Home / Romansa / JADI JANDA GARA-GARA JANDA / Bab 5 GARA-GARA UANG LECEK

Share

Bab 5 GARA-GARA UANG LECEK

Author: Azril
last update Last Updated: 2023-11-09 17:30:05

Tanganku bergetar memberikan lembaran uang pada pria yang amat tampan itu, kalau saja aku tau bukan dia yang akan muncul di warung ini, pasti aku mencari pinjeman dulu sama tetangga, sekarang tidak ada pilihan lain lagi deh, "Ini uangnya."

Ada rasa takut juga kalau uangnya di tolak karena alasan jelek, sudah pasti aku malu, sudah seperti di tolak cinta rasanya pasti nyeri.

"Terimakasih Teh, apa gak sekalian aja sama nomor Whatsap nya?" goda Paisal.

Untung matanya tidak meneliti uang ku berikan, alhasil aku terbebas dari rasa maluku dan rasa takutku akan di tolak.

"Paisal! Kamu jangan main-main dengan janda! Apalagi janda itu suaminya telah mati," tegur Bu Salma pada Paisal sekaligus menyindirku.

Pantesan kata Emak mulutnya kayak tutup langseng bolong, eh ternyata bukan sekedar tutup langseng tapi sekalian sama tutup panci yang telah jelek.

"Paisal sana pergi kedalam, kalau sudah, ngapain masih ngobrol! Buang-buang waktu saja," gerutu Bu Salma.

Aku pun yang masih terpaku dengan berat hati melangkah, sebab gerutu Bh Salma amat pedas hampir saja dadaku sesat dengan perkataannya.

Yang jelas aku sudah dapat beras 2 kg, dan misteri uang jelek itu sudah tidak berada di tanganku lagi, aku tinggal caw untuk pulang.

"Diandra!" seru Bu Salma mengejutkanku. Langkahku terhenti akibat seruannya yang amat lantang itu.

Aku kembali menoleh dengan pelan ke arah kediaman wanita yang menurutku menakutkan lebih dari nenek lampir dan nenek Samsiah.

"Iya Bu, saya sendiri," jari telunjukku menunjuk ke arahku.

"Kamu gak salah memberikan uang jelek kaya begini hah?! Jangankan uang jelek, orang jelek sekalian saya tolak!" ungkapnya sambil menggiwing selembar uang lecek yang memang dariku.

Aku mengernyitkan dahi sambil menelan saliva dengan susah payah. Ah sialan, misteriku akhirnya terbongkar. Masih untung juga gak ada Paisal disini, kalau ada pria itu, sudah pasti aku 7 hari 7 malam tidak bisa tidur lantaran merasakan malu.

"Kamu mengaku saja! Bahwa uang ini darimu 'kan?!" sungutnya sambil kedua bola matanya ikut membulat.

Tidak ada kata-kata yang bisa ku ungkapkan dan mengelak, selain berbicara jujur apa adanya, "I-iya Bu Salma itu uang dari saya, tapi tadi saja berikan masih bagus, tapi sekarang kenapa malah berubah ya?" tanyaku begitu polos.

"Jangan sok polos kamu! Mana mungkin uang berubah seketika, sudah pasti dari kamunya juga jelek, mana mungkin anak saya yang nukerin!" hardik Bu Salma sambil bola matanya memutar-mutar.

Amit-amit jabang bayi deh, kalau seandainya ia menjadi ibu mertuaku mungkin seluruh dagingku bisa menghilang karena pikiran ini terlalu terguncang dengan ucapan yang dilontarkan ya.

Tiba-tiba sebuah mobil menghampiri kediaman kami, mobil mewah yang masih lengkap dengan plastik yang membungkus mobil itu, sudah pasti itu Juragan Dingkul, Juragan Dingkuk pasti baru selesai pamer.

"Ada apa sih Mimi, kok marah-marah begitu, jangan marah-marah Mulu ah, nanti kerutan lagi, Mimi harus rilex dan pokoknya gak boleh keliatan tua Bangka ya," bujuk Juragan Dingkul ketika melihat istrinya dengan wajah murka.

"Bagaimana aku tidak marah Pi. Lihat ini, dia membeli beras, masa uangnya jelek banget kaya orangnya, udah jelek, kumal dan melarat pula. Gak ada nasib baik-baiknya sama sekali," celoteh Bu Salmah kembali menghina.

"Ya sudah, kalau begitu Mimi masuk saja ke rumah, biar Dian ini Pipi yang uruskan," kata Juragan Dingkul membujuk sang istri yang berbadan gempal.

"Baiklah, pokoknya Pipi urus dia, jangan sampai dia pulang membawa beras dari kita, apalagi kalau Dian belum memberikan uang," tutur Bu Salma sambil melenggang pelan masuk kedalam rumah.

