26. Cinderella 12 am-Kata orang, cinta sejati yang sesungguhnya adalah dia yang sanggup merelakan kekasihnya pergi untuk pergi dengan tambatan hatinya yang lain. Tapi walaupun itu benar, aku tak akan melakukannya, sejati hanyalah kata, tak ada jaminan untuk kebenarannya- Ailuna Cintai PermadiAdhitama datang dengan satu gelas es teller di tangannya. Dia melihat Raisa yang sedang sesenggukan di pelukanku. Dengan sedikit bahasa tubuh, aku meminta Adhitama untuk keluar ruangan, memberikan aku waktu untuk menenangkan Raisa.“Lo bisa nggak si Sa, kalo nangis nggak usah ingusan. Jijik gue lihatnya.” Gerutuku sembari menyodorkan tisu dihadapannya.Raisa mendorong tubuhku pelan, dia mengusap air mata yang masih menggenang di pelupuk matanya dengan kasar. And see, dia terlihat seperti panda dengan lelehan eye liner yang sudah beleber sampai ke pipinya, membuatku tak tahan untuk tidak terkekeh.“Itu udah sepaket Lun, nggak bisa dipisahin, kaya gue sama lo.”“Cih, nggak mau gue.” Decihku.“Bent
27. Kedatangan Yasmin-Aku tahu kalau bahagia dan sedih itu datangnya satu paket, tapi aku tak pernah mengira jika kesedihan juga akan datang secepat ini.- Ailuna Cintia PermadiAku melihatnya, pancaran mata yang tak pernah sekalipun Adhirama berikan padaku kini dengan jelas tercipta saat kehadiran Yasmin diantara kami. Mereka saling pandang untuk beberapa saat, seolah melupakan kehadiranku. Sorot mata Yasmin seolah menginginkan penjelasan, namun sayangnya Adhitama masih menutup rapat bibirnya, hanya sorot mata sendu yang dia hadiahkan sebagai jawaban.“Yasmin..”Ya itu suaraku yang sedikit tertahan untuk tidak bergetar. Aku bahkan merasakan sakit saat mereka saling bertatapan, aku tak bisa untuk tidak membenci momen itu. Berhentilah memperlihatkan tatapan saling menginginkan seperti itu.Aku tak pernah menginginkan untuk berada diposisiku saat ini. Tentu saja aku menginginkan kisah cinta romantis yang bahagia, dimana kedua tokohnya saling mencintai satu sama lain. Tapi bukankah tetap
28. Meluruskan Kesalahpahaman-Aku harap, perasaanku tak seperti bunga yang layu, warnanya semakin lama semakin pudar, kering, dan kemudian gugur perlahan. Tak ada yang salah antara kita, antara perasaanku, kamu dan dia. Apakah aku harus menyalahkan waktu? Takdir? Akupun tak tahu.- Ailuna Cintia PermadiAku memakan makananku dalam diam. Kemana perginya Adhitama? Dia pergi meninggalkanku dengan alasan ada urusan mendadak, dan kalian tahu apa urusannya? Tentu saja untuk meluruskan segalanya pada kekasihnya. Aku menanyakan keberadaan Adhitama pada Sendi, dan dia tidak mengelak saat aku mengatakan perihal tersebut. Ah, bagaimana Adhitama bisa segantlemen itu, dia pasti tak ingin menyakiti hati Yasmin barang sedikitpun. Apakah sebegitu cintanya dia pada sosok model itu?Lalu bagaimana denganku? Tentu saja dia tak peduli, dia hanya ingin aku bertahan bersamanya sampai anak ini lahir. Tok. tok. tok.Apakah dia sudah kembali secepat itu? Ayolah Luna, jangan terlalu berharap, nanti ujung-ujun
Now playing Karena Cinta by Joy Tobing1. Lamaran Dadakan-Sepertinya aku memang harus segila ini untuk mendapatkan kamu.- Ailuna Cintia Permadi“Ayo nikah aja sama aku, kak Tama nggak mau malu karena gagal nikah lagi kan?” ucapku penuh keyakinan.Kalimat nekat itu keluar begitu saat saat melihat sosok Adhitama terlihat menyedihkan setelah berkali-kali ditinggal oleh calon istrinya tepat di hari pernikahan mereka. Kepalanya mendongak. Mata coklatnya menatapku penuh selidik. "Kamu siapa? Dan kenapa mommy mengundang gadis gila..""Aku Ailuna, salah satu tamu kakak. To be honest aku ingin menjelaskan lebih detail tentang diriku. But we don't have much time, dan saat ini Kak Tama nggak punya pilihan lain selain nerima lamaranku kalo kakak ingin menyelamatkan nama baik kakak dan Wijaya Group." selaku sebelum dia mengakhiri kalimatnya. Adhitama Wijaya, laki-laki berambut hitam itu memberikan tatapan penasarannya. Aku tau, aku memang gila.“Apa kamu sedang bercanda? Atau kamu sedang membua
