaf. Ingin sekali aku mengatakan hal itu padanya, sikapnya yang seperti ini semakin membuatku tenggelam oleh rasa bersalah yang semakin dalam. "Maaf, saya sudah makan Dok.”

Kruyuk.

Oh God, kenapa kalian melakukannya disaat yang tidak tepat wahai cacing-cacing di perutku?. Aku melihat dia tersenyum sekilas, sementara aku hanya bisa menahan malu yang sudah sampai di ujung rambut Keanu, maksudku ujung rambutku.

“Ok, ayo kita ke kantin!"

Pada akhirnya aku menyerah, aku berjalan terlebih dahulu mendahului langkah panjang Keanu, bukannya apa-apa, aku hanya malas menjadi pusat perhatian para ibu-ibu penggosip di rumah sakit ini. Bisa-bisa besok tersebar berita bahwa aku keguguran karena suamiku yang kasar, kemudian memutuskan untuk bersama Keanu. Mereka sangat cocok menjadi penulis naskah drama-ecekecek-televisi.

Aku memesan satu porsi bakso sapi tanpa mie favoritku. Uapnya menyeruak masuk menggelitik bulu hidungku, dengan cepat, mulutku melahapnya rakus, aku baru tahu jika sakit hati ternyata membutuhkan banyak energi.

“Kamu seperti balita penderita busung lapar.” Kekehnya sembari menatap kearahku.

Aku mengerutkan kening karena tak mengerti dengan yang dia katakan. Terkadang aku lebih mengerti istilah medis dibandingkan nama pasarannya.

“Honger Oedema.” Ucapnya memperjelas.

Aku melotot ke arah Keanu tak suka.

“Saya ini bukan kekurangan protein, tapi kekurangan kasih sayang.” Ucapku tak peduli dengan reaksi yang akan dibuat oleh Keanu setelah mendengar pernyataanku barusan.

“Kalau gitu, aku siap memberimu kasih sayang sebanyak yang kamu butuhkan!”

"Uhuk.."

Ucapan Keanu membuatku tersedak kuah bakso panas yang sedang aku seruput. Mengesalkan, aku kira dia sudah menyerah terhadapku. Beberapa detik kemudian, dia mengulurkan selembar tisu ke hadapanku.

“Jangan terlalu serius Luna, aku hanya bercanda. Lagi pula, kamu pasti sudah mendapatkan kasih sayang berlebih hingga membuat hatimu kebanjiran.” Ucapnya renyah.

Aku hanya meringis mendengarnya, benar semua itu benar, namun hanya dalam mimpiku saja. Boro-boro kebanjiran, yang ada hatiku ini kering kerontang tak pernah dihujani kasih dari suamiku sendiri.

“Aku harap, dia laki-laki yang lebih baik dariku, dan dia memperlakukanmu dengan lebih baik.” Ucapnya. Aku melihat ketulusan dari sorot matanya.

Ah, aku memang bodoh, mengapa aku harus menyakiti laki-laki sebaik dia?

“Aku akan membelikan minum untukmu.”

“Jangan!” selaku sebelum dia beranjak dari tempat duduknya.

“Biar saya saja, dokter Keanu sudah meneraktirku makan, sebagai gantinya saya akan mentraktir minuman untuk dokter. Apa yang ingin dokter minum?” tanyaku.

Dia terlihat berpikir, aku terkekeh menertawakan diriku sendiri karena baru menyadari jika dokter muda di hadapanku ini benar-benar tampan saat dilihat dari jarak dekat, hanya saja kacamata bulatnya membuat dia terlihat lebih manusiawi.

Setelah dua menit berlalu. “Mineral water.” Jawabnya.

Dasar pecinta hidup sehat, lihat saja, untuk menemaniku makan dia hanya memesan seporsi salad. Kembalikan dua menit berhargaku Keanu!

“Ok, tunggu disini sebentar Dok!”

Aku berjalan menuju vending machine terdekat, kebetulan sekali tenggorokanku menginginkan cola. Sudah lama sejak terakhir aku meminum minuman berkarbonasi sekitar, oh aku ingat! Dua hari yang lalu.

