共有

Bab 6 MOBIL MERAH

作者: Azril
last update 最終更新日: 2023-11-09 19:33:14

Akhirnya aku pasrah dan duduk manis ku kursi depan, bersebelahan dengan Juragan Dingkul yang penampilannya sudah om-om berkumis baplang dan berkepala botak. Pokoknya serem sekali.

Seiring lajunya mobil dengan kecepatan yang menurutku amat pelan. Pandangan Juragan Dingku terus saja melirik padaku, memang aku merasa tak nyaman dan gelisah. Ada rasa takut dan keringat pun bercucuran membasahi dahi.

"Pak Juragan, bisa gak kalau itu mata liatnya kesonoh. Bukan Lian ke saya terus, nanti kalau nabrak tronton 'kan berabe juga. Mana mobil juragan rusak dan aku bisa mati mendadak, aku tidak mau pokoknya aku gak mau mati sekarang, masih muda ini. Masih banyak cowok-cowok yang menungguku di luar sana," umpatku di sela rasa takutku.

"Neng Dian tenang saja, jangan takut begitu karena mati, 'kan di sebelah Neng Dian ada Abang."

"Ih ogah situ lebih mirip malaikat pencabut nyawa, aye takut banget."

"Masa iya si Neng, Abang mirip malaikat pencabut nyawa, kayaknya lebih mirip Raffi Ahmad deh."

"Busyet Raffi Ahmad dari Hongkong, yang ada mirip Raffi panci bolong," ledekku sambil bergidik geli.

Gak kebayang deh, nanti gimana reaksi warga serta tetangga gue sekampung jika liat gue di dianterin ini juragan botak. Nanti bisa-bisa viral.

"Juragan sampai sini saja nganterinnya ya. Aku ada urusan dulu soalnya mau main kerumah temen aku," alasanku agar juragan Dingkul menurunkanku dari mobilnya.

Aku benar-benar tak nyaman duduk disini rasanya gerah sekali, mana pemandangan di sebelah kaya gunung salak gak ada adem-ademnya yang ada menakutkan.

Yang mau digaet anaknya, lah yang ganjen bapaknya segala, mana udah tua Bangka lagi. Bukannya insyap malah doyan daun muda. Nasib oh nasib mengapa begini, baru saja ditinggal mati sama suami kini aku harus dihadapkan dengan gentong alias juragan Dingkul.

"Ah Neng mah, 'kan Abang mau nganterinnya sampai rumah. Biar sekalian silaturahmi sama Emak. Udah lama kagak ketemu, kalau gak salah ketemu pas lebaran monyet. Eh kok monyet, lebaran tahun kemarin maksudnya."

Aku menghela nafasku yang sudah terasa hampir sesak, di dalam mobil dada tak ini tak hentinya berdebar lantaran takut dengan Juragan Dingkul.

Saat wajahku mulai melihat ke tepi sebelah kiri, tak sengaja ku lihat mobil merah dengan plat nomor yang sama saat mobil itu menabrak suamiku.

Aku tercengang bukan kepalang, apakah aku hanya mimpi, namun ini memang benar adanya.

"Mobil itu! Juragan saya mohon berhenti, disana ada mobil merah," kataku dengan penuh permohonan agar Juragan Dingkul mau berhenti.

Akan tetapi setelah aku bermohon juragan Dingkul tak menggubris keinginanku sama sekali, ia ngeyel dan tetap melakukan mobilnya.

"Gue bilang berhenti!" teriakku mengejutkan Juragan Dingkul.

Akhirnya ia mau memberhentikan ku, dan akupun mulai turun dari mobilnya untuk segera menghampiri mobil merah yang tadi kulihat telah terparkir di tepi jalan.

Namun, karena Juragan Dingkul telat, akhirnya aku terkesiap, pria dan wanita itu masuk mobil dan mobil pun melaju kencang.

Kakiku berlari sekencang mungkin dengan harapan aku bisa mengejar mobil merah itu.

Iya mobil merah dan plat no yang sama, mataku melihat jelas semuanya. Tapi ada sedikit heran, wanita yang tadi masuk kedalam mobil merah itu kenapa mirip Alina sahabatku.

Ah dia benar-benar lolos dari kejaran ku, mereka telah jauh dan tidak menggubris sama sekali teriakanku.

