Share

Episode 5 : Debar Candu

Langkah Nayra terhenti. Bukan karena tidak sanggup melangkah lagi, melainkan karena debar merdu yang memerangkap hati. Terdiam mematung sembari tetap menatap senyum, itulah yang Nayra lakukan saat ini. Seiring irama jantung yang teramat merdu, bola mata Nayra tidak henti-hentinya membalas tatapan Dhanu. 

Teramat memesona. Tatapan matanya, senyum yang menghiasi wajah, juga tampilan diri yang tidak biasa. Semua itu telah menawan hati Nayra. Apalagi, kumis tipis yang membuat sosok Dhanu terlihat semakin manis, Nayra sungguh menyukainya. 

Deg-deg Deg-deg Deg-deg-deg

Satu-satunya yang memenuhi hati, pikiran, dan tatapan mata hanyalah sosok rupawan. Baik Nayra ataupun Dhanu, keduanya sama-sama terjebak tatapan bola mata indah. Hingga kemudian, sebuah panggilan tidak terduga membuyarkan aksi tatapan Dhanu dan Nayra.

"Dhanu, ngapain bengong di situ?" 

Dhanu menoleh ke sumber suara, dan mendapati sepupunya tengah berjalan mendekat ke arahnya. Pandangan yang ditujukan untuk Nayra sontak terjeda. Begitu kembali memandang, Nayra sudah tidak ada di tempat sebelumnya.

Setitik rasa kecewa dirasakan Dhanu seketika. Namun, hanya setitik saja. Sisanya Dhanu merasa bahagia karena setelah sekian tahun lamanya, akhirnya Nayra membalas tatapan dan senyumannya. 

"Kenapa bengong di sini?" Nofal mengulang tanya.

"Siapa yang bengong sih, Mas? Sudah, ayo masuk ke dalam rumah!" 

Dhanu dengan riang masuk ke rumah Nofal, mengabaikan sepupunya itu yang masih saja terheran-heran. 

Sementara itu, Nayra, dia berada di dalam kamar mandi rumahnya. Bukan tanpa sebab Nayra berada di sini. Semua terjadi karena tadi Nayra hendak berlari menuju kamar, tapi ada orangtuanya yang sedang berbincang. Khawatir dikira kesurupan karena senyum-senyum sendirian, Nayra pun mengubah haluan dan satu-satunya yang bisa dituju adalah kamar mandi di luar.

"Jantungku berdebar-debar. Tapi ... kenapa rasanya aku begitu senang?"

Dengan masih senyum-senyum sendirian, Nayra terbayang-bayang sosok Dhanu dengan kumis tipisnya yang begitu menawan. Sejenak, kedua mata Nayra terpejam, lalu kembali senyum-senyum sendirian. 

"Apakah ini artinya aku kembali jatuh cinta? Jika iya, akankah kisah cintaku akan sama seperti sebelumnya?"

Deg!

Pertanyaan yang terlintas seketika memudarkan senyum Nayra. Dengan cepatnya wajah Ivan membayang, lengkap dengan kisah masa lalu yang dengan lancang kembali terkenang. 

"Sadar, Nay. Sadar. Jangan tertipu! Kamu tidak tahu senyuman Mas Dhanu itu asli atau palsu."

Begitu mudahnya rasa tidak percaya pada lelaki itu hadir kembali. Semua gegara kenangan masa lalu yang sempat memberinya status cinta pengganti. Rasa trauma itu ada, meski kejadiannya sudah terlampau lama. Jadilah, kini Nayralah yang terjebak dalam keputusan yang dianggapnya benar. Sebuah keputusan yang justru membuat Nayra sulit merasakan ketulusan cinta dari seseorang. 

***

You're just too good to be true

(Kau terlalu indah tuk jadi kenyataan)

Can't take my eyes off of you

(Tak bisa kuberhenti memandangmu)

Baru saja Dhanu bersenandung, Nofal sudah melemparinya dengan bantal sofa.

"Eits. Jangan gitu, dong Mas! Lagi bahagia, nih!" ujar Dhanu dengan sejujurnya.

"Lagunya siapa, tuh?"

"Frankie Valli, judulnya Can't Take My Eyes Off You." Dhanu menjelaskan sambil memainkan kedua alisnya. 

"Nyanyi buat siapa, Dhan. Nayra atau mantan?" 

Ada candaan yang tergambar di wajah Nofal. Sebenarnya Nofal tahu untuk siapa lagu itu dinyanyikan. Hanya saja, Nofal sedang ingin mengerjai sepupunya yang suka blak-blakan kalau sedang menyukai seseorang. 

"Ah, pakai ditanya segala. Buat Nayra-lah, Mas."

"Ya siapa tahu buat sang mantan. Haha."

"Jangan bahas mantan lagi, dong Mas. Hubunganku sama dia adalah sebuah kesalahan."

"Terkadang kita harus bertemu orang yang salah dulu sebelum akhirnya bertemu jodoh yang ditakdirkan." Nofal mendadak bijak.

Dhanu refleks saja melemparkan bantal sofa usai Nofal menyelesaikan kalimat bijaknya. Sesaat kemudian, Dhanu pindah tempat duduk di dekat Nofal, kemudian mengucapkan sebuah kalimat yang jika Nayra tahu pasti hatinya akan girang.