Saat sudah hampir sampai, aku melihat seorang wanita memakai kursi roda yang terlihat kesulitan memencet tombol vending machine karena terlalu tinggi. Aku berjalan cepat ke arahnya.

“Apa yang kamu inginkan nona?” tanyaku ramah.

Wah wanita yang ku perkirakan berusia dia puluh tahunan ini sangat cantik, bibirnya terlihat tipis, dengan mata yang membentuk bulan sabit. Tipe anggun dan ramah yang banyak disukai oleh laki-laki.

“Orange juice, dok.” Serunya.

Ah, banyak yang mengira jika aku adalah seorang dokter, padahal baru calon. Tapi setiap mendengar kata itu aku jadi merasa bangga dengan diriku sendiri, jadi ku biarkan saja.

Aku memencet bagian orange juice dengan cukup keras.

Clang!

Keluarlah satu botol orange juice instan dari lubang vending machine.

“Terimakasih banyak dok. Oh ya namaku Yasmin, senang berkenalan dengan dokter.”

Aku mematung seketika, Yasmin? Apakah dia? Aku kembali memperhatikannya, dan kemudian meneliti gelang yang melingkar di tangannya. ‘Yasmin Tristan P, 29 thn’.

Aku langsung membalik nametag yang ku kenakan.

“Luna." Jawabku singkat.

Dia terlihat kebingungan melihat perubahan ekspresiku yang begitu drastis. Tapi sungguh, aku terlalu terkejut dengan semua ini.

Jantungku terasa teremas, demi Tuhan Yasmin adalah manusia paling aku hindari setelah Keanu, tapi aku tak pernah menyangka jika kita akan dipertemukan dengan cara seperti ini? Jika dia tahu aku siapa, pasti kamu tak akan meminta bantuanku yang kamu anggap sebagai orang ketiga di kehidupan asmaramu.

“Hm, bisakah dokter membantuku sekali lagi? Aku ingin kembali ke kamarku dan perawat yang membawaku kesini tadi sedang meminta izin untuk ke kamar mandi. Maukah dokter membantuku kembali ke kamar?” Ucapnya lirih.

Dia terlihat seperti anak kucing yang tersesat. Jadi seperti ini tipe yang disukai Adhitama, dia terlihat lemah dan manja, tipe yang butuh perlindungan. Berbeda 180 derajat denganku yang bar-bar ini.

Benar saja, aku seolah tak bisa menolak permintaanya. “Baiklah, tunggu disini sebentar nona, aku akan segera kembali.” Aku memencet tombol air mineral dan berjalan cepat ke arah Keanu.

“Ini minumannya dok. Sata harus pergi sekarang, terimakasih atas makanannya, permisi.” Aku menyodorkan sebotol air mineral ke hadapannya.

“Oh terimakasih Luna.” Ucapnya.

Aku mendorong kursi roda Yasmin pelan, selama perjalanan, dia tak henti menceritakan banyak hal. Dia memang sangat berbeda denganku, dia akan mengatakan segala hal yang dia rasakan saat ini tanpa rasa ragu. Sesekali aku memperhatikan sekitar takut-takut suamiku alias kekasih gadis dihadapanku ini datang tanpa diundang.

“Sampai, terimakasih banyak Dokter.” Ucapnya ramah.

Aku hanya tersenyum, dan bagaimana bisa aku justru tersenyum padanya?

Kring. Kring.

Tiba-tiba ponsel di pangkuannya bergetar, aku mengintipnya sedikit karena mengira itu berasal dari Adhitama, namun ternyata salah, nama kontaknya bertuliskan ‘Daddy’ namun ada sesuatu yang aneh saat aku semakin memperjelas pandanganku yang sedikit buram.

“Hm dok, aku masuk duluan ya, sekali lagi terimakasih banyak atas bantuannya.” Dia mendorong kursinya sendiri masuk ke dalam kamar rawatnya.

