Share

Rahasia Adhitama

Penulis: Reinen
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-22 09:58:21

-Aku mencintai kamu, kamu mencintai dia, lalu aku bisa apa?- Ailuna Cintai Permadi.

"Gila, rasanya sendi-sendiku remuk semua! Dia itu manusia atau singa?" Gumamku lirih. "Ah benar, singa ganteng!" Lanjutku sembari terkekeh geli.

Aku merendam tubuhku dalam air hangat di kamar Adhitama, rasanya sungguh nyaman.

Kini terlihat bayanganku di cermin samping bathup dan menghapus tetesan air di sana, agar aku dapat kembali menatap wajahku dengan jelas. Aku melihatnya, sebuah tanda merah hasil karya yang Adhitama cetak di leherku.

“Aku sudah sering mendengar rumor tentang keangkuhanmu, tapi semalam kamu seolah berubah menjadi sosok dengan dua kepribadian, membuatku semakin bingung bagaimana cara menghadapimu.” Aku kembali menghela napasku berat.

Segala tentang Adhitama terlalu rumit, hingga melebihi hafalan metabolism cycle yang menjadi momokku selama kuliah.

"Bagaimana dia bisa hidup damai di kehidupan sosial dengan sifat dingin seperti itu?" Gumamku lagi.

Aku melipatkan handuk melingkari tubuhku, kemudian berjalan kembali menuju kamar pribadiku. Namun sungguh, aku tak pernah menduga dengan pemandangan yang aku lihat saat ini. Adhitama tertidur diatas ranjangku dengan begitu tenang.

“Apakah begitu panasnya permainan kita hingga membuatmu begitu kelelahan?”

Aku baru melihatnya, saat tidur, wajahnya terlihat begitu bersahabat.

“Aku berharap, hanya wajah ini yang akan kamu tampilkan di depanku. Namun sayang semua itu hanya harapan.” Gumamku, aku hanya bisa tersenyum melihat pemandangan langka ini.

Aku kembali berjalan menuju walk in closet dan menyulap penampilanku dengan sebuah dress floral yang terlihat lebih feminim.

Dengan langkah pelan aku meninggalkan kamar tanpa berniat membangunkan Adhitama, kemudian berjalan ke arah pantry.

“Aku merasa kasihan dengan nyonya Ailuna.”

Aku mendengar suara lirih dari dalam pantry, dan aku belum tuli. Dengan jelas aku mendengar namaku disebut. Ah, aku melupakan fakta bahwa bergosip adalah salah satu kenikmatan hakiki bagi seorang wanita. Aku memutuskan untuk tetap berdiam dan mendengarkan mereka dengan seksama.

“Apa yang perlu dikasihani dari nyonya, dia cantik, kaya, baik, tidak ada satupun yang kurang darinya.” Sahut suara lain.

“Awalnya aku mengira nyonya hanya pencitraan saat dengan keras dia menolak kita untuk menyebutnya ‘nyonya’, seolah dia ingin mengembangkan image down to earth-nya. Namun melihat beberapa hari ini dia terlihat sibuk didapur dan tanpa malu membantu pekerjaan kita membuatku tahu, bahwa dia adalah sosok yang benar-benar baik.”

Tentu saja, orang tuaku mendidikku dengan baik, dan banyak orang yang mengatakan hal itu padaku. Masa bodoh dengan tingkat kepercayaan diriku yang sekarang bertambah tinggi.

“Lantas apa yang kamu permasalahkan?”

“Kita semua tahu bahwa Tuan Adhitama tak mencintai nyonya.”

Deg.

Jantungku terasa dihantam sesuatu. Padahal itu adalah kenyataan yang sudah aku ketahui, namun kenapa rasanya lebih begitu menyakitkan saat mendengarnya dari orang lain?

“Stt, jangan keras-keras! Kita bisa mati kalau sampai tuan mendengar ini!"

Aku terkekeh, mereka lucu. Jika mereka takut ketahuan mengapa tak membicarakannya diluar saja?

“Ayolah, itu sudah bukan rahasia lagi, Tuan tak mencintai nyonya Ailuna karena ada wanita lain yang dia cintai.”

Mataku seketika membulat, jantungku terasa seperti diremas. Tunggu wanita lain? Siapa? Mengapa aku baru mengetahui fakta ini?