"Aku yakin, Nayra adalah jodoh yang ditakdirkan untukku." Dhanu mantap berbicara.

"Nayra harus tahu, nih. Otewe bilang, ah!"

"Eh-eh. Jangan, Mas!"

Langkah Nofal dicegah. Dhanu memegangi lengan Nofal dengan eratnya. Tidak sampai di sana saja, Dhanu juga menarik tangan Nofal agar lekas kembali duduk di tempatnya.

"Kenapa, Dhan? Nayra pasti sudah tahu kalau kamu naksir dia. Kamu sih blak-blakan terus ngasih senyuman ke dia. Pakai acara main tatapan segala." Nofal berbicara sesuai fakta.

Memang, selama ini itulah yang Dhanu lakukan. Setiap satu tahun sekali, Dhanu selalu menyuguhkan senyum termanis disertai tatapan mata. Tanpa ada kata-kata. Tanpa berani menyapa.

"Ya ... iya, sih. Tapi jangan deh Mas. Aku belum siap." Dhanu memegangi lengan Nofal karena khawatir sepupunya itu nekat bilang ke Nayra.

"Dhan, cinta itu butuh pembuktian. Kalau kamu tiap datang ke sini cuma ngasih senyum sama tatapan, buat apa?"

Omongan Nofal ada benarnya. Seketika Dhanu mencerna betul kalimat Nofal kata demi kata. Dhanu sadar, sosok Nayra sudah mengisi hatinya sejak lama. Meski Dhanu sempat bertemu orang yang salah, tapi Dhanu sadar bahwa perasaannya pada Nayra tidak pernah memudar.

"Justru karena itu, Mas. Aku tidak mau sembarangan melangkah."

Dhanu mengambil jeda. Dia menatap keluar jendela, ke arah jendela kamar Nayra. Sejurus kemudian senyum Dhanu pun merekah. 

"Di mataku, Nayra begitu indah. Setiap bertemu, aku tidak sanggup mengalihkan tatapan mataku darinya. Jadi, pembuktian cintaku harus sungguh-sungguh kubuat nyata. Nayra bukan calon pacar, tapi calon istri yang akan selalu kusayang."

"Mantap!" seru Nofal sembari melempar Dhanu dengan bantal.

Dhanu dan Nofal larut dalam candaan. Bantal sofa kerap kali dilempar. Memang, sikap Dhanu dan Nofal saat bertemu terlihat kekanakan karena suka sekali perang lempar barang. Akan tetapi, tentang perasaan Dhanu yang seringkali dicurhatkan, itu semua sama sekali bukan candaan. 

"By the way, sampai kapan mau gini terus, Dhan? Jangan lama-lama. Nanti Nayra keburu dilamar orang."

"Kerjaanku belum menghasilkan, Mas. Tunggu sebentar sampai aku memiliki modal untuk membahagiakan Nayra. Modal cinta doang nggak pas rasanya, Mas. Setelah apa yang Nayra lalui, aku juga ingin memberi Nayra kecukupan secara materi."

Dhanu serius kali ini. Sedikit banyak, kisah hidup keluarga Nayra yang jauh dari kata berkelimpahan harta telah Dhanu ketahui. Sebisa mungkin Dhanu tidak hanya akan memberinya cinta kasih, melainkan juga materi serta rasa nyaman hingga kebahagiaan lebih. 

"Tapi, my body is ...." Dhanu menggantung kalimatnya.

"Gendut maksudmu? Haha. Ya sama kayak aku, Dhan. Kenapa memang?"

"Agak kurang PeDe saja, sih Mas. Nayra langsing, aku begini. Perlu diet nggak kira-kira?" Dhanu serius meminta saran.

"Nggak perlu, Dhan. Cinta itu buta, kok."

"Ah, aku nggak mau Nayra melihatku dengan definisi cinta itu buta. Cintaku ini nyata, Mas."

"Terserah saja, deh. Sana ke depan rumah. Belikan aku cilok pakai saos pedas buat modal jaga rahasia." Nofal bercanda, tapi Dhanu serius menanggapinya. 

Jadilah, Dhanu melangkah ringan menuju depan rumah. Dalam hati, Dhanu berharap akan bisa bertemu Nayra untuk memberinya senyuman dan tatapan mata.

***

Sore hari saat Nayra disuruh mengangkat jemuran di depan rumah, tampak Dhanu duduk-duduk di teras rumah tetangga sebelah. Nayra sadar bahwa Dhanu sedang memberikan senyuman. Oleh karena itu, Nayra cepat-cepat mengalihkan pandangan. 

Ada yang aneh. Meski Nayra sudah mengalihkan pandang, jantungnya justru terus berdebar seperti tadi pagi saat Nayra dan Dhanu terjerat tatapan.

"Dasar debar candu. Hati sudah menyangkal, tapi jantungku tetap saja berdebar merdu." Batin Nayra, berusaha mendustai perasaannya. 

Usai mengangkat jemuran, Nayra sempat kembali memandang. Begitu sadar bahwa Dhanu masih memberi tatapan, Nayra dengan segera balik badan kemudian bergegas masuk ke dalam. 

Sampai kapan Nayra akan terjebak dalam keputusan yang dia anggap benar? Nantikan lanjutan ceritanya! JAIME (Saya Mencintai : Bukan Sebagai Cinta Pengganti)

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status