Aku berhenti lari mengejar mobil itu, sesaat terlintas dalam pikiran ini membayangkan musibah tragis 3 tahun silam lalu yang menimpa suamiku, dadaku kini terasa lebih sesak, emosiku hampir saja meledak.

Kalau saja aku tau laki-laki yang mengemudinya tadi, pasti aku akan meminta pertanggung jawaban yang sudah diperbuat. Aku akan dimasukan ke dalam jeruji besi.

"Ah sial! Semuanya gara-gara Juragan Dingkul!" gerutuku ketika aku telah kehilangan arah mobil merah itu.

"Ngejar apa sih Neng?" tanya juragan Dingkul.

"Mobil merah yang tadi adalah mobil yang menabrak suami saya dulu juragan," jelaskan dengan dendam membara pada mobil merah itu.

"Kenapa malah diam disini, ayo kita kejar pake mobil saya," celotehnya.

Mengapa tidak terpikirkan olehku, kalau hanya di kejar mengandalkan kaki mana mungkin bisa ke kejar.

Tak berselang lama lagi aku kembali masuk dalam mobil juragan Dingkul. Mau gimana lagi terpaksa aku harus mengejar mobil itu, kalau saja mobil itu tertangkap, aku yakin manusia yang sudah sengaja menabrak suamiku pasti terungkap.

Akhirnya aku dan Juragan Dingkul mengejar mobil merah tadi, walaupun kami sudah ketinggalan jauh semoga saja masih bisa ketemu.

"Itu mobilnya juragan," jariku menunjuk ke arah mobil yang ternyata memang benar.

"Baik, Kania berpegangan saja biar saya akan lebih kencang mengemudi mobilnya."

Saat hampir saja mobil merah sudah terkesiap, tiba-tiba lampu lalu lintas berwarna merah, terpaksa aku harus berhenti.

Ah, ada-ada saja, mobil itu sudah melewati lampu, jadi ia bisa lolos dengan leluasa dari kejaran ku.

"Gimana dong, Neng. Mobil itu sudah tidak ada?" ucap Juragan Dingkul.

"Pak Juragan kita lebih baik pulang saja," celotehku pasrah, kekecewaanku kini menggebu, dan dendam tidak akan pernah bisa terabaikan pada pengendara mobil merah itu.

Aku mengepal tanganku begitu erat disisi dengan emosi yang sudah memuncak, "Walaupun kamu kali ini lolos, aku berjanji suatu saat kamu pasti akan ku dapatkan," gumamku.

Juragan Dingkul memutar balikan arah mobil untuk kembali ke rumahku. Seribu alasan dan semua permohan sudah ku lontarkan agar juragan Dingkul menurunkanku di jalan, tapi apalah daya dia tetap ingin mengantarkan aku sampai rumah.

Saat sudah memasuki kampung ku ku lihat banyak manusia-manusia yang memperhatikan mobil ini, semua pandangan tertuju pada mobil yang sedang berjalan menuju rumahku, siap-siap aku akan jadi bahan gunjingan.

Bahkan ada orang yang mengikuti arah mobil mewah ini, maklum di kampung ku masih kumuh, jadi kalau ada yang bawa mobil mereka sering melihatnya seperti mau nonton konser saja.

"Lololo, kok ada mobil mewah yang datang ke rumah Emak Jamilah. Kira-kira siapa ya?" tanya Bu Saodah pada temannya yang masih melongo tak terkendalikan. Mata mereka tak berkedip sama sekali, bahkan ada juga yang berpose dengan mobil mewah ini, padahal yang punya mobil belum juga turun.

Kini para tetangga silih berdatangan, katanya mau melihat mobil mewah ini, membuat Juragan Dingkul merasa puas, selain ingin pamer dia juga akan dipuji-puji dengan kekayaan yang ia miliki.

Lah terus gimana nasib gue, yang maju kena, mundur kena. Mau turun bagaimana para ibu-ibu tak terkejut melihat gue di dalam mobil, tapi kalau tidak turun nanti bisa-bisa dibawa jalan lagi sama Juragan. Gimana ini.

Emak Jamilah yang sedang menyapu teras depan rumah pun tak kalah melongo dari Ceu Odah.