“Benar kata nyonya besar, nyonya Ailuna lebih pantas bersama Tuan Adhitama, wanita bbernama Yasmin ang memperlakukan kita seperti budak itu hanya penjilat bermuka dua. Argh.. mengingat bagaimana perlakuan dia pada kita seminggu yang lalu benar-benar membuatku muak.”

Namanya Yasmin? Pasti dia gadis yang sangat cantik hingga mampu membuat seorang Adhitama jatuh hati. Ah, mengapa aku justru memujinya? Mengapa Adhitama tak menikah saja dengan wanitanya? Kenapa dia justru akan menikah dengan wanita lain saat itu?

Mengapa dia membuatku bersimpati padanya ketika pada kenyataanya ternyata dia sudah tidak sendiri? Aku kira saat itu dia benar-benar tersiksa dan membutuhkan pertolonganku, namun ternyata sebaliknya. Kini aku yang butuh pertolongan.

“Dan parahnya lagi, aku mendengarnya dari kepala pelayan bahwa tuan pergi ke rumah Rose selama tiga hari yang lalu, tepat setelah pernikahannya dengan Nyonya Ailuna. Tuan benar-benar sudah dibutakan oleh wanita jahat itu.”

Kepala pelayan? Sendi? Mengapa semuanya seperti ini? Mengapa hanya aku disini yang terlihat seperti orang bodoh? Aku memegang dadaku yang terasa semakin sesak! Sudah cukup, sepertinya aku sudah tak sanggup lagi jika harus mendengar kenyataan pahit yang terjadi di hidupku.

Tok. Tok. Tok.

Aku mengetuk pintu, kemudian berjalan masuk ke dalam pantry.

“Selamat pagi?" Sapaku dengan senyum ramah, aku memiliki bakat untuk menutupi perasaanku. Jika ada nominasi wanita dengan akting terbaik, mungkin aku akan masuk kedalamnya dan kemudian memenangkan grammy awards.

“Se.. selamat pagi nyonya.” Jawab mereka gugup.

Aku melihat raut mereka sedikit menegang, tentu saja mereka pasti ketakutan. Aku akan mengajarkan mereka cara berakting suatu hari nanti, jika sempat.

“Aku ingin memasak sarapan untuk kak Tama, apa yang sering dia makan dan minum saat pagi?”

“Ah itu, tuan Adhitama jarang sarapan, dia hanya akan meminum kopi saat pagi.”

Aku menganggukan kepala, dia penyuka kopi ternyata. Aku melirik jam Alexandre Christie yang melingkar di tangan kiriku yang sudah menunjukkan pukul sepuluh. Sepertinya tak masalah membuat menu yang menambah glukosa Adhitama meningkat di jam-jam seperti ini.

“Hm, tolong siapkan buah mangga, pisang, yogurt plain, susu cair dan es batu.” Pintaku pada mereka.

Tanpa menunggu lama, semua bahan telah siap di hadapanku.

“Terimakasih banyak.” Ucapku sampil tersenyum.

Ah lagi-lagi aku tersenyum hanya dengan membayangkan jika nanti Adhitama akan menikmati makanan yang aku buat. Aku tahu aku bodoh, tak perlu mengumpat padaku.

Tak perlu waktu lama, dua porsi banana-manggo smoothies telah siap disajikan. Aku memakan satu porsi dengan lahap, aku tak menambahkan gula karena pisang dan mangga yang disiapkan sudah manis alami, sepertiku.

"Wah nyonya, kelihatannya enak sekali." Puji salah satu pelayan.

"Kapan-kapan saya buatin kalian juga." Jawabku sembari tersenyum.

Inilah aku, aku bukan seseorang yang suka terlarut dalam kesedihan, benar kata orang-orang, lebih baik menjadi orang yang tidak tahu apa-apa, meski pada kenyataanya aku harus membohongi diriku sendiri. Tak apa, aku baik-baik saja dengan semua itu. Aku kuat, aku kuat.

“Hm, bisakah kalian siapkan satu teh hijau?” pintaku lagi.

“Baik nyonya.” Jawab mereka.