Busyet giliran sama pawangnya dia nurut banget.

Dari pada aku kena amuk juga sama pawangnya, lebih baik aku pasrahkan saja beras ini, biar makan nanti aku puasa saja sama Emak, lagi pula besok Emak gazian.

"Ini Pak Juragan, ku kembalikan beras ini," kataku sambil menyodorkan kantong beras yang saat ini masih ku jingjing.

Juragan Dingkul hanya memperhatikanku secara saksama dilihatnya dari ujung rambut sampai ujung dengkul, kakinya tidak dia lihat sama sekali.

Tatapannya begitu aneh, dengan sorot mata yang begitu genit.

"Kamu tidak usah memberikannya pada saya, kamu bawa saja itu pulang. Tapi pulangnya saya antar pakai mobil mewah ini ya," godanya sambil memperlihatkan mobil baru miliknya.

"Hah! Tidak Pak Juragan, aku mau pulang saja sendiri," tampikku sambil berbalik arah.

"Ayolah tidak usah malu-malu begitu, lagi pula bahaya kalau seorang janda manis sepertimu berjalan kaki sendirian."

"Tidak Pak Juragan rumah saya dekat sekali dari sini, jadi tidak akan bahaya. Maka akan lebih bahaya lagi kalau saya jalan bareng sama Bapak," tampikku.

Aku mencoba menolaknya sebab aku tak ingi di amuk oleh Bu Salma -istrinya yang super kejam itu, udah wajahnya serem bibirnya juga pedas. Pokoknya lebih menakutkan dari genderuwo yang ada di film-film yang sering ditonton di televisi.

Namun juragan tak hilang akan, ia menarik tanganku dan memaksa mendorong tubuhku untuk masuk ke mobil.

Apa-apaan ini seperti penculikan Atau pembegalan janda cantik dan bohay sepertiku.

Ada rasa takut juga, ketika juragan memaksaku untuk menaiki mobilnya, hingga aku susah untuk keluar kembali. Bagaimana ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 104

    Hati gelisah tak menentu, kemana lagi Jali harus mencari istrinya yang hingga kini belum pulang. Sedangkan setahu Jali, Dian tidak punya sahabat ataupun kerabat lagi selain emaknya sendiri, kalau ke rumah Alina mana mungkin, sudah lama mereka tidak akur disebabkan memperebutkan cinta seorang Rojali. "Dian, Dian Lo di mana?" gumam Jali sembari pikirannya terus mencari. Padahal diluar hujan amat deras ditambah suasana terang pun sebentar lagi akan menjadi gelap. Jali menunggu di teras rumah. Sesekali pria bertubuh tinggi itu melihat ponsel, dan menghubungi istrinya akan tetapi masih tidak ada jawaban."Percuma kamu menunggu wanita itu sampai kapanpun sebab dia tidak akan balik lagi kesini," kata Bu Janita yang hendak menemani Jali."Ma, apa Mama tau Dian kemana? Mana mungkin Mama tidak tau seharian ini Dian dirumah bersama Mama?" tanya Jali dengan tatapan kosong itu. "Mama tidak tau apapun Jali!" selalu itu yang terlontar dari jawaban sang Mama.Sebentar lagi adzan magrib akan berkum

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 103

    Setelah kepulangan Jali dari kantor untuk menggantikan Bu Janita kerja. Lantaran Bu Janita hari ini tidak bisa masuk dikarenakan kepalanya yang terasa pening sebab terlalu memikirkan pernikahan sang anak.Jali melenggang gontai sembari matanya terus melirik ke arah ruangan kamar dan juga semua penjuru ruangan. Disisi lain dia mencari sang istri yang tak terlihat batang hidungnya sama sekali. Hatinya bertanya dimanakah istrinya. Akan tetapi pikirannya langsung menjawab positif bahwa sang istri sedang keluar atau memasak di dapur. Setelah beberapa saat rebahan di kamar, Jali pun merasa terheran. Biasanya kalau Jali baru pulang, jam segini paling istrinya ada di kamar. Akan tetapi kali ini tidak terlihat sama sekali.Dengan rasa penasaran yang memuncak pria berhidung mancung itu melenggang menuju lanttai bawah. Ia mencari di setiap penjuru ruangan dilihatnya secara saksama, namun tak ada sosok sang istri yang terlihat melainkan ada sang Mama yang sedang sibuk dengan ponsel di tangannya.