Ia menghampiri lebih mendekat lagi pada mobil ini.

Juragan ingin segera turun, akan tetapi aku masih menahannya, sebab mentalku belum siap kalau aku 1 mobil sama juragan Dingkul.

"Yakin kamu Nang Dian, mau disini saja bersama saya berduaan. Belum saya apa-apakan saja sudah mau dua-duan sama saya," celetuk Juragan Dingkul, aki-aki peot yang percaya dirinya selangit.

Aku hanya nyengir kuda sambil mikir harus bagaimana.

Mata Emak semakin mendekat sambil mengintip kaca mobil yang berwarna Hitam ini.

Ah Emak apa-apaan sih.

"Emak mobil siapa itu? Mungkin anak Emak sudah pulang dari kota pake mobil mewah," ungkap Ceu Saodah.

"Saya juga tidak tau Dah."

Akhirnya juragan Dingkul membuka pintu mobil untuk keluar.

"Oh juragan Dingkul kesini, ini juragan terkaya di kampung kita," ucap salah satu warga mengunggulkan juragan Dingkul.

Duh, bagaimana nasib saya nanti, pasti semuanya kan rame dan terkejut. Pati Emak juga akan marah-marah. Ah kacau.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 104

    Hati gelisah tak menentu, kemana lagi Jali harus mencari istrinya yang hingga kini belum pulang. Sedangkan setahu Jali, Dian tidak punya sahabat ataupun kerabat lagi selain emaknya sendiri, kalau ke rumah Alina mana mungkin, sudah lama mereka tidak akur disebabkan memperebutkan cinta seorang Rojali. "Dian, Dian Lo di mana?" gumam Jali sembari pikirannya terus mencari. Padahal diluar hujan amat deras ditambah suasana terang pun sebentar lagi akan menjadi gelap. Jali menunggu di teras rumah. Sesekali pria bertubuh tinggi itu melihat ponsel, dan menghubungi istrinya akan tetapi masih tidak ada jawaban."Percuma kamu menunggu wanita itu sampai kapanpun sebab dia tidak akan balik lagi kesini," kata Bu Janita yang hendak menemani Jali."Ma, apa Mama tau Dian kemana? Mana mungkin Mama tidak tau seharian ini Dian dirumah bersama Mama?" tanya Jali dengan tatapan kosong itu. "Mama tidak tau apapun Jali!" selalu itu yang terlontar dari jawaban sang Mama.Sebentar lagi adzan magrib akan berkum

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 103

    Setelah kepulangan Jali dari kantor untuk menggantikan Bu Janita kerja. Lantaran Bu Janita hari ini tidak bisa masuk dikarenakan kepalanya yang terasa pening sebab terlalu memikirkan pernikahan sang anak.Jali melenggang gontai sembari matanya terus melirik ke arah ruangan kamar dan juga semua penjuru ruangan. Disisi lain dia mencari sang istri yang tak terlihat batang hidungnya sama sekali. Hatinya bertanya dimanakah istrinya. Akan tetapi pikirannya langsung menjawab positif bahwa sang istri sedang keluar atau memasak di dapur. Setelah beberapa saat rebahan di kamar, Jali pun merasa terheran. Biasanya kalau Jali baru pulang, jam segini paling istrinya ada di kamar. Akan tetapi kali ini tidak terlihat sama sekali.Dengan rasa penasaran yang memuncak pria berhidung mancung itu melenggang menuju lanttai bawah. Ia mencari di setiap penjuru ruangan dilihatnya secara saksama, namun tak ada sosok sang istri yang terlihat melainkan ada sang Mama yang sedang sibuk dengan ponsel di tangannya.

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 102

    "Saya beri kamu 2 pilihan, kamu mau pergi dari rumah ini secara diam-diam tanpa sepengetahuan jali atau kamu mau bercerai dengan anak saya? Sebab saya tidak rela anak saya harus bersanding denganmu."Wanita setengah baya itu memberikan dua pilihan yang membuat nafas Diandra sesak. Awalnya Dian sangat enggan dan menolak untuk membuka mulut lantas pilihan tersebut sangat susah untuk dipilih. Bu Janita melangkah mengelilingi kediaman menantunya yang saat ini masih berdiri, mematung dengan pikiran yang melayang jauh entah kemana. "Cepat bicara?! Kesabaran saya sudah habis, saya benar-benar marah dan benci sama kamu Dian, andai saya tau kalau kamu itu wanita miskin yang memang matre mungkin saya tidak akan pernah mau menjodohkan kamu. Nyatanya saya hanya di bohongi oleh wajah polos yang kamu miliki!"Begitu geram Bu Janita memaksa Dian untuk memilih salah satu pilihan yang membuat Dian tidak sanggup untuk memilih. Dian terdiam mematung dengan deraian air mata yang terus saja berlinang mem