Melihat aku yang terlihat baik-baik saja sepertinya membuat mereka lega. Ya, pada akhirnya aku akan merahasiakan segalanya. Aku akan berpura-pura tak tahu, membiarkan semua orang menganggapku bodoh. Aku tak peduli, sungguh, aku ingin menikmati masa-masaku bersama Adhitama tanpa menghawatirkan apapun. Que sera-sera, aku akan membiarkan semuanya terjadi sesuai kehentak Tuhan.

Satu gelas teh hijau telah siap diatas meja. Aku menuliskan beberapa catatan disana, meski tidak mungkin, aku berharap Adhitama akan membacanya.

“Tika?”

“Ya nyonya?” dengan langkah cepat Tika menghampiriku.

“Kali ini aku benar-benar akan pergi bekerja, tolong sampaikan pada Mommy dan kak Tama. Itupun jika mereka menanyakan keberadaanku.” Aku tersenyum, mengapa aku jadi seperti ini?

Tika terlihat mengerutkan keningnya, namun kemudian mengangguk. "Baik nyonya."

“Aku pergi.” Ucapku sembari berjalan keluar mansion tanpa menoleh kebelakang.

Beberapa menit kemudian, seorang laki-laki berjalan perlahan menuju meja makan dan membaca sebuah note kecil yang tertempel diatasnya. Sebuah senyuman tipis terbit dibibirnya.

'Semoga hari kak Tama penuh energi! See you soon, husband!'

“Ck, wanita bodoh! Salahmu sudah masuk ke kandang singa.” decihnya setelah melempar note tersebut ke sembarang tempat.

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Meluruskan Kesalahpahaman

    28. Meluruskan Kesalahpahaman-Aku harap, perasaanku tak seperti bunga yang layu, warnanya semakin lama semakin pudar, kering, dan kemudian gugur perlahan. Tak ada yang salah antara kita, antara perasaanku, kamu dan dia. Apakah aku harus menyalahkan waktu? Takdir? Akupun tak tahu.- Ailuna Cintia PermadiAku memakan makananku dalam diam. Kemana perginya Adhitama? Dia pergi meninggalkanku dengan alasan ada urusan mendadak, dan kalian tahu apa urusannya? Tentu saja untuk meluruskan segalanya pada kekasihnya. Aku menanyakan keberadaan Adhitama pada Sendi, dan dia tidak mengelak saat aku mengatakan perihal tersebut. Ah, bagaimana Adhitama bisa segantlemen itu, dia pasti tak ingin menyakiti hati Yasmin barang sedikitpun. Apakah sebegitu cintanya dia pada sosok model itu?Lalu bagaimana denganku? Tentu saja dia tak peduli, dia hanya ingin aku bertahan bersamanya sampai anak ini lahir. Tok. tok. tok.Apakah dia sudah kembali secepat itu? Ayolah Luna, jangan terlalu berharap, nanti ujung-ujun

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Kedatangan Yasmin

    27. Kedatangan Yasmin-Aku tahu kalau bahagia dan sedih itu datangnya satu paket, tapi aku tak pernah mengira jika kesedihan juga akan datang secepat ini.- Ailuna Cintia PermadiAku melihatnya, pancaran mata yang tak pernah sekalipun Adhirama berikan padaku kini dengan jelas tercipta saat kehadiran Yasmin diantara kami. Mereka saling pandang untuk beberapa saat, seolah melupakan kehadiranku. Sorot mata Yasmin seolah menginginkan penjelasan, namun sayangnya Adhitama masih menutup rapat bibirnya, hanya sorot mata sendu yang dia hadiahkan sebagai jawaban.“Yasmin..”Ya itu suaraku yang sedikit tertahan untuk tidak bergetar. Aku bahkan merasakan sakit saat mereka saling bertatapan, aku tak bisa untuk tidak membenci momen itu. Berhentilah memperlihatkan tatapan saling menginginkan seperti itu.Aku tak pernah menginginkan untuk berada diposisiku saat ini. Tentu saja aku menginginkan kisah cinta romantis yang bahagia, dimana kedua tokohnya saling mencintai satu sama lain. Tapi bukankah tetap