Aku melihatnya dari celah pintu, laki-laki berambut hitam terlihat memberikan sebuket bunga merah, kemudian mengecup lembut puncak kepala Yasmin dengan penuh kasih sayang. Ah, jantungku terasa jatuh sampai ke kaki.

“Sudah tahu nyakitin, tapi tetap aja di liatin.” Suara bariton laki-laki di belakangku berhasil membuatku semakin menegang.

Aku menoleh kebelakang, netraku menangkap sosok laki-laki yang tersenyum miring ke arahku.

“Kamu...”

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Meluruskan Kesalahpahaman

    28. Meluruskan Kesalahpahaman-Aku harap, perasaanku tak seperti bunga yang layu, warnanya semakin lama semakin pudar, kering, dan kemudian gugur perlahan. Tak ada yang salah antara kita, antara perasaanku, kamu dan dia. Apakah aku harus menyalahkan waktu? Takdir? Akupun tak tahu.- Ailuna Cintia PermadiAku memakan makananku dalam diam. Kemana perginya Adhitama? Dia pergi meninggalkanku dengan alasan ada urusan mendadak, dan kalian tahu apa urusannya? Tentu saja untuk meluruskan segalanya pada kekasihnya. Aku menanyakan keberadaan Adhitama pada Sendi, dan dia tidak mengelak saat aku mengatakan perihal tersebut. Ah, bagaimana Adhitama bisa segantlemen itu, dia pasti tak ingin menyakiti hati Yasmin barang sedikitpun. Apakah sebegitu cintanya dia pada sosok model itu?Lalu bagaimana denganku? Tentu saja dia tak peduli, dia hanya ingin aku bertahan bersamanya sampai anak ini lahir. Tok. tok. tok.Apakah dia sudah kembali secepat itu? Ayolah Luna, jangan terlalu berharap, nanti ujung-ujun

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Kedatangan Yasmin

    27. Kedatangan Yasmin-Aku tahu kalau bahagia dan sedih itu datangnya satu paket, tapi aku tak pernah mengira jika kesedihan juga akan datang secepat ini.- Ailuna Cintia PermadiAku melihatnya, pancaran mata yang tak pernah sekalipun Adhirama berikan padaku kini dengan jelas tercipta saat kehadiran Yasmin diantara kami. Mereka saling pandang untuk beberapa saat, seolah melupakan kehadiranku. Sorot mata Yasmin seolah menginginkan penjelasan, namun sayangnya Adhitama masih menutup rapat bibirnya, hanya sorot mata sendu yang dia hadiahkan sebagai jawaban.“Yasmin..”Ya itu suaraku yang sedikit tertahan untuk tidak bergetar. Aku bahkan merasakan sakit saat mereka saling bertatapan, aku tak bisa untuk tidak membenci momen itu. Berhentilah memperlihatkan tatapan saling menginginkan seperti itu.Aku tak pernah menginginkan untuk berada diposisiku saat ini. Tentu saja aku menginginkan kisah cinta romantis yang bahagia, dimana kedua tokohnya saling mencintai satu sama lain. Tapi bukankah tetap

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Cinderella 12 a.m

    26. Cinderella 12 am-Kata orang, cinta sejati yang sesungguhnya adalah dia yang sanggup merelakan kekasihnya pergi untuk pergi dengan tambatan hatinya yang lain. Tapi walaupun itu benar, aku tak akan melakukannya, sejati hanyalah kata, tak ada jaminan untuk kebenarannya- Ailuna Cintai PermadiAdhitama datang dengan satu gelas es teller di tangannya. Dia melihat Raisa yang sedang sesenggukan di pelukanku. Dengan sedikit bahasa tubuh, aku meminta Adhitama untuk keluar ruangan, memberikan aku waktu untuk menenangkan Raisa.“Lo bisa nggak si Sa, kalo nangis nggak usah ingusan. Jijik gue lihatnya.” Gerutuku sembari menyodorkan tisu dihadapannya.Raisa mendorong tubuhku pelan, dia mengusap air mata yang masih menggenang di pelupuk matanya dengan kasar. And see, dia terlihat seperti panda dengan lelehan eye liner yang sudah beleber sampai ke pipinya, membuatku tak tahan untuk tidak terkekeh.“Itu udah sepaket Lun, nggak bisa dipisahin, kaya gue sama lo.”“Cih, nggak mau gue.” Decihku.“Bent