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 101

    "Tadinya aku menikahi Dian atas di dasari karena paksaan Mama dan juga aku ingin membuat Haris cemburu, tapi nyatanya malah aku yang mulai menyukai Dian Ma, aku mohon jangan biarkan aku berpisah dengannya lagi Ma," ungkap Jali. Akan tetapi Bu Janita sangat kecewa dengan kedua pasangan itu terutama pada sang menantu yang tega membohonginya dan mau dibayar oleh Jali. Seharusnya Dian tidak harus melakukan itu demi sebuah uang."Tapi Mama sudah terlanjur kecewa sama kamu dan istri kamu! Jangan-jangan sekarang juga kamu membohongi Mama lagi kalau kamu mempunyai perasaan pada Dian. Pokoknya Mama tidak mau percaya dengan kamu Jali. Dan Mama tidak suka melihat Dian, terserah kamu, kalau kamu tidak mau pergi dari sini kamu ceraikan istri kamu yang murahan itu! Mama sangat eneg lihatnya. Masih banyak perempuan di luar sana yang lebih istimewa dan mempunyai harga diri," sahut Bu Janita dengan emosi yang meluap. Ia begitu kecewa saat tau bahwa pernikahan sang anak adalah pernikahan bayaran. Bah

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 100

    "Sayang aku mau ke kamar duluan ya kalau kamu mau disini dulu."Jali melenggang ke lantas 2 menaiki tangga untuk menyimpan tas besar yang saat ini Dian bawa. Kali ini Dian membawa beberapa foto dan juga barang kesayangannya yang sempat ia simpan di rumah Emak.Padahal wanita muda berbulu mata lentik itu masih merasakan betah dirumah masa kecilnya dulu. Akan tetapi Jali memaksanya untuk pulang ikut bersamanya.Aku terpaku di ruangan utama, kaki Dian rasanya pegal sekali walaupun Dian baru saja menaiki mobil saat datang kesini."Berani juga ya kamu datang lagi kesini! Gak tau malah banget! Sudah menjadi pengganggu suami mertuanya, eh malah balik lagi. Kalau aku sih malas banget! Malu banget! Mau ditaruh dimana muka yang cantik ini, Dasar pengganggu suami orang. Eh bukan suami orang lebih tepatnya suami mertua sendiri! Menanti macam apa?!" Ledekan pedas itu sudah sering Dian dengan, dan suara yang meledek Dian pun tak lain adalah wanita yang pernah mewarnai kehidupan suaminya."Eh Rindu

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 99

    "Jangan sebut istriku murahan Ma. Dian kamu yakin 'kan tidak bermaksud menggoda Haris? Sekarang kamu katakan di hadapan kami semua kalau kamu tidak bersalah," titah Jali sembari memandang sang istri penuh rasa bersalah sebab sebelumnya ia septa tak percaya."Iya, aku sama sekali tak mencintai siapapun terkecuali suamiku sendiri," ungkap Dian.Wanita muda cantik terkejut tatkala sang suami kini mulai mempercayainya, dengan senang hati Dian memeluk Jali di hadapan semua anggota keluarganya membuat Emak Jamilah seketika terharu melihat adegan sepasang sejoli yang tak ingin dipisahkan itu.Dian pun tak menyangka kalau akhirnya dia bisa lagi memeluk tubuh sang suami dengan erat setelah permasalahan yang hampir saja membuat dirinya dan Jali berpisah untuk selamanya.Mak Jamilah tersenyum penuh kebahagiaan yang tiada Tara, ia ikut senang dengan kehadiran Jali yang datang disaat waktu begitu tepat."Sayang pokoknya aku gak mau tau, Jali dan Dian harus bercerai, mereka tidak boleh disatukan, s

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status