2. Perjanjian Pernikahan -Meski sedikit menyakitkan, setidaknya aku tahu kalau ada hal yang bisa aku lakukan untukmu, dan itu sedikit melegakan.- Ailuna Cintia Permadi"Aku ini menikah untuk jadi istri atau jadi penjaga rumah mewah sih?" Gumamku sembari melihat keluar jendela. Tiga hari sudah aku berdiam diri di sebuah rumah dengan dua orang asisten yang selalu menemaniku, mereka adalah Sendi dan Tika. Ada juga asisten lainnya, namun hanya dia itu yang paling sering aku temui. Tiga hari juga aku tak berjumpa dengan Adhitama yang notabene adalah suami sahku. Dia meninggalkanku sendiri di depan rumah setelah acara pemberkatan selesai."Aku harus pergi, silahkan kamu beristirahat di dalam! Anggap saja rumahmu sendiri." Ucapnya saat itu. Tanganku mencekal lengannya. "Kakak mau kemana, kenapa kita nggak pergi ber.."Dia menghempaskan cekalan tanganku. "Kamu tak perlu tau, ini bukan urusanmu!" Ucapnya bahkan sebelum aku menyelesaikan pertanyaanku. Kemana perginya dia? Tak ada satupun o
3.Be Yours-Apakah ini bagian dari cinta? Kalau tidak, kenapa rasanya begitu luar biasa?- Ailuna Cintia Permadi"Katanya malam pertama itu sakit, memangnya sesakit itu?" Gumamku sembari menetralkan suara degub jantungku. Aku memandang pantulan wajahku dalam cermin. Aku tak pernah sadar jika aku memiliki bulu mata yang cukup panjang hingga membuat garis mataku terlihat sangat jelas."Well, you're so beautiful May!" Pujiku pada diri sendiri.Bibirku memiliki warna pink alami dengan ukuran yang pas untuk wajah tirusku. Aku tak pernah mengubah warna rambutku, meski warnanya agak kecoklatan ini adalah warna alami yang diturunkan langsung dari ibuku. Jangan lupakan mata coklatku yang berasal dari ayahku.Aku memegangi dadaku yang berdegub kencang. “Oh My God, what should I do?”Tubuhku semakin panik saat netra coklatku menangkap jarum jam yang menunjukan pukul sembilan kurang dua menit. Aku menepuk-nepuk pipiku, membenarkan dress tidur berbahan satin yang ku pakai agar terlihat lebih rapi
-Aku mencintai kamu, kamu mencintai dia, lalu aku bisa apa?- Ailuna Cintai Permadi. "Gila, rasanya sendi-sendiku remuk semua! Dia itu manusia atau singa?" Gumamku lirih. "Ah benar, singa ganteng!" Lanjutku sembari terkekeh geli. Aku merendam tubuhku dalam air hangat di kamar Adhitama, rasanya sungguh nyaman.Kini terlihat bayanganku di cermin samping bathup dan menghapus tetesan air di sana, agar aku dapat kembali menatap wajahku dengan jelas. Aku melihatnya, sebuah tanda merah hasil karya yang Adhitama cetak di leherku.“Aku sudah sering mendengar rumor tentang keangkuhanmu, tapi semalam kamu seolah berubah menjadi sosok dengan dua kepribadian, membuatku semakin bingung bagaimana cara menghadapimu.” Aku kembali menghela napasku berat.Segala tentang Adhitama terlalu rumit, hingga melebihi hafalan metabolism cycle yang menjadi momokku selama kuliah."Bagaimana dia bisa hidup damai di kehidupan sosial dengan sifat dingin seperti itu?" Gumamku lagi. Aku melipatkan handuk melingkari t
5. Itu Dia Yasmin-Tak peduli siapa yang kamu cintai, nyatanya akulah yang ada disampingmu.- Ailuna Cintai Permadi"Jadi namanya Yasmin? Wanita seperti apa yang mampu menaklukan laki-laki dingin seperti kak Tama?" Gumamku semala perjalanan menuju tempat kerjaku. Aku kembali kesini, Rumah Sakit Kirana, tempatku menghabiskan masa koas. Kakiku berjalan melewati loby dengan wajah datar. Semua petugas admisnistrasi, perawat, ahli gizi, bahkan petugas kebersihan terlihat memandangku penasaran. Aku hanya bisa tersenyum. Ya sudah kupastikan berita tentang pernikahanku yang tiba-tiba telah sampai ke telinga mereka dengan selamat.Untunglah aku mendapat jam sore, jadi aku bisa terlebih dahulu mempersiapkan diri setelah libur panjangku."Luna..!" Suara cempreng Raisa menggema di telingaku. Gadis berambut ikal itu berlarian tanpa tahu tempat. Aku berharap tak ada dokter senior yang melihat ini atau kami akan mendapatkan masalah besar."Lo jahat banget sama gue, sumpah gue mau bikin aksi ngambek s