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 102

    "Saya beri kamu 2 pilihan, kamu mau pergi dari rumah ini secara diam-diam tanpa sepengetahuan jali atau kamu mau bercerai dengan anak saya? Sebab saya tidak rela anak saya harus bersanding denganmu."Wanita setengah baya itu memberikan dua pilihan yang membuat nafas Diandra sesak. Awalnya Dian sangat enggan dan menolak untuk membuka mulut lantas pilihan tersebut sangat susah untuk dipilih. Bu Janita melangkah mengelilingi kediaman menantunya yang saat ini masih berdiri, mematung dengan pikiran yang melayang jauh entah kemana. "Cepat bicara?! Kesabaran saya sudah habis, saya benar-benar marah dan benci sama kamu Dian, andai saya tau kalau kamu itu wanita miskin yang memang matre mungkin saya tidak akan pernah mau menjodohkan kamu. Nyatanya saya hanya di bohongi oleh wajah polos yang kamu miliki!"Begitu geram Bu Janita memaksa Dian untuk memilih salah satu pilihan yang membuat Dian tidak sanggup untuk memilih. Dian terdiam mematung dengan deraian air mata yang terus saja berlinang mem

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 101

    "Tadinya aku menikahi Dian atas di dasari karena paksaan Mama dan juga aku ingin membuat Haris cemburu, tapi nyatanya malah aku yang mulai menyukai Dian Ma, aku mohon jangan biarkan aku berpisah dengannya lagi Ma," ungkap Jali. Akan tetapi Bu Janita sangat kecewa dengan kedua pasangan itu terutama pada sang menantu yang tega membohonginya dan mau dibayar oleh Jali. Seharusnya Dian tidak harus melakukan itu demi sebuah uang."Tapi Mama sudah terlanjur kecewa sama kamu dan istri kamu! Jangan-jangan sekarang juga kamu membohongi Mama lagi kalau kamu mempunyai perasaan pada Dian. Pokoknya Mama tidak mau percaya dengan kamu Jali. Dan Mama tidak suka melihat Dian, terserah kamu, kalau kamu tidak mau pergi dari sini kamu ceraikan istri kamu yang murahan itu! Mama sangat eneg lihatnya. Masih banyak perempuan di luar sana yang lebih istimewa dan mempunyai harga diri," sahut Bu Janita dengan emosi yang meluap. Ia begitu kecewa saat tau bahwa pernikahan sang anak adalah pernikahan bayaran. Bah

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 100

    "Sayang aku mau ke kamar duluan ya kalau kamu mau disini dulu."Jali melenggang ke lantas 2 menaiki tangga untuk menyimpan tas besar yang saat ini Dian bawa. Kali ini Dian membawa beberapa foto dan juga barang kesayangannya yang sempat ia simpan di rumah Emak.Padahal wanita muda berbulu mata lentik itu masih merasakan betah dirumah masa kecilnya dulu. Akan tetapi Jali memaksanya untuk pulang ikut bersamanya.Aku terpaku di ruangan utama, kaki Dian rasanya pegal sekali walaupun Dian baru saja menaiki mobil saat datang kesini."Berani juga ya kamu datang lagi kesini! Gak tau malah banget! Sudah menjadi pengganggu suami mertuanya, eh malah balik lagi. Kalau aku sih malas banget! Malu banget! Mau ditaruh dimana muka yang cantik ini, Dasar pengganggu suami orang. Eh bukan suami orang lebih tepatnya suami mertua sendiri! Menanti macam apa?!" Ledekan pedas itu sudah sering Dian dengan, dan suara yang meledek Dian pun tak lain adalah wanita yang pernah mewarnai kehidupan suaminya."Eh Rindu

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 99

    "Jangan sebut istriku murahan Ma. Dian kamu yakin 'kan tidak bermaksud menggoda Haris? Sekarang kamu katakan di hadapan kami semua kalau kamu tidak bersalah," titah Jali sembari memandang sang istri penuh rasa bersalah sebab sebelumnya ia septa tak percaya."Iya, aku sama sekali tak mencintai siapapun terkecuali suamiku sendiri," ungkap Dian.Wanita muda cantik terkejut tatkala sang suami kini mulai mempercayainya, dengan senang hati Dian memeluk Jali di hadapan semua anggota keluarganya membuat Emak Jamilah seketika terharu melihat adegan sepasang sejoli yang tak ingin dipisahkan itu.Dian pun tak menyangka kalau akhirnya dia bisa lagi memeluk tubuh sang suami dengan erat setelah permasalahan yang hampir saja membuat dirinya dan Jali berpisah untuk selamanya.Mak Jamilah tersenyum penuh kebahagiaan yang tiada Tara, ia ikut senang dengan kehadiran Jali yang datang disaat waktu begitu tepat."Sayang pokoknya aku gak mau tau, Jali dan Dian harus bercerai, mereka tidak boleh disatukan, s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status