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Sisi Lain Raisa

    25. Sisi Lain Raisa-Beberapa orang merasa sudah lelah sebelum memulai, sedangkan aku dengan tak tau dirinya tetap bertahan meski tahu akhirnya masih terlihat abu-abu.- Ailuna Cintia PermadiAku tak pernah tahu apa yang akan terjadi satu detik kedepan, selama ini aku selalu mencemaskan bagaimana jika suatu saat dia meninggalkanku, apakah aku akan siap? Bagaimana jika dia pergi dan tak kembali? Bagaimana jika dia memilih untuk bersama wanitanya? Dan masih banyak kekhawatiran yang selalu bergelanyut di otakku.Bukankah itu wajar bagi seorang wanita sepertiku yang berada diantara dua orang yang saling mencintai? Tapi bukankah aku juga mencintainya, aku hanya perlu menunggu saat dia membalas cintaku.Namun saat ini, aku hanya ingin menikmati saat-saat bersamanya, meneliti setiap lekuk wajahnya yang terpahat sempurna. Aku baru menyadari sesuatu, ada sebuah lesung pipit samar di pipi kirinya saat dia tersenyum lebar. Membuat kesan manis pada wajahnya yang maskulin.Aku mengambil buah apel d

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Hello Adhitama Junior

    24. Hello Adhitama Junior-Aku tahu, meski rasanya hatiku sungguh-sungguh tersakiti. Hatiku selalu menolak untuk berhenti, bagai malam yang merindukan siang. Meski semuanya terasa tidak mungkin, tapi aku tetap saja bertahan, seperti air yang mengalir, semuanya terasa begitu alami. Membahagiakanmu, adalah anugerah Tuhan, teruntuk manusia tak tahu diri sepertiku.- Ailuna Cintia Permadi. Bersamanya, adalah suatu ketidakmungkinan yang akhirnya terkabulkan. Menatap pancaran kekhawatiran yang dia tujukan padaku, tak peduli akan bertahan seberapa lama, yang pasti aku bahagia. Lihat saja, tangannya bahkan tak lepas menggenggam tanganku begitu erat.Apakah kalian ingat tentang seorang laki-laki yang ku ceritakan pada Adhitama tempo hari? Sejujurnya dia adalah sosok Adhitama saat berumur 25 tahun. Sosok yang entah sejak kapan ku jadikan matahari, pusat dari kehidupanku. Aku tahu, dia pasti telah melupakan momen yang baginya tak berharga itu. Tapi bagiku, kehadirannya mengubah sebagian hidupku

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Kesepian Lagi

    23. Kesepian Lagi-Apa ini? Mengapa aku menjadi terbiasa dengan kesepian ini? Rasanya semuanya terasa begitu hampa, seolah hanya akulah manusia yang hidup di dunia ini.- Ailuna Cintia PermadiApakah aku harus menyerah dengan semua ini?Sudah tiga hari aku terkurung di kamarku tanpa melakukan apapun selain berbaring, makan, melamun dan tentu saja bernapas. Bahkan bernapas pun rasanya sudah terlalu sesak karena terasa seperti menghirup oksigen yang sama setiap detiknya. Aku sungguh tak mengerti kesalahan apa yang sudah ku perbuat hingga membuatnya mengurungku seperti ini, bahkan setelah aku tahu pun itu adalah sebuah kesalahpahaman yang sejujurnya dia sendiri yang menyimpulkannya.Hari sudah semakin gelap, bahkan aku terlalu malas untuk menyalakan lampu kamar, aku mulai terbiasa dengan kegelapan, aku mulai terbiasa dengan kesepian yang semakin lama semakin menggerogoti ku menjadi semakin kosong.Tok. Tok. Tok.“Nyonya, sudah waktunya makan, tolong buka pintunya.”Aku melirik jejeran ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status