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Cinderella 12 a.m

    26. Cinderella 12 am-Kata orang, cinta sejati yang sesungguhnya adalah dia yang sanggup merelakan kekasihnya pergi untuk pergi dengan tambatan hatinya yang lain. Tapi walaupun itu benar, aku tak akan melakukannya, sejati hanyalah kata, tak ada jaminan untuk kebenarannya- Ailuna Cintai PermadiAdhitama datang dengan satu gelas es teller di tangannya. Dia melihat Raisa yang sedang sesenggukan di pelukanku. Dengan sedikit bahasa tubuh, aku meminta Adhitama untuk keluar ruangan, memberikan aku waktu untuk menenangkan Raisa.“Lo bisa nggak si Sa, kalo nangis nggak usah ingusan. Jijik gue lihatnya.” Gerutuku sembari menyodorkan tisu dihadapannya.Raisa mendorong tubuhku pelan, dia mengusap air mata yang masih menggenang di pelupuk matanya dengan kasar. And see, dia terlihat seperti panda dengan lelehan eye liner yang sudah beleber sampai ke pipinya, membuatku tak tahan untuk tidak terkekeh.“Itu udah sepaket Lun, nggak bisa dipisahin, kaya gue sama lo.”“Cih, nggak mau gue.” Decihku.“Bent

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Sisi Lain Raisa

    25. Sisi Lain Raisa-Beberapa orang merasa sudah lelah sebelum memulai, sedangkan aku dengan tak tau dirinya tetap bertahan meski tahu akhirnya masih terlihat abu-abu.- Ailuna Cintia PermadiAku tak pernah tahu apa yang akan terjadi satu detik kedepan, selama ini aku selalu mencemaskan bagaimana jika suatu saat dia meninggalkanku, apakah aku akan siap? Bagaimana jika dia pergi dan tak kembali? Bagaimana jika dia memilih untuk bersama wanitanya? Dan masih banyak kekhawatiran yang selalu bergelanyut di otakku.Bukankah itu wajar bagi seorang wanita sepertiku yang berada diantara dua orang yang saling mencintai? Tapi bukankah aku juga mencintainya, aku hanya perlu menunggu saat dia membalas cintaku.Namun saat ini, aku hanya ingin menikmati saat-saat bersamanya, meneliti setiap lekuk wajahnya yang terpahat sempurna. Aku baru menyadari sesuatu, ada sebuah lesung pipit samar di pipi kirinya saat dia tersenyum lebar. Membuat kesan manis pada wajahnya yang maskulin.Aku mengambil buah apel d

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Hello Adhitama Junior

    24. Hello Adhitama Junior-Aku tahu, meski rasanya hatiku sungguh-sungguh tersakiti. Hatiku selalu menolak untuk berhenti, bagai malam yang merindukan siang. Meski semuanya terasa tidak mungkin, tapi aku tetap saja bertahan, seperti air yang mengalir, semuanya terasa begitu alami. Membahagiakanmu, adalah anugerah Tuhan, teruntuk manusia tak tahu diri sepertiku.- Ailuna Cintia Permadi. Bersamanya, adalah suatu ketidakmungkinan yang akhirnya terkabulkan. Menatap pancaran kekhawatiran yang dia tujukan padaku, tak peduli akan bertahan seberapa lama, yang pasti aku bahagia. Lihat saja, tangannya bahkan tak lepas menggenggam tanganku begitu erat.Apakah kalian ingat tentang seorang laki-laki yang ku ceritakan pada Adhitama tempo hari? Sejujurnya dia adalah sosok Adhitama saat berumur 25 tahun. Sosok yang entah sejak kapan ku jadikan matahari, pusat dari kehidupanku. Aku tahu, dia pasti telah melupakan momen yang baginya tak berharga itu. Tapi bagiku, kehadirannya mengubah sebagian hidupku

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Kesepian Lagi

    23. Kesepian Lagi-Apa ini? Mengapa aku menjadi terbiasa dengan kesepian ini? Rasanya semuanya terasa begitu hampa, seolah hanya akulah manusia yang hidup di dunia ini.- Ailuna Cintia PermadiApakah aku harus menyerah dengan semua ini?Sudah tiga hari aku terkurung di kamarku tanpa melakukan apapun selain berbaring, makan, melamun dan tentu saja bernapas. Bahkan bernapas pun rasanya sudah terlalu sesak karena terasa seperti menghirup oksigen yang sama setiap detiknya. Aku sungguh tak mengerti kesalahan apa yang sudah ku perbuat hingga membuatnya mengurungku seperti ini, bahkan setelah aku tahu pun itu adalah sebuah kesalahpahaman yang sejujurnya dia sendiri yang menyimpulkannya.Hari sudah semakin gelap, bahkan aku terlalu malas untuk menyalakan lampu kamar, aku mulai terbiasa dengan kegelapan, aku mulai terbiasa dengan kesepian yang semakin lama semakin menggerogoti ku menjadi semakin kosong.Tok. Tok. Tok.“Nyonya, sudah waktunya makan, tolong buka pintunya.”Aku melirik jejeran ma

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Tak Bisa Membenci

    22. Tak Bisa Membenci-Akankah aku tetap bisa mempertahankan segalanya setelah semuanya begitu jelas terlihat? Akankah aku masih bisa memperjuangkanmu meski kita memiliki rasa yang berbeda?- Ailuna Cintia PermadiSiapa wanita yang bersama ayah itu? Seingatku sekretaris ayah adalah seorang laki-laki bernama Ronald, dan aku mengenalnya dengan sangat baik. Aku mencoba berpikir jernih, dengan cepat aku mengetik sebuah nama di display tanpa memperdulikan rentetan pertanyaan yang saat ini sedang Barram lontarkan.“Hallo sayang?” sapa suara lembut dari sebrang sana.“Mom, answer me now!” ucapku cepat. “Apakah ayah udah pulang ke rumah?” lanjutku, mataku masih fokus mengamati gerak-gerik ayah yang terlihat santai duduk di kursi VIP, aku tak ingin kehilangan jejaknya.Ada jeda sebentar. “Oh My, do you miss him so bad sweetheart?” aku mendengar Mommy terkekeh.Oh ayolah, ini bukan waktunya untuk tertawa Mommy, saat ini suamimu sedang bersama perempuan lain.“Please Mom jawab aku, ayah udah di r

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Punggung Yang Rapuh

    21. Punggung Yang Rapuh-Jangan membuatku ingin selalu melindungimu, juga jangan terlihat berusaha untuk kuat saat punggungmu terlihat rapuh, ah, keduanya terasa menyakitkan untuk dilihat. -Adhitama Wijaya“Sendi, aku cantik bukan?” tanya Ailuna pada Sendi.Dia memutar tubuhnya yang dibalut dress selutut bercorak bunga mawar di depan Sendi sembari tersenyum. Entah kenapa aku tak menyukainya, bukankah seharusnya dia menanyakannya padaku sebagai suaminya?“Tentu saja, nyonya terlihat cantik memakai apapun.” Jawab Sendi seolah lupa jika ada aku disini.“Ehem..”Ailuna menatapku, dia berjalan pelan ke arahku sembari tersenyum. Oh ayolah, mengapa kamu selalu tersenyum pada semua laki-laki? Tunggu bukankah itu hak dia?“Sendi tak ikut kita?”Argh, mengapa dia menanyakan itu pada laki-laki yang berstatus suaminya sendiri? Dan lihatlah ekspresi sedihnya saat menatap Sendi yang tersenyum bodoh dari balik kaca. Apa yang terjadi diantara mereka berdua? Mengapa aku jadi penasaran seperti ini.“Ka

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Candu

    20. Candu-Aku menghargainya sebagai seorang perempuan, karena aku tahu bagaimana rapuhnya saat seorang perempuan tersakiti.- Adhitama WijayaAku menatap wanita dihadapanku dengan perasaan karut, menyentakkan tubuhku untuk lebih tinggi menerbangkannya ke angkasa. Napasnya bergemuruh kasar saat terasa kehangatan mengalir dari tubuhku tersalur pada tubuhnya, seolah menggelitik perut tanpa tahu seberapa aku merindukan ini darinya. Aku mendengarnya, degub jantung yang begitu memburu, membuatku semakin terengah untuk mencapai puncak yang ingin aku ledakan di dalam dan melebur bersama di dalam tubuh ramping wanitaku.Yasmin tersenyum hangat, menarik tubuhku untuk menindihnya semakin erat, aku mengirup aroma yang selalu aku rindukan di ceruk lehernya. Aku memeluknya, menuntutnya untuk membalas pelukan hangat yang selalu aku suguhnya setiap kali berada disampingnya.Aku berbisik lirih di telinganya yang terlihat memerah. “Aku sangat mencintaimu Mine.”Dia tersenyum kecil, senyum yang sudah la

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status